Analisa Pemilihan Moda Antara Shuttle Service Dan Kereta Api Dengan Menggunakan Metode Stated Preferenced (Studi Kasus : Bandung – Jakarta)
ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UNTUK
PERJALANAN KERJA ANTARA
SHUTTLE SERVICE
DAN
KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN METODE
STATED
PREFERRENCE
(STUDI KASUS : BANDUNG – JAKARTA)
TUGAS AKHIROleh
07 0404 165
RYAN MUHAMMAD
Pembimbing
Medis S. Surbakti, ST, MT
NIP. 19710914 200012 1 001
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK USU
2013
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Analisa Pemilihan Moda Antara Shuttle Service Dan Kereta Api Dengan Menggunakan Metode Stated Preferenced (Studi Kasus : Bandung – Jakarta) ” Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis hanya dapat
mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang diberikan
hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fekultas
Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama kepada :
1. Bapak Medis S. Surbakti, ST, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu,
membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Kepala Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Sahrizal, M.sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
(3)
telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak /Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah mendahului saya yang telah
melahirkan saya, saya yakin di atas sana mereka tetap mendoakan saya dan
memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Untuk Wini Listi Arini Rambe, S.Ked yang selalu mencurahkan cinta dan
kasih sayang kepada penulis. Sehingga penulis da[pat menyelesaikan tugas
akhir ini.
8. Untuk kakak saya tercinta dr. Donna Marissa dan abangda tercinta Andre
Amanda, ST yang telah mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Untuk udak saya Ir. Ahmad Sulaiman Lubis dan tante saya Nurhaida Lubis
yang telah mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
10.Untuk abang sepupu Amanda Lubis, SH, dr. Agus Salim Lubis, dan adik
sepupu saya Maya F. Nadya Lubis dam M. Rizky Iskandar Lubis, terima
kasih atas bantuan dan dukungannya.
11.Untuk teman-teman di Jl Kuali no 5 Chandra, Jora, Sam, Indra, Randa, Josua,
(4)
12.Untuk teman-teman angkatan 2007 Dipa,Gufran, Arul, Muna, Arsyad, Incen,
Hafiz, Falah, Agung, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
13.Untuk teman-teman satu kampus Teknik Sipil USU khususnya angkatan 2007
yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas bantuan
dan dukungannya.
14.Untuk teman-teman POLTIZ Faiz, Dedek, Reza, Akbar, Ary, Aiz, Imam,
Ilyas terima kasih atas bantuan dan dukungannya
15.Untuk abang-abang senior Rizki Mufthi Aqsha, ST, Leo Ganda Silalahi, ST,
dan Muajir, ST yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini
saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya,
16.Untuk teman-teman saya Fahlevy Azlin dan Ary Hafiandi, ST yang telah
membantu penulis dalam melakukan survey di Bandung.
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan penulis ucapkan terima
kasih. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2012 Hormat Saya
Ryan Muhammad
(5)
ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA SHUTTLE SERVICE DENGAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN METODE
STATED PREFERRENCE
(STUDI KASUS : BANDUNG – JAKARTA) Oleh : Ryan Muhammad
Dengan dibukanya tol Cipularang, frekuensi mobilitas Bandung – Jakarta semakin bertambah dan semakin terbuka peluang bisnis bagi moda-moda transportasi yang melalui tol tersebut seperti moda shuttle service yang semakin menjamur sejak waktu tempuh Bandung – Jakarta semakin cepat. Tidak dipungkiri bahwa dengan pengaktifan tol Cipularang keberadaan moda kereta api terancam dengan dileburnya KA Parahyangan dan KA Argo Gede pada tahun 2010. Tujuan dari studi ini adalah untutk mendefinisikan karakteristik pengguna moda shuttle service dan kereta api. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar keduanya dan menguji sensitivitas pelaku perjalan apabila dirubah salah satu atributnya.
Dalam studi ini, digunakan metode stated preferenced. Stated Preference adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan meggunakan teknik stated preference, peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya , dimana model pemilihan moda dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan faktor atribut pelayanan yang diberikan oleh masing-masing moda seperti faktor biaya, waktu tempuh, frekuensi perjalanan, kenyamanan, dan waktu tempuh menuju titik keberangkatan.Untuk menentukan fungsi utilitas guna peramalan model dalam memenuhi permintaan pelaku perjalanan berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan digunakan analisa regresi dengan bantuan program SPSS. Hasil analisa yang diperoleh adalah :
(USS – UKA) = 0.854+0,00004622x1+ 0,539x2+0,944x3+ 0,025x4+ 0,036x5
Dengan X1 (atribut biaya), X2 (atribut waktu tempuh), X3 (atribut frekuensi
keberangkatan), X4 (atribut kenyamanan), X5 (atribut waktu tempuh menuju titik
keberangkatan). Hasil akhir yang telah teruji secara hipotesa, signifikan, dan uji t didapat bahwa jumlah pengguna shuttle service dipengaruhi oleh frekuensi keberangkatan (headway), dan jumlah pengguna kereta api dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan. Untuk probabilitas didapatkan shuttle service sebagai moda terpopuler dengan 70,4%. Model pemilihan moda yang telah didapat tidak terlalu bagus karena memilik nilai R2 kurang dari 50% yaitu 19,6% untuk moda shuttle service dan kereta api.
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
ABSTRAK....iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR GRAFIK...xii
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Umum...1
I.2. Latar Belakang...3
I.3. Tujuan...7
I.4. Metodelogi Penelitian...8
I.5. Batasan Masalah...9
I.6. Tinjauan Pustaka...11
I.6.1. Stated Preferenced...11
I.7. Hipotesa...14
I.8. Sistematika Penulisan...15
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Transportasi...17
II.1.1. Pengertian...17
II.1.2. Komponen Sistem Transportasi...18
II.1.3. Peranan Transportasi...19
II.1.4. Konsep Perencanaan Transportasi...19
II.2. Keterkaitan Transportasi Antara Bandung dan Jakarta...21
(7)
II.3.1. Pengertian...46
II.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda...49
II.4. Angkutan Umum...52
II.4.1. Pengertian...52
II.4.2. Definisi Moda Travel dan Shuttle Service...53
II.4.3. Pihak yang Berkepentingan dengan Pelayanan Angkutan Umum...57
II.5. Pemodelan Transportasi...59
II.6. Pendekatan Model Pemilihan Moda...62
II.7. Model Pemilihan Diskret...66
II.8. Utilitas...69
II.8.1. Utilitas Acak...70
II.8.2. Model Logit Multinomial/Binomial...72
II.9. Teknik Stated Preferenced...74
II.9.1. Identifikasi Pilihan...76
II.9.2. Analisa Data Stated Preferenced...77
II.9.3. Estimasi Parameter Stated Preferenced...78
BAB III. METODELOGI PENELITIAN III.1. Prosedur Peneltian...82
III.2. Studi Pustaka...83
III.3. Pendekatan dan Pemecahan Masalah...83
III.4. Pengumpulan Data...84
III.4.1. Data Primer...84
III.4.2. Data Sekunder...94
III.4.3. Jumlah Populasi...95
(8)
III.4.5. Lokasi Survey...99
III.4.6. Waktu Survey...99
III.5. Analisa Data...99
III.6. Pembahasan...100
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian...102
IV.2. Perolehan Data Survey...116
IV.3. Pemaparan Hasil Survey...117
IV.4. Analisa Regresi Linear...124
IV.4.1. Analisa Persamaan Fungsi Selisih Utilitas...125
IV.4.2. Kompilasi Data...127
IV.4.3. Korelasi...128
IV.4.4. Alternatif Persamaan Fungsi Utilitas...129
IV.4.5. Persamaan Model...133
IV.4.6. Uji Persamaan Model...134
IV.5. Sensitivitas Model...137
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan...144
V.2. Saran...146
DAFTAR PUSTAKA...148
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Travel Rute Bandung-Jakarta...4
Tabel II.1. Data Volume Penumpang Kereta Api Bandung-Jakarta...22
Tabel II.2. Jadwal Kereta Api Argo Parahyangan Jakarta-Bandung...24
Tabel II.3. Jumlah Kendaraan AKAP Jurusan Bandung-Jakarta di Terminal Leuwi Panjang...26
Tabel II.4. Jumlah Penumpang Bus di Terminal Leuwi Panjang 2006-2010...31
Tabel II.5. Daftar Perusahaan Shuttle Service...34
Tabel II.6. Karakteristik Keberangkatan, Tarif, dan Jenis Mobil...39
Tabel II.7. Gerbang Tol di Tol Jagorawi...41
Tabel II.8. Pertumbuhan Volume Lalu Lintas di Tol Jagorawi...42
Tabel II.9. Gerbang Tol di Tol Purbaleunyi...44
Tabel II.10. Pertumbuhan Volume Lalu Lintas di Tol Jagorawi...45
Tabel III.1. Perbandingan Atribut Shuttle Service dan Kereta Api...86
Tabel III.2. Jadwal Kereta Api Argo Parahyangan Bandung-Jakarta...87
Tabel III.3. Jadwal Keberangkatan Shuttle Service Bandung-Jakarta... 88
(10)
Tabel III.5. Proporsi Penyebaran Kuesioner ...98
Tabel IV.1. Pembagian Wilayah Administrartif DKI Jakarta...103
Tabel IV.2. Panjang, Luas, Status Jalan di DKI Jakarta...104
Tabel IV.3. Daftar AKDP di Bandung...113
Tabel IV.4. Daftar Angkutan yang Melintasi Stasiun Hall Bandung...114
Tabel IV.5. Distribusi Responden Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api....117
Tabel IV.6. Distribusi Profesi/Pekerjaan Responden Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...118
