Karakteristik Pendekatan Laboratorium Inkuiri

E. Karakteristik Pendekatan Laboratorium Inkuiri

Pendekatan laboratorium inkuiri mulai dikembangkan dan diterima secara umum dalam pelajaran sains sejak tahun 1960-an. Banyak pendidik yang mempertengkarkan arti inkuiri sebagai bagian penemuan, sebagian pendidik lainnya menganggap penemuan merupakan bagian inkuiri. Penemuan terjadi jika individu terutama dilibatkan dalam menggunakan proses-proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip. Kegiatan penemuan termasuk suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri, misalnya mengamati Sund dan Trowbridge, 1973. Dalam pengajaran inkuiri siswa-siswa mempelajari gejala ilmiah dengan kegiatan semangat seorang ilmuwan. Menurut NRC 2000 tahapan pembelajaran inkuiri dibagi menjadi lima phase: 1. Phase 1 : Siswa dilibatkan dengan sebuah pertanyaan ilmiah, kejadian atau fenomena. Hal ini dihubungkan dengan pengetahuan siswa, membuat ketidakseimbangan dissonance dengan ide-ide yang mereka miliki, dan atau memotivasinya untuk belajar lebih. 2. Phase 2 : Siswa menggali ide-ide melalui pengalaman hands-on, memformulasi dan menguji hipotesis, memecahkan masalah dan membuat penjelasan terhadap apa yang mereka observasi. 3. Phase 3 : Siswa menganalisis dan menginterprestasi data, mensitesis ide-ide mereka, membangun model, dan memperjelas konsep-konsep dan penjelasan, dengan guru dan sumber pengetahuan ilmiah lain. 4. Phase 4 : Siswa memperluas pemahaman dan kemampuan baru mereka dan mengaplikasikan apa yang dapat mereka pelajari pada situasi baru. 5. Phase 5 : Siswa dengan gurunya mereview dan mengakses apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka telah mempelajarinya. Pendekatan inkuiri menurut Sund dan Trowbridge 1973 siswa-siswa membutuhkan banyak waktu untuk belajar dengan pendekatan inkuiri, sehingga bahan-bahan yang dapat dicakup hanya sedikit. Oleh karena guru-guru yang baru pertamakali menggunakan pendekatan ini seringkali menjadi frustasi dan mengira bahwa mereka tidak banyak memperoleh kemajuan. Masih banyak guru yang beranggapan bahwa sebagai guru yang baik jika mereka dapat mencakup semua bahan pelajaran. Anggapan seperti ini merupakan anggapan yang keliru tentang fungsi pengajaran. Manfaat dari kegiatan laboratorium inkuiri, yaitu: pertama menuntut pengajaran sains dalam kelas, kegiatan laboratorium inkuiri bukan merupakan ilustrasi-ilustrasi terhadap situasi permasalahan, kedua kegiatan laboratorium inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelenggarakan suatu penyelidikan kecil. Menurut Sund dan Trowbridge 1973 kegiatan laboratorium inkuiri menghilangkan perbedaan semu antara ruang kelas dan laboratorium, antar pikiran dan tenaga. Tujuan umum pembelajaran inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan mereka. Model pembelajaran inkuiri didasarkan pada konfrontasi intelektual. Siswa diberi teka-teki masalah untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak diduga- duga atau tidak diketahui manfaat untuk mengarahkan pada ketidak pastian. Karena tujuan model pembelajaran inkuiri agar siswa memperoleh pengetahuan baru, maka konfrontasi hendaknya didasarkan pada gagasan yang dapat ditemukan. Pembelajaran sains dengan pendekatan inkuiri dapat memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah, karena pendekatan itu melalui penyelidikan ilmiah, sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawabannya McDermott et al dalam Wiyanto, 2008. Pada kegiatan laboratorium berbasis inkuiri terjadi proses pembelajaran yang melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Peran guru dalam proses inkuri ini, tidak hanya memberikan teori saja, tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan.

F. Keterampilan Berpikir Kritis.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER.

1 5 34

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

1 3 37

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

18 67 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN PENDEKATAN MULTIPEL REPRESENTASI PADA TOPIK FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.

1 4 35

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KORELASINYA DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS.

9 23 65

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 32

Pembelajaran Fisika Dengan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran.

0 0 84

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

0 0 25

PENGEMBANGAN LKS FLUIDA STATIS BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

0 1 10

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA

0 0 5