Aspek Ergonomika Stainless Steel

apabila lapisan ini mengalami pengikisan maka lapisan yang baru akan segera terbentuk secara langsung. Ada beberapa jenis stainless steel, yang mana memiliki perbedaan pada kemampuannya terhadap korosi. Beberapa jenis stainless steel yang paling penting dan umum digunakan mengandung 18 krom dan 8 nikel. Rasio 188 menghasilkan daya tahan terhadap korosi yang tinggi pada selang suhu - 160° C hingga titik cair baja yaitu sekitar 1450° C. Dua jenis bahan stainless steel yang umum di pasaran adalh jenis 304 dan 316. stainless steel tipe 316 memiliki keunggulan disbanding tipe 304 dalam hal ketahanan terhadap bahan yang bersifat korosif sebab jenis ini memiliki tambahan unsure molybdenum. Secara lengkap sifat dari kedua jenis bahan stainless steel tipe 304 dapat dilihat pada Lampiran 12. dan stainless steel tipe 316 dapat dilihat pada Lampiran 13.

I. Aspek Ergonomika

Kata ”Ergonomika” berasal dari bahasa Yunani dan berdasarkan asal katanya, Ergonomika tersusun atas kata Ergos yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Pada mulanya ilmu ini hanya terbatas pada studi waktu dan gerak, namun kemudian di Amerika berkembang dan terkenal dengan hukum Engineering. Di Inggris terkenal dengan nama Ergonomies, di Belanda Ergonomie, di Jepang Labor Science dan di Indonesia dikenal dengan nama Ergonomika Kusen, 1989. Penerapan Ergonomika pada desain alat, sudah semakin berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Menurut Kusen 1989, penerapan Ergonomika pada berbagai jenis pekerjaan telah terbukti menyebabkan perbaikan efisiensi dan kenaikan produktivitas yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas hasil kerja sebesar 10 atau lebih. Tujuan yang hendak dicapai dengan ergonomika adalah : 1. Efisiensi kerja, merupakan usaha menciptakan hubungan kerja sehingga diperoleh hasil kerja yang maksimal dengan mempergunakan tenaga seminimal mungkin. 2. Kesehatan kerja yang merupakan pencegahan atau minimisasi kemungkinan terjadinya penyakit sebagai akibat dari kerja yang dilakukan. 3. Keselamatan kerja, artinya perencanaan hubungan kerja sedemikian rupa sehingga terjamin suatu kemungkinan terhadap kecelakaan kerja. 4. Kenyamanan kerja, dimana terciptanya hubungan kerja untuk memperoleh kenyamanan terhadap pekerja. Pengeluaran tenaga seseorang dapat ditinjau dari segi pengeluaran tenaga total tubuh atau laju metabolisme dan pengeluaran tenaga mekanis. Tenaga makanis tubuh nerupakan tenaga yang dapat dimanfaatkan dan disalurkan melalui kerja otot. Sedangkan tenaga total tubuh adalah seluruh tenaga yang digunakan oleh tubuh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan. Besarnya tenaga mekanis seseorang yang disalurkan akan berbeda jika disalurkan melalui tangan dengan tenaga yang disalurkan melalui kaki atau kombinasi keduanya. Perbedaan kapasitas kerja seseorang sangat ditentukan oleh faktor somatik, adaptasi, psikis, cara kerja dan lingkungan fisik. Tingkat kerja fisik yang diukur berdasarkan tingkat penggunaan energi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tingkat kerja fisik yang diukur berdasarkan tingkat penggunaan energi Pria dewasa sehat Mc Cormick, 1984 Tingkat Kerja Konsumsi Energi dalam 8 jam kkal Konsumsi Energi kkalmenit Konsumsi Oksigen Litermenit Denyut Jantung Pulsamenit Istirahat 720 1,5 0,3 60 – 70 Sangat Ringan 768 – 1200 1,6 – 2,5 0,32 – 0,5 65 – 75 Ringan 1200 – 2400 2,5 – 5,0 0,5 – 1,0 75 – 100 Sedang 2400 – 3600 5,0 – 7,5 1,0 – 1,5 100 – 125 Berat 3600 – 4800 7,5 – 10,0 1,5 – 2,0 125 – 150 Sangat Berat 4800 – 6000 10,0 – 12,5 2,0 – 2,5 150 – 180 Luar Biasa Berat 6000 12,5 2,5 180 Perhitungan besarnya tenaga yang digunakan dalam dalam step test dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : P = t s g m × × × 2 . 4 Dimana : P = Tenaga yang digunakan kaldetik m = Beban badan kg g = Gaya gravitasi 9,8 ms 2 s = Jarak yang ditempuh m t = Waktu detik

J. Perancangan Desain