Tabel IV.7. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...119
Tabel IV.8. Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...120
Tabel IV.9. Distribusi Alasan Pemilihan Moda Antara Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...121
Tabel IV.10.Distribusi Frekuensi Rata-Rata Melakukan Perjalanan dengan Shuttle Service...122
Tabel IV.11.Distribusi Frekuensi Rata-Rata Melakukan Perjalanan dengan Kereta Api...123
(11)
Tabel IV.14. Matriks Korelasi...128
Tabel IV.15. Uji Signifikansi...134
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Diagram Alir Peneltian...10
Gambar II.1. Kereta Api Argo Parahyangan...21
Gambar II.2. Interior Kereta Api Argo Parahyangan...22
Gambar II.3. Bus Jurusan Jakarta di Terminal Leuwi Panjang...25
Gambar II.4. Interiror Bus Primajasa...26
Gambar II.5. Armada Shuttle Service...33
Gambar II.6. Interior Shuttle Service...33
Gambar II.7. Rata-rata Volume Lalu Lintas di Tol Jagorawi...43
Gambar II.8. Rata-rata Volume Lalu Lintas di Tol Purbaleunyi...45
Gambar II.9. Proses Pemilihan Dua Moda...53
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian...82
Gambar IV.1. Provinsi DKI Jakarta...103
Gambar IV.2. Bus Kopaja dan Bus PPD...105
Gambar IV.3. Bus Transjakarta...106
Gambar IV.4. KRL Jabodetabek...107
Gambar IV.5. Kota Bandung...111
(13)
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1. Grafik Jumlah Penumpang Kereta Api Bandung-Jakarta 2010...23
Grafik II.2. Grafik Jumlah Penumpang Bus Bandung-Jakarta ...31
Grafik II.3. Grafik Jumlah Penumpang Shuttle Service Jakarta-Bandung...37
Grafik II.4. Grafik Jumlah Penumpang Shuttle Service Bandung-Jakarta...38
Grafik IV.1. Grafik Responden Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...117
Grafik IV.2. Distribusi Profesi/Pekerjaan Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...119
Grafik IV.3. Distribusi Tingkat Pendidikan Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...120
Grafik IV.4. Distribusi Tingkat Pendapatan Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...121
Grafik IV.5. Distribusi Alasan Pemilihan Moda Antara Pengguna Shuttle Service dan Kereta Api...122
Grafik IV.6. Grafik Sensitivitas Cost (Biaya) Antara Shuttle Service dan Kereta Api...139
Grafik IV.7. Grafik Sensitivitas Time (Waktu Tempuh) Antara Shuttle Service dan Kereta Api...140
(14)
Grafik IV.8. Grafik Sensitivitas Headway Antara Shuttle Service dan Kereta
Api...141
Grafik IV.9. Grafik Sensitivitas Service (Tingkat Kenyamanan) Antara Shuttle
Service dan Kereta Api...142
Grafik IV.10. Grafik Sensitivitas Time Acces Antara Shuttle Service dan Kereta
(15)
ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA SHUTTLE SERVICE DENGAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN METODE
STATED PREFERRENCE
(STUDI KASUS : BANDUNG – JAKARTA) Oleh : Ryan Muhammad
Dengan dibukanya tol Cipularang, frekuensi mobilitas Bandung – Jakarta semakin bertambah dan semakin terbuka peluang bisnis bagi moda-moda transportasi yang melalui tol tersebut seperti moda shuttle service yang semakin menjamur sejak waktu tempuh Bandung – Jakarta semakin cepat. Tidak dipungkiri bahwa dengan pengaktifan tol Cipularang keberadaan moda kereta api terancam dengan dileburnya KA Parahyangan dan KA Argo Gede pada tahun 2010. Tujuan dari studi ini adalah untutk mendefinisikan karakteristik pengguna moda shuttle service dan kereta api. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar keduanya dan menguji sensitivitas pelaku perjalan apabila dirubah salah satu atributnya.
Dalam studi ini, digunakan metode stated preferenced. Stated Preference adalah sebuah pendekatan dengan menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Dengan meggunakan teknik stated preference, peneliti dapat mengontrol secara penuh faktor-faktor yang ada pada situasi yang dihipotesis. Data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya , dimana model pemilihan moda dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan faktor atribut pelayanan yang diberikan oleh masing-masing moda seperti faktor biaya, waktu tempuh, frekuensi perjalanan, kenyamanan, dan waktu tempuh menuju titik keberangkatan.Untuk menentukan fungsi utilitas guna peramalan model dalam memenuhi permintaan pelaku perjalanan berdasarkan karakteristik pelaku perjalanan digunakan analisa regresi dengan bantuan program SPSS. Hasil analisa yang diperoleh adalah :
(USS – UKA) = 0.854+0,00004622x1+ 0,539x2+0,944x3+ 0,025x4+ 0,036x5
Dengan X1 (atribut biaya), X2 (atribut waktu tempuh), X3 (atribut frekuensi
keberangkatan), X4 (atribut kenyamanan), X5 (atribut waktu tempuh menuju titik
keberangkatan). Hasil akhir yang telah teruji secara hipotesa, signifikan, dan uji t didapat bahwa jumlah pengguna shuttle service dipengaruhi oleh frekuensi keberangkatan (headway), dan jumlah pengguna kereta api dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan. Untuk probabilitas didapatkan shuttle service sebagai moda terpopuler dengan 70,4%. Model pemilihan moda yang telah didapat tidak terlalu bagus karena memilik nilai R2 kurang dari 50% yaitu 19,6% untuk moda shuttle service dan kereta api.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Umum
Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap
perorangan, masyarakat, pembangunan ekonomi, dan sosial politik suatu
Negara. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang, tidak dapat
diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pembangunan
berbagai aspek dari suatu Negara. Maka sudah seharusnya perkembangan
dalam transportasi atau sistem pengangkutan khususnya angkutan darat
harus dipikirkan sejak dini . Secara umum angkutan ini sendiri dapat
didefinisikan sebagai pemindahan orang dan/atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kenderaan (KM. 35, 2003 bab 1 pasal 1). Perangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak terdapat disembarang tempat. Sistem yang digunakan untuk
mengangkut penumpang dan barang dengan menggunakan alat angkut
tersebut dinamakan moda transportasi. Pemilihan moda dapat dikatakan
sebagai tahap terpenting dalam perencanaan transportasi. Ini karena peran
kunci dari angkutan umum dalam berbagai kebijakan transportasi. Tidak
seorangpun dapat menyangkal bahwa moda angkutan umum
menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien daripada moda angkutan
(17)
Seterusnya, jika ada pengendara yang berganti ke moda
transportasi angkutan umum, maka angkutan pribadi mendapatkan
keuntungan dari perbaikan tingkat pelayanan akibat pergantian moda
tersebut. Sangatlah tidak mungkin menampung semua kenderaan pribadi
disuatu kota karena dibutuhkan ruang jalan yang sangat luas, termasuk
tempat parkir (Ofyar Z Tamin, 1997) . Oleh karena itu, masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dalam perencanaan dan
kebijakan transportasi. Hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di daerah
perkotaan, ruang yang harus disediakan kota untuk dijadikan prasarana
transportasi, dan banyaknya pilihan moda transportasi yang dapat dipilih
penduduk.
Faktor ini adalah salah satu yang menjadi pertimbangan pelaku
perjalanan dalam menentukan moda angkutan umum yang akan
digunakan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejalan dengan
perkembangan kota maka diperlukan sarana penunjang, yaitu moda-moda
transportasi. Setiap moda transportasi memiliki sistem dan karakteristik
tertentu, seperti kecepatan atau kemampuan gerak, tingkat pelayanan dan
keamanan, ketersediaan atau availability, kapasitas, jangkauan gerak atau
fleksibilitas, harga, dan waktu tempuh yang bervariasi. Beberapa hal
tersebut merupakan komponen fisik dari moda yang berpengaruh untuk
pengguna dalam menentukan pilihan moda sebagai penunjang
(18)
Selain komponen fisik dalam moda, pilihan penggunaan moda
juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, tujuan perjalanan, dan
waktu pergerakan. Faktor diatas merupakan komponen mutlak milik
pengguna.
I.2. Latar Belakang
Dengan dibukanya tol Cipularang maka frekuensi pergerakan
Bandung - Jakarta semakin bertambah dan semakin terbukanya peluang
bisnis bagi moda-moda transportasi yang melalui tol tersebut seperti
moda shuttle service yang semakin menjamur sejak waktu tempuh Bandung - Jakarta memampat. Tidak dipungkiri bahwa dengan
pengaktifan tol Cipularang pada April 2005 keberadaan moda kereta api
terancam. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan PT.
Kereta Api (PT. KA) (Persero) DAOP II Bandung pada tahun 2005
bekerja sama dengan peneliti dari ITB yaitu Harun Al-Rasyid menyatakan
bahwa waktu tempuh tol Cipularang selama 2 jam dapat memudahkan
perjalanan dari Bandung ke Jakarta sehingga lambat laun menjadi indikasi
perpindahan penumpang dari kereta api ke tol menggunakan kendaraan
pribadi, travel, dan bus. (www. republika.co.id: 8 Agustus 2005) , dan bahkan sebagai salah satu penyebab ditutupnya rute penerbangan
komersil Bandung - Jakarta atau sebaliknya. Di bawah ini dapat dilihat
beberapa travel yang sedang berkembang di kota Bandung yang melayani
(19)
Tabel 1.1
Travel Rute Bandung – Jakarta Di Kota Bandung
NO. PERUSAHAAN DOMI SILI JUML AH KEND.
