3 agar tercapai kemampuan untuk dapat mengarahkan dirinya self direction, 4 agar tercapai kemampuan untuk dapat merealisasikan dirinya
self realiation. Berdasarkan penelitian ini faktor penghambat dalam proses
pembelajaran pelatihan keterampilan otomotif dan menjahit yaitu: 1 terdapat perbedaan tingkat pendidikan dan kemampuan dari masing-masing
siswa asuh, 2 perbedaan daya tangkap dalam penyerapan materi, 3 kurangnya waktu pembelajaran. Faktor pendukung dalam proses
pembelajaran pelatihan otomotif dan menjahit: 1 sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran, 2 tersedianya instruktur ahli dibidang otomotif
dan menjahit, 3 tersedianya sumber belajar keterampilan otomotif dan menjahit.
2. Penyandang Tunanetra
Menurut Persatuan Tunanetra Indonesia Pertuni tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali buta total hingga
mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12
point dalam keadaan cahaya normal meski pun dibantu dengan kacamatakurang awas http:pertuni.idp.
Ada beberapa klasifikasi tunanetra, sebagai berikut:
a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan: tuna netra sebelum dan
sejak lahir, tuna netra setelah lahir dan atau pada usia kecil, tunanetra
pada usia sekolah atau pada masa remaja, tunanetra pada usia dewasa, tunanetra dalam usia lajut.
b. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan: tunanetra ringan, tunanetra
setengah berat, tunanetra berat. c.
Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata: Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.
Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau
penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidak beresan pada kornea mata.
Tunanetra dapat disebabkan karena hal sebagai berikut: a.
Pre-natal Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
b. Post-natal
Faktor penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir, antara lain: kerusakan pada mata atau
syaraf mata pada waktu persalinan hamil ibu menderita gorrhoe, penyakit mata lain yag menyebabkan ketunanetraan, seperti trachoma, dan akibat
kecelakaan.
Tunanetra dapat dilihat berdasarkan karakteristik sebagai berikut: a.
Fisik Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.
Perbedaan nnyata diantaranya mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik antara
lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan dan cepat, mata selalu berair.
b. Perilaku
Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan penglihatan dini antara lain: berkedip lebih banyak dari biasanya,
menyipitkan mata, tidak dapat melihat benda-benda yng agak jauh. Adanya keluhan-keluhan antara lain: mata gatal, panas, pusing, kabur
atau penglihatan ganda. c.
Psikis Secara mentalintelektual tidak berbeda jauh dengan anak normal.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Secara sosial kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima
anggota keluarga
yang tuna
netra sehingga
menimbulkan ketegangangelisah di antara keluarga. Seorang tunanetra biasanya
mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan
http:www.slbk-batam.orgindex.php.
3. Kebijakan Negara terhadap Penyandang Disabilitas