KODE NAMA
1 31001 PT. VETIGA NADI
DKI
Jakarta 68
2 31002
PT. SARANA MARGABHAKTI UTAMA
DKI
Jakarta 5
3 32002 PT. BATARA TITIAN KENCANA
Jawa
Barat 60
4 32003 PT. CIPAGANTI CITRA GRAHA
Jawa
Barat 198
5 32004 PT. 4848 IRAWAN SARPINGI
Jawa
Barat 5
6 32005
PT. SINAR JAYA MEGAH LANGGENG
Jawa
Barat 14
7 32009 PT. LINTAS MEDIA KARYA
Jawa
Barat 10
8 32011
PT. TRANSPORTASI LINTAS INDONESIA
Jawa
(20)
NO. PERUSAHAAN DOMI SILI JUML AH KEND.
KODE NAMA
9 32012 CV. CITRA TIARA TRANSPORT
Jawa
Barat 57
10 32013 PT. NUR RACHMADI Bersama
Jawa
Barat 60
11 32014 CV. PANCA JAYA UTAMA
Jawa
Barat 10
12 32015 PT. HERI SURYA PUTRA
Jawa
Barat 10
13 32016 PT. PURBAYA PANCASAKTI
Jawa
Barat 28
14 32018 PT. DISA PRATAMA MANDIRI
Jawa
Barat 10
15 32025 PT. TELE TRANS
Jawa
Barat 5
16 32027
PT. MULTIMODA TRAVELATAMA
Jawa
Barat 9
17 32029 PT. STAR LINE
Jawa
(21)
NO.
PERUSAHAAN
DOMI SILI
JUML AH KEND.
KODE NAMA
18 32031 PT. DAY TRANS
Jawa
Barat 70
JUMLAH 647
Sumber : Direktorat LLAJ, 2011
Tabel di atas dapat diketahui ada beberapa travel rute Bandung –
Jakarta. Dengan keadaan tersebut sebaiknya terdapat pengaturan antar
moda-moda yang berute sama tersebut, sehingga terdapat persaingan
sehat antar moda untuk menjembatani pergerakan antara Bandung -
Jakarta.
Majunya kegiatan perekonomian dan meningkatnya kebutuhan
masyarakat mendorong tingginya keinginan masyarakat untuk berpergian
baik dalam rangka kegiatan bisnis, keperluan keluarga, maupun tujuan
rekreasi. Kota Jakarta adalah ibukota republik Indonesia yang merupakan
pusat pemerintahan, pusat ekonomi, dan pusat pariwisata yang merupakan
daya tarik bagi penduduk kota – kota besar lainya termasuk Bandung
Untuk alasan terakhir pergerakan menuju Jakarta adalah karena
banyaknya penduduk Bandung yang bekerja di Jakarta sehingga
(22)
sudah terdapat pelaku perjalanan yang melakukan ulang-alik Bandung -
Jakarta atau sebaliknya
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa dengan semakin
berkembangnya kota Jakarta sebagai pusat kegiatan di Indonesia maka
kemungkinan pemilihan moda akan semakin banyak dengan pilihan rute
yang beragam pula. Baik menggunakan kendaraan pribadi, ataupun
kendaraan umum seperti shuttle service dan kereta api.
I.3. Tujuan.
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mendefinisikan karakteristik pelaku perjalanan dengan
menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaku
perjalanan dalam memilih moda pada satu koridor ketika melakukan
kegiatan pergerakan antar kota. Koridor yang dipilih adalah perjalanan
Bandung - Jakarta. Penelitian hanya dilakukan untuk membandingkan
antara moda transportasi angkutan shuttle service melalui jalan raya tol, kereta api dengan jalan rel.
2. Memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan
probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara
shuttle service dan kereta api bila ditinjau dari segi biaya perjalanan
(cost), waktu tempuh perjalanan (time), jadwal keberangkatan (headway), pelayanan (service), dan waktu perjalanan menuju stasiun (time acces).
(23)
3. Untuk menguji sensitivitas pelaku perjalanan dalam penentuan
pemilihan moda apabila dilakukan perubahan terhadap atribut
perjalanannya.
I.4. Metodologi Penelitian
Metode penulisan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Teori-teori mengenai pemilihan moda, model dari pemilihan moda
dan teori mengenai pengambilan sampel serta teori mengenai metodologi
survey yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, yang
didapatkan dengan cara studi pustaka dari buku-buku yang berisi
informasi dasar mengenai transportasi dan statistik.
2. Survey
Pengambilan data, dalam penelitian ini digunakan dua data
sumber yaitu :
- Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan teknik stated preference yang didapat
dengan pengamatan langsung. Data ini berupa dokumentasi
pengamatan langsung dilapangan dengan melakukan wawancara
langsung kepada pengguna kereta api dan shuttle service. Hasil
(24)
a) Dalam pelaksanaannya, surveyor membawa lembar kuesioner dan
menyebar kuisioner kepada responden secara acak pada kereta api
dan shuttle service tujuan Bandung – Jakarta
b) Survey dengan teknik wawancara langsung kepada pengguna
moda angkutan kereta api dan shuttle service
- Data sekunder yaitu data yang sudah tersusun yang diperoleh dari
instansi-instansi tertentu. Data dapat berupa data-data mengenai
operator yang melayani rute Bandung - Jakarta, kapasitas angkutan
umum, rata-rata jumlah penumpang dalam sekali berangkat, dan
lain-lain.
- Menganalisa dan mengolah data-data yang menyangkut situasi di
lapangan saat pengambilan data
I.5. Batasan Masalah
- Ruang lingkup penelitian dan survey adalah perjalanan dari Bandung
menuju Jakarta menggunakan kereta yang berangkat dari stasiun , dan
perjalanan menggunakan shuttle service yang berangkat dari Bandung.. Permasalahan akan dibatasi pada pemberian penawaran
alternatif pada pengguna salah satu moda dari kedua moda yang telah
ditetapkan, yaitu seperti apa tanggapan dan kecenderungan pengguna
terhadap moda tersebut.
- Responden yang dipilih hanya kepada pemakai kereta api dan shuttle service yang melakukan perjalanan kerja/bisnis.
(25)
I.6. Tinjauan Pustaka
I.6.1.Stated Preference
. Stated preference adalah suatu pendekatan dengan cara menyampaikan pertanyaan pilihan (option) yang berupa suatu hipotesa untuk dinilai oleh responden. Selanjutnya responden ditanya mengenai
pilihan apa yang mereka inginkan untuk melakukan sesuatu atau
bagaimana mereka membuat ranking/rating atau pilihan tertentu di dalam
satu atau beberapa situasi dugaan. Data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan suatu model
berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu.
Sifat utama dari Stated Preference adalah sebagai berikut:
1. Stated Preference didasarkan pada pendapat responden tentang bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif.
2. Setiap pilihan dipresentasikan sebagai “paket” dari atribut yang
berbeda seperti ongkos, waktu tempuh perjalanan, jadwal
keberangkatan, pelayanan, dan waktu perjalanan menuju stasiun.
3. Alat interview yang diberikan oleh metode ini memberikan alternatif
yang dapat dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.
4. Respon setiap jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk
mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting
(26)
Metode ini telah secara luas dipergunakan dalam bidang
transportasi karena metode ini dapat mengukur/memperkirakan
bagaimana masyarakat memilih moda perjalanan yang belum ada atau
melihat bagaimana reaksi mereka bereaksi terhadapsuatu peraturan baru.
Menurut defenisinya Stated Preference berarti pernyataan preferensi tentang suatu alternative dibanding alternative-alternatif yang lain. Teknik
ini menggunakan pernyataan preferensi dari para responden untuk
menentukan alternative rancangan yang terbaik dari beberapa macam
pilihan rancangan.
Data stated preference (SP) memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan metode survey yang lain diantaranya.
1. Data survey yang lain rata-rata memiliki pengertian yang sesuai
dengan perilaku nyata, tetapi data SP mungkin berbeda dengan
perilaku nyatanya;
2. Meode Stated Preferenced secara langsung dapat diterapkan untuk perencanaan alternatif yang baru (non existing)
3. Format pilihan respon dapat bervariasi misalnya memilih salah satu
ranking, rating dan choice, sedangkan format pilihan untuk metodesurvey yang lain hanya berupa choice.
4. Kelebihan metode survei dengan teknik stated preference terletak
pada kebebasannya untuk melakukan desain pertanyaan untuk
(27)
diperlukan. Desain bentuk pertanyaan dan penyajian stated preference
terdiri dari dari dua tahap
Studi terdahulu
Sebagai bahan untuk perbandingan dalam penelitian ini, penulis
ingin mencoba menguraikan studi terdahulu tentang pemilihan moda
Bandung – Jakarta atau sebaliknya
1. Judul : Perjalanan Antara 2 Kota Dengan Membandingkan Moda
Shuttle Service, Kereta Api, Dan Pesawat Udara (Studi Kasus :
Jakarta – Bandung), Skripsi, Universitas Indonesa.2009.
Oleh : Yanita Amelia
Tujuan dari studi ini adalah untuk mendefinisikan karakteristik
pengguna moda shuttle service, kereta api, serta pesawat udara. Tujuan lainnya adalah memodelkan pemilihan moda antar ketiganya.
Dalam studi ini, digunakan metode survey wawancara responden
pengguna shuttle service, kereta api, dan pesawat udara dengan metode
stated preferenced, dimana model pemilihan moda dipengatuhi oleh faktor-faktor sosioekonomi seperti factor pengaruh, waktu menuju pool, biaya menuju tujuan, waktu perjalanan moda,dan waktu menuju tujuan.
Analisa pemilihan moda ini dapat dihitung dengan memodelkan jumlah
pengguna yang dipengaruhi faktor-faktor sosioekonomi lainnya dengan
metode regresi linear berganda, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
(28)
akhir yang telah teruji secara normal, limieritas, signifikasi, dan hipotesa
didapat bahwa jumlah pengguna shuttle service dipengaruhi oleh waktu
perjalanan, jumlah pengguna kereta api dipengaruhi oleh waktu menuju
stasiun dan waktu perjalanan, serta jumlah pengguna pesawat udara
dipengaruhi oleh tariff. Untuk probabilitas didapatkan shuttle service
sebagai moda terpopuler, diikuti pesawat udara dan terakhir kereta api.
Modal pemilihan moda yang telah didapat tidak terlalu bagus karena
memiliki nila R square yang kurang dari 50 % untuk moda shuttle service
dan kereta api.
I.7. Hipotesa
Berdasarkan hasil studi terlebih dahulu tentang pemilihan moda
antara shuttle service dan kereta api didapat bahwa menurut saya penumpang yang melakukan perjalanan Bandung-Jakarta dengan tujuan
bekerja/berbisnis lebih memilih menggunakan shuttle service daripada kereta api karena waktu perjalanan menggunakan shuttle service lebih cepat daripada menggunakan kereta api, dan juga dipengaruhi waktu
menuju stasiun yang lebih lama daripada waktu menuju pool shuttle
(29)
I.8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Penelitian ini adalah sebagai berikut
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Tujuan, Ruang
Lingkup dan Pembatasan Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan dari penelitian.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang transportasi massal, variable penentu
pemilihan moda, metode Stated Preference, Teori Pengambilan Sampel,
Jenis Data, Fungsi Utilitas dengan metode Regresi linear-berganda, dan
Model Multinomial Logit.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Bab ini dijelaskan tentang Proses Penelitian, Lokasi
Penelitian, metodologi survey, penerapan pengambilan sample, dan
metode analisis data.
4. BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi mengenai hasil pengolahan data, model pemilihan
moda yang terbentuk sesuai dengan data yang diperoleh, pengujian dan
(30)
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari penulisan
(31)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Transportasi
II.1.1 Pengertian
Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu sistem
dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan transportasi
adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau
mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di
tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem
transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai variabel
dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut,
atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain secara terstruktur
untuk tujuan tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan perencanaan sistem transportasi adalah :
a. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada
masa yang akan datang (tindakan preventif).
(32)
c. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan
seseimbang mungkin.
d. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaan di
masa depan.
e. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang
juga mencakup penggunaan dan yang terbatas seoptimal mungkin, demi
mencapai tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna
yang tinggi).
II.1.2 Komponen Sistem Transportasi
Dalam ilmu transportasi, alat pendukung proses perpindahan diistilahkan
dengan sistem transportasi mencakup berbagai unsur (subsistem) berupa:
1. Ruang untuk bergerak (jalan).
2. Tempat awal / akhir pergerakan (terminal).
3. Yang bergerak (alat angkut/kenderaan dalam bentuk apapun).
4. Pengelolaan : yang mengkoordinasi ketiga unsur sebelumnya.
Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang
diinginkan, tidaklah terlepas dari kehadiran subsistem tersebut di atas secara
serentak. Masing-masing unsur itu tidak bisa hadir beroperasi sendiri-sendiri,
kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja
komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem
(33)
II.1.3 Peranan Transportasi
Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan
nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda
perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir
semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan
ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki dua fungsi
ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur
penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan pembangunan nasional.
Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang
efektif untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi, melayani daerah terpencil,
merangsang pertumbuhan daerah tertinggal dan terbelakang.
Jadi, transportasi memegang peranan yang sangat penting karena melibatkan
dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia yang saling berkaitan. Semakin
lancar transportasi tersebut, maka semakin lancar pula perkembangan pembangunan
daerah maupun nasional.
II.1.4 Konsep Perencanaan Transportasi
Ada beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang
hingga saat ini dan yang paling populer adalah ‘Model Perencanaan transportasi
Empat Tahap (Four Step Models). Keempat model tersebut antara lain (Ofyar Z Tamin, 2000) :
1. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation Models), yaitu pemodelan
(34)
jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal (meninggalkan) dari suatu
zona/kawasan/petak lahan dan jumlah (banyaknya) perjalanan yang
datang/tertarik (menuju) ke suatu zona/kawasan/petak lahan pada masa
yang akan datang (tahun rencana) per satuan waktu.
2. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution Models), yaitu pemodelan
yang memperlihatkan jumlah (banyaknya) perjalanan/yang bemula dari
suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya
jumlah (banyaknya) perjalanan/yang datang mengumpul ke suatu zona
tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.
3. Model Pemilihan Moda Transportasi (Mode Choice models), yaitu
pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi
untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah
(dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau
memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu
titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.
4. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment Models), yaitu pemodelan yang
memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memilih
berbagai rute dan lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi
tersebut.
Analisa pemilihan moda dapat dilakukan pada tahap yang berbeda-beda dalam
proses perencanaan dan pemodelan transportasi. Pendekatan model pemilihan moda
sangat bervariasi, tergantung pada tujuan perencanaan transportasi. Salah satu
(35)
menghitung bangkitan pergerakan, disini pergerakan angkutan umum langsung
dipisahkan dengan angkutan pribadi. Kemudian, setiap modadianalisa secara terpisah
selama tahapan proses pemodelan. Berikut ini beberapa alternatif analisis untuk
pemilihan moda
- Model jenis I - Model Jenis II - Model Jenis III Model Jenis IV
G = Bangkitan pergerakan MS = Pemilihan moda
A = Pemilihan rute D = Sebaran pergerakan
Gambar II.1. Alternatif posisi untuk anallisis pemilihan moda
1. Model Jenis I
Dalam model jenis I, pergerakan yang menggunakan angkutan umum dan
pribadi dihitung secara terpisah dengan model bangkitan pergerakan,
biasanya menggunakan model analisa regresi atau kategori.
G-MS
D
A
G
G-MS
D
A
G
D-MS
A
G
D
MS
(36)
2. Model Jenis II
Model jenis II sering digunakan untuk perencanaan angkutan jalan raya,
bukan untuk angkutan umum. Oleh karena itu, hal yang terbaik yang harus
dilakukan mengabaikan pergerakan angkutan umum dalam pemodelan
sehingga sebaran pergerakan langsung terkonsentrasi dalam pergerakan
angkutan pribadi.
3. Model Jenis III
Model jenis III mengkombinasikan model pemilihan moda dengan model
gravity di sini proses sebaran pergerakan dan pemilihan moda dilakukan secara bersamaan.
4. Model Jenis IV
Model tersebut menggunakan kurva diversi, persamaan regresi, atau variasi
model III. Model ini selalu menggunakan nisbah atau selisih hambatan antara
2 moda yang bersaing.
II.2.Keterkaitan Transportasi Antara Bandung Dan Jakarta
Transportasi Bandung-Jakarta
Saat ini, transportasi yang digunakan untuk melayani perjalanan
Jakarta-Bandung maupun sebalikya adalah kereta api, bis, dan travel.
1. Kereta Api
Kereta api yang melayani jurusan Bandung-Jakarta adalah KA Argo
(37)
peleburan antara KA Parahyangan dan KA Argo Gede yang tidak beroperasi sejak
tanggal 26 April 2010.
Gambar II.2
KA Argo Parahyangan Melintasi JembatanCikubang Saksaksaat
Gambar II.3
Interior KA Argo Parahyangan Kelas Eksekutif
Peleburan antara KA. Parahyangan dan KA. Argo Gede menjadi KA. Argo
(38)
2005 yang mengakibatkan okupansi penumpang KA Bandung-Jakarta rendah dan
hanya penuh pada akhir minggu saja.
Data jumlah penumpang kereta api jurusan Jakarta-Bandung dari tahun 2006
sampai dengan 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel II.1
Data Volume Penumpang KA Bandung-Jakarta Tahun 2006-2010
Nama KA Kelas
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Argo Gede Eks 303.700 156.501 257.146 288.812 84.973
Parahyangan
Eks 184.384 184.384 138.659 222.687 43.687
Bis 347.005 347.005 360.397 397.467 114.333
Jumlah 835.089 687.890 756.202 908.966 242.993
Argo
Parahyangan
Eks - - - 201.329
Bis - - - 213.299
Jumlah - - - - 414.628
(39)
Grafik II.1. Grafik Jumlah Penumpang KA Jurusan Bandung-Jakarta
Tahun 2006-2010
Frekuensi KA Argo Parahyangan saat ini adalah 16 kali perjalanan Gambir
(Jakarta)-Bandung PP. Tarif yang digunakan untuk kelas Eksekutif adalah Rp.
70.000,- s.d. Rp. 90.000,- dan kelas Bisnis adalah Rp. 55.000,-.
Tabel II.2
Jadwal Kereta Api Argo Parahyangan Jakarta-Bandung PP
Gambir (Berangkat) Bandung (Datang) Bandung (Berangkat) Gambir (Datang)
05:45 09:08 04:00* 07:23
08:30* 11:43 05:00 08:25
09:15 12:38 06:30 10:35
11:30 14:58 08:45** 11:58
13:30** 16:47 12:00 15:50
835.089 687.890 756.202 908.966 657.621 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 1.000.000
2006 2007 2008 2009 2010
Jum la h P e num pa ng Tahun
(40)
16:15 19:39 14:30 17:50
19:00 22:26 16:30 19:52
20:25 23:46 19:00 23:00
Sumber : PT Kereta Api Daop I Jakarta, 2011
* Berjalan setiap hari senin atau setelah libur
** Berjalan setiap hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu
Jika dibandingkan dengan frekuensi KA Argo Gede dan KA Parahyangan
sebelum dilebur menjadi Argo Parahyangan, frekuensi saat ini dapat dikatakan jauh
lebih sedikit karena permintaan angkutan Bandung-Jakarta dengan menggunakan
kereta api menurun dan berpindah ke moda lain (bis dan travel). Frekuensi KA Argo
Gede adalah 12 kali perjalanan Gambir (Jakarta)-Bandung PP dan KA Parahyangan
adalah 14 kali perjalanan Gambir (Jakarta)-Bandung PP.
2. Bis
Angkutan Bis jurusan Jakarta-Bandung memiliki beberapa terminal
pemberangkatan di Jakarta dan hanya menuju pada 1 terminal di Bandung, yaitu
Terminal Leuwi Panjang. Leuwi Panjang sebagai terminal bus antarkota dan provinsi
(41)
Gambar II.4
Bis Jurusan Jakarta di Terminal Leuwi Panjang
Gambar II.5
Interior Bis Primajasa
Beberapa terminal yang dijadikan sebagai terminal pemberangkatan di
Jakarta adalah sebagai berikut :
a. Terminal Pulo Gadung;
b. Terminal Lebak Bulus;
c. Terminal Tanjung Priok;
(42)
e. Terminal Kampung Rambutan.
Tabel II.3
Jumlah Kendaraan AKAP Jurusan Jakarta-Bandung PP di Terminal
Leuwi Panjang
No. Terminal Nama P.O.
Jml Kend.
Fasilitas
1 Pulo Gadung Patriot 21
Non
Ekonomi
Garuda Kencana 8
Non
Ekonomi
Gagak Rimang 5
Non
Ekonomi
Harum BSI 11
Non
Ekonomi
Mios 10 Ekonomi
2 Lebak Bulus Primajasa 65
Non
Ekonomi
Jayalangit 5
Non
Ekonomi
3
Tanjung
Priok
Primajasa 6
Non
(43)
4 Kalideres Primajasa 26
Non
Ekonomi
Arimbi 11
Non
Ekonomi
Harum Prima 3
Non
Ekonomi
MGI 5
Non
Ekonomi
5
Kp.
Rambutan
BPS 16
Non
Ekonomi
BPS tama 24
Non
Ekonomi
Kramat Djati 23
Non
Ekonomi
Harum Prima 8
Non Ekonomi Bintang Parahyangan 11 Non Ekonomi
Gagak Rimang 11
Non
(44)
Medal S 29
Non
Ekonomi
Jayalangit 2
Non
Ekonomi
Gardena 17
Non
Ekonomi
Parahyangan 15
Non
Ekonomi
Garuda Kencana 3
Non
Ekonomi
Sari Harum 7
Non
Ekonomi
Perkasa 7
Non
Ekonomi
Waspada 4
Non
Ekonomi
Persada 3
Non
Ekonomi
Bintang Kejora 5
Non
(45)
Mios 3
Non
Ekonomi
BPS Utama 15 Ekonomi
Harum 21 Ekonomi
Kramat Djati 24 Ekonomi
Sinar Pasundan 29 Ekonomi
Pangarang 9 Ekonomi
Purba Jaya 18 Ekonomi
Bintang
Parahyangan
5 Ekonomi
Parahyangan 28 Ekonomi
Mios 10 Ekonomi
Medal S 4 Ekonomi
Garuda Kencana 4 Ekonomi
Duta Pangarang 14 Ekonomi
Primas 6 Ekonomi
Agung Makmur 4 Ekonomi
(46)
Taruna Jaya 5 Ekonomi
Bintang
Parahyangan
16 Ekonomi
Aladdin 9 Ekonomi
Persada 5 Ekonomi
Sumber : Terminal Bis Leuwi Panjang, 2011
Jumlah penumpang bis di Terminal Leuwi Panjang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel II.4
Jumlah Penumpang Bis di Terminal Leuwi Panjang Tahun 2006-2010
No. Terminal
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
1 Pulo Gadung 236.698 94.441 75.794 106.847 122.485
2 Lebak Bulus 253.436 237.957 241.139 320.782 366.496
3 Tanjung Priok 73.209 58.729 60.242 92.732 107.398
4 Kalideres 110.299 185.897 219.957 329.672 389.519
5 Kp. Rambutan 578.051 437.833 379.914 399.622 318.481
Jumlah 1.253.699 1.016.864 979.054 1.251.664 1.306.389
(47)
Grafik II.2. Grafik Jumlah Penumpang Bis di Terminal Leuwi Panjang
Tahun 2006-2010
Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penumpang Bis menuju ke
Terminal Leuwi Panjang (Bandung) menurun sampai tahun 2008 dan meningkat
drastic setiap tahunnya dari tahun 2009. Meningkatnya jumlah penumpang
disebabkan karena dibangunnya Tol Cipularang pada tahun 2005. Salah satu faktor
penyebabnya adalah waktu tempuh yang lebih cepat dari waktu tempuh kereta api.
Tetapi pada saat kondisi jalan macet, waktu tempuh bis lebih lama daripada waktu
tempuh kereta api.
3. Shuttle Service
Pada awalnya, pasar moda shuttle service ini dikuasai oleh operator 4848 travel yang merupakan perusahaan angkutan yang berpusat di Bandung dan hanya
melayani lintas angkutan travel antara Bandung dan Jakarta saja, serta berkonsep
transportasi antar jemput dari pintu ke pintu (door to door)
Seiring berkembangnya tren moda transportasi. Konsep antar jemput dari
pintu ke pintu mulai bergeser pada konsep satu titik pemberangkatan ke titik tujuan.
1.253.699
1.016.864 979.054
1.251.664 1.306.389
0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000
2006 2007 2008 2009 2010
Jum la h P e num pa ng Tahun
(48)
Kehadiran travel point to point (shuttle service) ini telah merubah kebiasaan orang dalam memilih moda transportasi untuk perjalanan Bandung-Jakarta. Cukup banyak
perusahaan penyedia layanan shuttle service diantara Cipaganti, Citi Trans, Xtrans,
Baraya Travel, DayTrans, dan lain sebagainya.Berikut ini adalah daftar perusahaan
penyedia jasa pelayanan shuttle service yang terdaftar resmi di Dinas Perhubungan Kota Bandung.
Angkutan Antar Jemput Antar Provinsi (AJAP) jurusan Jakarta-Bandung atau
yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan Travel (Shuttle Service) Jakarta-Bandung adalah kendaraan mobil bus kecil yang berkapasitas tempat duduk tidak lebih dari 10
tempat duduk penumpang yang mengantar penumpang dari suatu tempat (pangkalan)
di Jakarta menuju ke tempat lain (pangkalan lain) di Bandung dan sebaliknya.
(49)
Gambar II.7
Interior Armada Cipaganti
Jumlah kendaraan yang telah mendapatkan izin trayek sesuai dengan
database perizinan angkutan AJAP Direktorat LLAJ adalah sebanyak 647 kendaraan
dari 18 perusahaan yang terdaftar pada dasarnya tetap dialokasikan sebagai angkutan
AJAP Jakarta-Bandung dengan rincian sebagai berikut :
Tabel II.5
Perusahaan Antar Jemput Antar Provinsi (Travel) Jakarta-Bandung
NO.
PERUSAHAAN
DOMI SILI
JUML AH KEND.
KODE NAMA
1 31001 PT. VETIGA NADI
DKI
Jakarta 68
2 31002
PT. SARANA MARGABHAKTI UTAMA
DKI
(50)
NO. PERUSAHAAN DOMI SILI JUML AH KEND.
KODE NAMA
3 32002 PT. BATARA TITIAN KENCANA
Jawa
Barat 60
4 32003 PT. CIPAGANTI CITRA GRAHA
Jawa
Barat 198
5 32004 PT. 4848 IRAWAN SARPINGI
Jawa
Barat 5
6 32005
PT. SINAR JAYA MEGAH LANGGENG
Jawa
Barat 14
7 32009 PT. LINTAS MEDIA KARYA
Jawa
Barat 10
8 32011
PT. TRANSPORTASI LINTAS INDONESIA
Jawa
Barat 16
9 32012 CV. CITRA TIARA TRANSPORT
Jawa
Barat 57
10 32013 PT. NUR RACHMADI Bersama
Jawa
Barat 60
11 32014 CV. PANCA JAYA UTAMA
Jawa
(51)
NO. PERUSAHAAN DOMI SILI JUML AH KEND.
KODE NAMA
12 32015 PT. HERI SURYA PUTRA
Jawa
Barat 10
13 32016 PT. PURBAYA PANCASAKTI
Jawa
Barat 28
14 32018 PT. DISA PRATAMA MANDIRI
Jawa
Barat 10
15 32025 PT. TELE TRANS
Jawa
Barat 5
16 32027
PT. MULTIMODA TRAVELATAMA
Jawa
Barat 9
17 32029 PT. STAR LINE
Jawa
Barat 12
18 32031 PT. DAY TRANS
Jawa
Barat 70
JUMLAH 647
Sumber : Direktorat LLAJ, 2011
Terdapat 7 perusahaan dengan 65 kendaraan tidak melaksanakan kewajiban
(52)
a. CV. Safa (PT. Sinar Jaya Megah Langgeng)
b. PT. Lintas Media Karya
c. PT. Metromoda Travelatama
d. PT. Tele Trans
e. PT. Star Line
f. PT. Heri Surya Putra
g. PT. 4848 Irawan Sarpingi
Jumlah armada travel adalah 647 + 65 = 712 kendaraan. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, diasumsikan bahwa operasional travel memiliki
karakteristik perjalanan sebagai berikut :
a. Rata-rata ritase armada adalah 3 rit/ kendaraan
b. Rata-rata kapasitas kendaraan adalah 10 orang
c. Total armada yang beroperasi adalah 712 unit (resmi dan tidak resmi)
d. Jumlah penumpang = Jumlah armada x Rit x Kapasitas
= 712 x 3 x 10 = 21.360 orang
e. Peak Time terjadi pada hari-hari libur dan saat weekend, yaitu jum’at, sabtu, dan minggu.
Jumlah penumpang Travel dalam seminggu baik dari Jakarta-Bandung
(53)
Grafik II.3. Jumlah Penumpang Travel Jakarta-Bandung
Jumlah penumpang travel Jakarta-Bandung seperti gambar II.9 di atas dalam seminggu adalah 112.820 penumpang dan dalam setahun adalah 6.386.640
penumpang.
Grafik II.4. Jumlah Penumpang Travel Bandung- Jakarta
10680
13350
16020
18690
21360 21360 21360
0 5000 10000 15000 20000 25000
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Jum la h P e num pa ng Hari
Jumlah Penumpang Travel
Jakarta-Bandung
21360 19224 17088 14952 12816 10680 21360 0 5000 10000 15000 20000 25000Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Jum la h P e num pa ng Hari
Jumlah Penumpang Travel
Bandung-Jakarta
(54)
Jumlah penumpang travel Bandung-Jakarta seperti gambar II.10 di atas dalam seminggu adalah 117.480 penumpang dan dalam setahun adalah 6.108.960
penumpang.
Jumlah penumpang travel Jakarta-Bandung sebesar 6.386.640 penumpang
dan Bandung-Jakarta sebesar 6.108.960. Jadi jumlah penumpang travel pada tahun
2010 adalah sebesar 12.495.600 penumpang.
Tarif shuttle service bervariasi untuk Bandung-Jakarta berkisar antara 58.000 s/d 75.000. Jenis mobil yang digunakan diantara Isuzu Elf, Hyuno Dutro, KIA
Travello, dan lain sebagainya. Karakterisitik keberangkatan shuttle service bervariasi
ada yang on time sesuai jadwal keberangkatan dan ada yang menunggu jumlah
minimal penumpang baru shuttle service diberangkatkan.
Tabel II.6
Karakteristik Keberangktan, Tarif, dan Jenis Mobil Yang Digunakan
Nama Travel Tarif
Karakteristik
Keberangkatan Jenis Mobil
X-Trans 75.000 On time Isuzu Elf
Cipaganti 75.000 On time
Isuzu Elf dan KIA
Travello
Baraya Travel 58.000 On time Isuzu Elf
(55)
CitiTrans 75.000 On time Hyno Dutro
Kangaroo Travel 60.000 On time KIA Travello
Transporter 60.000 On time KIA Travello
Transline 70.000 On time Isuzu Elf
Teletrans 65.000 On time Isuzu Elf
Safa Trans 60.000 On time Isuzu Elf
Mega Trans 50.000 On time Suzuki AVP
Metro Line 60.000 Minimal 3 orang berangkat Isuzu Elf
4848 Travel 65.000 On time Daihatsu Luxio
Buah Batu
Travell 75.000 On time Isuzu Elf
Bandung Quick 70.000 On time Isuzu Elf
V3 Trans 70.000 On time Isuzu Elf
Farametta 70.000 Minimal 3 orang berangkat Isuzu Elf
Sumber: Survey Primer, 2012
IV.3 Jalan Tol yang Menghubungkan Jakarta-Bandung
Jalan tol yang dilewati untuk melakukan perjalanan Jakarta-Bandung adalah
(56)
1. Jalan Tol Jagorawi
Jagorawi (Jakarta Bogor Ciawi), merupakan Jalan Tol pertama yang
dioperasikan oleh Jasa Marga pada tahun 1978. Jalan Tol dengan total 59 km ini,
menghubungkan antara Jakarta, Cibubur, Citeureup, Bogor, serta Ciawi.
Pengoperasian Jagorawi menjadi tonggak sejarah kelahiran PT Jasa Marga (Persero)
Tbk sebagai perusahaan pengembang dan operator jalan tol di Indonesia.
Saat ini Jalan Tol Jagorawi tersambung dengan berbagai ruas jalan tol lain,
yaitu; Jalan Tol Dalam Kota, Jalan tol Lingkar Luar Jakarta, dan Bogor Ring Road. Jagorawi menjadi masterpiece dikarenakan struktur konstruksi yang masih prima serta dan penataan landscape yang hijau yang memberikan suasana segar bagi pengguna jalan tol. Kini Jalan Tol Jagorawi terus mengalami perubahan dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada pengguna jalan, diantaranya; pelebaran jalan
tol, pemindahan Gerbang Tol ke Cimanggis, hingga Penambahan Sarana Tempat
Istirahat.
Tabel II.7
Gerbang Tol yang Terdapat di Jalan Tol Jagorawi
No
Gerbang
Tol
KM Tujuan
1 Cililitan 2 Jalan tol lingkar dalam Kota Jakarta (arah Jakarta)
2 Taman Mini 4 TMII, Kramat Jati Pondok Gede
3 Dukuh 7
Jalan tol lingkar luar Jakarta
(57)
No
Gerbang
Tol
KM Tujuan
5 Cibubur 13 Cisalak, Cileungsi, Cikeas
6 Cibubur
Utama
14 Gerbang awal jalan tol Jagorawi (arah Bogor/ Ciawi)
7 Cimanggis
18
Cimanggis
8 Cimanggis Utama
Gerbang akhir jalan tol Jagorawi (arah Jakarta)
9 Gunung Putri 24 Bekasi dan Kranggan
10 Citeureup 28 Cibinong
11 Sentul 34 Sirkuit Sentui dan Kab. Bogor
12 Sentul Selatan
37 Sentul City dan Jalan tol lingkar luar Bogor
13 Bogor 42 Gerbang akhir jalan tol Jagorawi (ke Bogor
Kota, Tajur, Kebun Raya Bogor) arah Bogor
Gerbang awal jalan tol Jagorawi
14 Ciawi 44 Gerbang akhir jalan tol Jagorawi (ke Ciawi,
Sukabumi, Gadog, Cisarua, Puncak) arah Ciawi
Gerbang awal jalan tol Jagorawi (arah Jakarta/ Bogor)
(58)
Tabel II.8
Pertumbuhan Volume Lalu Lintas di Jalan Tol Jagorawi
No. Tahun
Volume Kendaraan Per Tahun
Rata-Rata Per Hari/ Kend.
1 2006 116.716.415 319.771
2 2007 116.080.585 318.029
3 2008 115.141.440 315.456
4 2009 120.299.255 329.587
5 2010 125.221.645 343.073
Jumlah 593.459.340 1.625.916
Rata-rata 118.691.868 325.183
Sumber : PT. Jasa Marga (Persero), 2011
Gambar II.8. Rata-Rata Volume Lalu Lintas di Jalan Tol Jagorawi Per
(59)
2. Jalan Tol Purbaleunyi
Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Padaleunyi (Purbaleunyi) sepanjang hampir
123 km merupakan jalan tol yang membuat jarak antar Jakarta dan Bandung menjadi
sangat dekat. Jalan tol yang dioperasikan oleh Cabang Purbaleunyi ini pada awalnya
mengoperasikan jalan tol ruas Padalarang-Cileunyi sepanjang 58,5 km sejak 1991.
Pada tahun 2005, diengan dioperasikannya proyek jalan tol Cipulrang sepanjang 64,4
km, maka lengkaplah Jalan Tol Purbaleunyi menjadi salah satu ruas terpanjang yang
menghubungkan kota Bandung dan Jakarta melalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Jalan Purbaleunyi, terutama ruas Cikampek-Padalarang, merupakan jalan tol
panoramic, yang memiliki pemandangan spektakuler. Jalan tol yang melintasi
berbagai bukit dan jurang ini selain menjadi jalan penguhubung Jakarta-Bandung
juga memiliki nilai pariwisata yang tinggi, sehingga banyak tempat istirahat modern
di Jalan tol ini juga menawarkan pemandangan sebagai daya tariknya.
Tabel II.9. Gerbang Tol yang Terdapat di Jalan Tol Purbaleunyi
No
Gerbang
Tol
KM Tujuan
1 Sadang 79 Purwakarta, Sadang, Subang
2 Jatiluhur 85 Purwakarta, Jatiluhur, Ciganea
3 Cikamuning 115 Cikamuning, Cikalong Wetan,
Purwakarta
(60)
No
Gerbang
Tol
KM Tujuan
5 Baros 5P* Cimahi, Baros, Leuwigajah
6 Pasteur 1P* Pasteur, Lembang Gegerkalong
7 Pasir Koja 134 Pasir Koja, Leuwi Panjang, Pusat Kota
8 Kopo 136 Kopo, Pusat Kota, Soreang, Ciwidey
9 Mohammad
Toha
138 Mohammad Toha, Pusat Kota, Banjaran
10 Buah Batu 141 Buah Batu, Dayeuhkolot
11 Cileunyi 156
Akhir jalan Tol Padaleunyi
Cileunyi Cirebon, Tasikmalaya, Jawa
Tengah (lewat jalur selatan)
Tabel II.10
Pertumbuhan Volume Lalu Lintas di Jalan Tol Pubaleunyi
No. Tahun
Volume Kendaraan Per Tahun
Rata-Rata Per Hari/ Kend.
1 2007 52.555.255 143.987
2 2008 54.364.560 148.944
(61)
4 2010 69.632.875 190.775
Jumlah 241.812.500 662.500
Rata-rata 60.453.125 165.625
Sumber : PT. Jasa Marga (Persero), 2011
Gambar II.9
Rata-Rata Volume Lalu Lintas di Jalan Tol Purbaleunyi Per Hari/ Kend.
II.3. Pilihan Moda Transportasi (Mode Choice)
II.3.1 Pengertian
Tahap pilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan
angkutan yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau
mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan
menggunakan atau memilih berbagai model transportasi yang tersedia
untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud
perjalanan tertentu pula. Sebagai contoh, misalkanlah seorang pelaku
(62)
menuju Jakarta dengan maksud perjalanan bisnis/dinas, dan dihadapkan
kepada masalah memilih alat angkut apa yang akan dipakainya yang
tersedia melayani jalur titik Bandung menuju Jakarta tersebut. Apakah
dengan bus umum atau mobil pribadi/dinas, atau dengan jenis kenderaan
lainnya barangkali. Hal ini tergantung dengan perilaku si “A” yang
dipengaruhi oleh sekumpulan faktor atau variabel.
Adapun hasil analisis tahap pilihan moda ini, sangat bermanfaat
sebagai masukan bagi pihak-pihak penyedia jasa yang melayani rute
Bandung-Jakarta. Pemilihan moda transportasi dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok, yaitu:
A. Pengguna Jasa Transportasi/Pelaku Perjalanan (Trip maker)
a) Golongan paksawan (captive), merupakan jumlah terbesar di
negara berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa
menggunakan angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi.
Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan
menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).
b) Golongan pilihwan (choice), merupakan jumlah terbanyak di
negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang
mempunyai kemudahan (akses) ke kenderaan pribadi dan
dapat memilih untuk menggunakan angkutan umum atau
angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan
masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi
(63)
B. Bentuk Alat (Moda) Transportasi/Jenis Pelayanan Transportasi
Secara umum, ada 2 kelompok besar moda transportasi, yaitu:
a) Kendaraan pribadi (private transportation)
Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang dan
seseorang itu bebas menggunakannya kemana aja, kapan saja, dan dimana
saja yang diinginkan atau tidak menggunakannya sama sekali (mobilnya
disimpan di garasi).
b) Kendaraaan umum (public transportation)
Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang
banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama,
mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan
peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan
dan para pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan
ketentuan-ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka
pilih.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan jumlah pelaku perjalanan
yang menggunakan dua atau lebih moda transportasi yang betul-betul
proporsional, dilakukan beberapa tahapan analisis, yaitu (Fidel, Miro. 2002):
1. Tahap Pertama, pengidentifikasian beberapa faktor (variabel)
(64)
pelaku perjalanan (trip maker behavior) dalam menjatuhkan
perilaku alternatif alat angkutan yang dipakai untuk bepergian.
2. Memodelkan nilai kepuasan (utility) si pelaku perjalanan untuk
beberapa pilihan alternatif alat angkutan yang dipakai melalui
model analisa regresi linear buat mendapatkan angka kepuasan
(nilai utilitas) menggunakan masing-masing moda angkutan.
3. Memodelkan peluang (probabilitas/opportunity) masing-masing
alternatif pilihan moda angkutan yang akan dipakai melalui
beberapa model pilihan moda angkutan seperti “binary model” di
antaranya logit biner, probit, multinominal logit, atau Gunarson
(Akiva dan Lerman, 1985) dengan cara mengeksponenkan nilai
kepuasan masing-masing moda angkutan yang sudah kita
dapatkan pada tahapan kedua.
4. Yang terakhir, barulah didapati angka proporsi (dalam %)
peluang atau pangsa pasar masing-masing moda angkutan untuk
dipilih dari sejumlah calon pengguna moda (user) tertentu sebagai
perkiraan (estimation) serta angka mutlaknya.
II.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda
Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat pengaruhnya
terhadap perilaku perjalanan atau calon pengguna (trip maker behavior).
Masing-masing faktor ini terbagi lagi menjadi beberapa variabel yang
(65)
A.Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel characteristics
factor), meliputi variabel :
1. Tujuan perjalanan (trip purpuse), seperti pergi bekerja, sekolah,
belanja, dan lain-lain.
2. Waktu perjalanan (time of trip made), seperti pagi hari, siang,
sore, malam, hari libur, dan seterusnya.
3. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik antara asal
dengan tujuan, termasuk panjang rute/ruas, waktu perbandingan
kalau menggunakan moda moda-moda lain.
B. Kelompok faktor karakteristik si pelaku perjalanan (traveler
characteristics factor)
Pada kelompok faktor ini, seluruh variabel ikut serta berkontribusi
mempengaruhi perilaku si pelaku perjalanan dalam memilih moda
transportasi. Variabel tersebut adalah :
1. Pendapatan (income), berupa daya beli si pelaku perjalanan
untuk membiayai perjalanannya, entah dengan mobil pribadi
atau angkutan umum.
2. Kepemilikan kendaraan (car ownership), berupa tersedianya
kendaraan pribadi sebagai sarana melakukan perjalanan.
3. Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru, dan lain-lain).
(66)
Sosial-ekonomi, seperti struktur dan ukuran keluarga (pasangan
muda, punya anak, pensiunan atau bujangan), usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya lisensi mengemudi (SIM) atau tidak.
Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi (transportation
system characteristics factor). Semua variabel yang berpengaruh terhadap
perilaku si pelaku perjalanan berhubungan dengan kinerja pelayanan
sistem transportasi seperti variabel :
1. Waktu relatif (lama) perjalanan (relative travel time) mulai dari
lamanya waktu menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal),
waktu jalan ke terminal (walk to terminal time), dan waktu di atas
kendaraan.
2. Biaya relatif perjalanan (relative travel cost), yaitu seluruh biaya
yang timbul akibat melakukan perjalanan dari asal ke tujuan untuk
semua moda yang berkompetisi seperti tarif tiket, bahan bakar,
dan lain-lain.
3. Tingkat pelayanan relatif (relatif level of service), yaitu variabel
yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah variabel
kenyamanan dan kesenangan, yang membuat orang mudah
gonta-ganti moda transportasi.
4. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat
(67)
5. Tingkat kehandalan angkutan umum di segi waktu (tepat
waktu/reliability), ketersediaan ruang parkir dan tarif.
Ketiga variabel terakhir ini (3, 4, dan 5) merupakan kelompok
variabel yang sangat subjektif sehingga sulit diukur (dikuantifikasikan)
dan masuk kelompok variabel kualitatif (difficult to quantify).
IV. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona (spacial
characteristics factor), meliputi :
1. Variabel jarak kediaman dengan tempat kegiatan.
2. Variabel kepadatan penduduk (population density).
II.4 Angkutan Umum
II.4.1 Pengertian
Angkutan dapat dikatakan sebagai sarana untuk memindahkan
orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan kendaraan sedangkan kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran (langsung maupun tidak langsung). Tujuannya
membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau berbagai
tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya
ke tempat tujuannya secara baik dan layak. Pemilihan moda/angkutan
yang akan digunakan dalam melakukan pergerakan/perjalanan dapat
(68)
Dari gambar di bawah dapat diambil asumsi bahwa gambar
sebelah kiri mengasumsikan pelaku perjalanan mengambil pilihan antara
bergerak dan tidak bergerak. Apabila pelaku perjalanan melakukan
pergerakan, maka pertanyaan yang timbul adalah apakah menggunakan
angkutan pribadi atau umum? Sedangkan gambar sebelah kanan
mengasumsikan bahwa begitu memilih untuk bergerak maka pelaku
perjalanan memilih moda yang tersedia.
Gambar II.10. Proses pemilihan dua moda (angkutan umum dan mobil) Ofyar Tamin, 2000.
Dari gambar diatas dapat diambil asumsi bahwa gambar sebelah
kiri mengasumsikan pelaku perjalanan mengambil pilihan antara bergerak
dan tidak bergerak. Apabila pelaku perjalanan melakukan pergerakan,
maka pertanyaan yang timbul adalah apakah menggunakan angkutan
pribadi atau umum? Sedangkan gambar sebelah kanan mengasumsikan
bahwa begitu memilih untuk bergerak maka pelaku perjalanan memilih
moda yang tersedia.
Total Pergerakan Total Pergerakan
Bergerak Tidak Bergerak Bergerak Tidak Bergerak
Mobil Angkutan Umum Mobil Angkutan
Umum 2 Angkutan Angkutan Angkutan
(69)
II.4.2. Definisi Moda Travel dan Shuttle Service
Istilah Moda “ Travel” (kemudian akan dipakai sebagai salah satu obyek studi), merupakan sebutan bagi angkutan penumpang yang
melayani antar jemput sistem door to door (dari rumah ke alamat tujuan penumpang), pool to address (dari pool ke alamat tujuan), ataupun pool to pool, berjadwal, kemudian memberangkatkan penumpang sampai tujuan tetap yaitu dapat berupa pool / shuttle perusahaan tersebut, stasiun kereta bahkan bandar udara kota tujuan.
Pengertian Moda “Travel” ini diambil dari istilah Travel Agent
yang berperan sebagai jasa yang mengatur perjalanan penumpang
wisatawan yang kemudian berkembang menjadi angkutan penumpang
antar kota. Kata Travel itu sendiri diambil diambil dari bahasa Inggris dan
mengandung arti perjalanan.
Menurut keputusan Menteri Perhubungan nomor KM. 35 tahun
2003 tentang penyelenggaraan angkutan pemadu moda, maka jenis
angkutan penumpang dengan jenis pelayanan seperti tersebut diatas dapat
digolongkan sebagai Angkutan Pemadu Moda.
Sementara Shuttle Transportasion Service kemungkinan besar diadaptasi dari tren transportasi di beberapa kota di Amerika dan Eropa
yang juga merupakan transportasi antar jemput dari rumah menuju
bandara yang dikelola oleh swasta yang merupakan pengembangan dari
(70)
Shuttle service termasuk jenis pelayanan transportasi yang menggunakan bus kecil atau van untuk menyediakan pergerakan
masyarakat. Shuttle Service adalah salah satu bentuk Public Transit.
Definisi Shuttle Service meliputi :
a. Circulating shuttles, mengangkut penumpang untuk jarak pendek sepajang koridor ramai, termasuk kawasan perdagangan,
perkantoran, kawasan pendidikan, taman, dan kawasan rekreasi.
Circulating shuttles dapat menghubungkan pusat kegiatan utama, seperti terminal pemberhentian sementara dan pusat
perdagangan. Shuttle service dapat disediakan pada permintaan
yang tinggi, yang tidak terjadi seperti biasanya, misalnya pada
waktu-waktu tertentu dan sebagai solusi dari masalah perpakiran.
Beberapa shuttle dapat gratis dan tidak dipungut biaya.
b. Demand-Responses Paratransit, termasuk berbagai bentuk pelayanan transit dengan rute yang dapat disesuaikan
menggunakan mini bus, van, atau share taxi. Contoh-contoh tersebut lebih cocok daripada pelayanan transit dengan rute tetap
untuk beberapa penggunaan, seperti pelayanan pada waktu sibuk
atau pelayanan pada kawasan yang pelayanannya rendah.
Personal Rapid Transit (PRT) terdiri dari kendaraan yang kecil
dapat digerakkan secara otomatis yang menyediakan permintaan
(71)
c. Special Mobility Services adalah paratransit yang merespon permintaan untuk menyediakan pergerakan orang cacat.
Pelayanan tersebut menggunakan van dan mini bus yang
dirancang untuk mengakomodasi orang-orang yang
menggunakan kursi roda atau orang yang memiliki kebutuhan
tertentu.
d. Jitney, pelayanan yang menggunakan van atau mini bus untuk menyediakan pelayanan transit yang dibiayai sendiri (privat),
Jitney melintasi koridor yang ramai.
e. Mobility-to-work programs, sering melibatkan shuttle service untuk pulang pergi kerja antar lingkungan berpendapatan rendah
dengan pusat pekerjaan di wilayah pinggiran.
f. Beberapa pusat perdagangan utama memiliki zona bebas
pelayanan transit.
g. Beberapa perguruan tinggi menawarkan pelayanan shuttle malam
hari setelah pelayanan reguler berakhir.
h. Perniagaan, seperti hotel, menawarkan shuttle service untuk
pelanggan yang tiba tanpa menggunakan kendaraan pribadi.
Berdasarkan keterangan yang didapat dari bagian manajemen
operator Travel “ Citirans” dan “ Cipaganti “, pengertian “ Travel “ adalah angkutan umum yang melayani penumpang secara door to
(72)
door sedangkan “ Shuttle Service” adalah angkutan umum yang melayani penumpang dari point/shuttle to point/shuttle
II.4.3 Pihak yang Berkepentingan dengan Pelayanan Angkutan Umum
Pihak yang berkaitan dalam pengoperasian angkutan umum
penumpang diklasifikasikan atas tiga kelompok. Ketiga pihak yang
berkepentingan adalah penumpang, operator, dan masyarakat banyak.
• Pihak penumpang menghendaki adanya unsur-unsur berikut ini 1) Ketersedian, yang mengandung arti lokasional dan temporal.
Lokasional yaitu dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan sistem
terminal. Temporal diwujudkan dengan frekuensi pelayanan.
2) Ketepatan waktu, berkaitan dengan penjadwalan pelayanan yang
tepat.
3) Kecepatan (waktu perjalanan), merupakan komposisi dari 5 aspek
yaitu : akses, menunggu, perpindahan, perjalanan, dan waktu
keberangkatan.
4) Tarif, merupakan faktor penting bagi para penumpang, berkaitan
dengan kemampuan dan kondisi sosial ekonomi penumpang yang
(1)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 selisih time
acces, selisih service, selisih headway, selisih waktu
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Probabilitas
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .373a .139 .138 1.2573532
a. Predictors: (Constant), selisih time acces, selisih service, selisih headway, selisih waktu
b. Dependent Variable: Probabilitas
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 764.865 4 191.216 120.951 .000a
Residual 4719.097 2985 1.581
Total 5483.962 2989
a. Predictors: (Constant), selisih time acces, selisih service, selisih headway, selisih waktu b. Dependent Variable: Probabilitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.034 .032 32.818 .000
selisih waktu .442 .028 .277 15.808 .000
selisih headway .819 .065 .217 12.616 .000
selisih service -.022 .002 -.178 -10.362 .000
(2)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.034 .032 32.818 .000
selisih waktu .442 .028 .277 15.808 .000
selisih headway .819 .065 .217 12.616 .000
selisih service -.022 .002 -.178 -10.362 .000
selisih time acces .029 .002 .206 11.831 .000
a. Dependent Variable: Probabilitas
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value .388421 2.145315 1.211979 .5058589 2990
Std. Predicted Value -1.628 1.845 .000 1.000 2990
Standard Error of Predicted Value
.029 .100 .047 .021 2990
Adjusted Predicted Value .384746 2.152935 1.212161 .5059740 2990
Residual -3.8347292 1.8087794 .0000000 1.2565116 2990
Std. Residual -3.050 1.439 .000 .999 2990
Stud. Residual -3.054 1.440 .000 1.000 2990
Deleted Residual -3.8446686 1.8124542 -.0001820 1.2580080 2990
Stud. Deleted Residual -3.058 1.440 .000 1.000 2990
Mahal. Distance .603 18.018 3.999 4.731 2990
Cook's Distance .000 .007 .000 .000 2990
Centered Leverage Value .000 .006 .001 .002 2990
a. Dependent Variable: Probabilitas
Alternatif 15 dengan R
2= 0.196
(3)
y =
0,854+
0,00004622x
1+
0,539x
2+
0,944x
3-
0,025x
4+
0,036x
5Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 selisih time
acces, selisih service, selisih headway, selisih biaya, selisih waktu
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: 2.1972
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .443a .196 .195 1.2152741
a. Predictors: (Constant), selisih time acces, selisih service, selisih headway, selisih biaya, selisih waktu
b. Dependent Variable: 2.1972
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1076.919 5 215.384 145.836 .000a
Residual 4407.043 2984 1.477
Total 5483.962 2989
a. Predictors: (Constant), selisih time acces, selisih service, selisih headway, selisih biaya, selisih waktu
b. Dependent Variable: 2.1972
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
(4)
1 (Constant) .854 .033 25.969 .000
selisih biaya 4.622E-5 .000 .251 14.536 .000
selisih waktu .539 .028 .337 19.368 .000
selisih headway .944 .063 .250 14.907 .000
selisih service -.025 .002 -.210 -12.535 .000
selisih time acces .036 .002 .262 15.134 .000
a. Dependent Variable: 2.1972
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value .092409 2.237751 1.211979 .6002449 2990 Residual -3.7409613 2.1047912 .0000000 1.2142573 2990
Std. Predicted Value -1.865 1.709 .000 1.000 2990
Std. Residual -3.078 1.732 .000 .999 2990
a. Dependent Variable: 2.1972
Lampiran
Tabel Pemilihan Moda
No. Option
Cost Time Headway Service Time Acces
U(SS-KA) Pr(SS) Pr(KA) (Rp) (Jam) (Jam) (%) (Menit)
(5)
b
20000
0
0
10
0
1,5284
0,8218
0,1782
c
15000
0
0
10
0
1,2973
0,7854
0,2146
d
0
0
0
10
0
0,6040
0,6466
0,3534
e
10000
0
0
10
0
1,0662
0,7439
0,2561
2
a
0
2
0
10
0
1,6820
0,8432
0,1568
b
0
1,5
0
10
0
1,4125
0,8042
0,1958
c
0
1
0
10
0
1,1430
0,7582
0,2418
d
0
2,5
0
10
0
1,9515
0,8756
0,1244
e
0
3
0
10
0
2,2210
0,9021
0,0979
3
a
0
0
1,5
10
0
2,0200
0,8829
0,1171
b
0
0
1
10
0
1,5480
0,8246
0,1754
c
0
0
0
10
0
0,6040
0,6466
0,3534
d
0
0
-0,5
10
0
0,1320
0,5330
0,4670
e
0
0
0
10
0
0,6040
0,6466
0,3534
4
a
0
0
0
-10
0
1,1040
0,7510
0,2490
b
0
0
0
-20
0
1,3540
0,7948
0,2052
c
0
0
0
-30
0
1,6040
0,8326
0,1674
d
0
0
0
10
0
0,6040
0,6466
0,3534
e
0
0
0
20
0
0,3540
0,5876
0,4124
f
0
0
0
30
0
0,1040
0,5260
0,4740
5
a
0
0
0
10
20
1,3240
0,7898
0,2102
b
0
0
0
10
15
1,1440
0,7584
0,2416
c
0
0
0
10
10
0,9640
0,7239
0,2761
d
0
0
0
10
10
0,9640
0,7239
0,2761
e
0
0
0
10
45
2,2240
0,9024
0,0976
Lampiran
Tabel Nilai Rata-Rata Atribut
No.
Option
Cost
Time
Headway
Service
Time
Acces
(Rp)
(Jam)
(Jam)
(%)
(Menit)
1
a
30000
0
0
10
0
b
20000
0
0
10
0
c
15000
0
0
10
0
(6)