j. Bimbingan Seni Musik
Dalam bimbingan seni musik penerima manfaat diajarkan menggunakan alat musik seperti seruling, drum dan keyboard,
bimbingan seni musik disampaikan secara kelompokgroup. Masing- masing penerima manfaat yang memiliki bakat dalam bidang musik
memiliki group band sendiri. Materi dalam kelas disampaikan dengan ceramah, kemudian
penerima manfaat mencatatnya dalam huruf Braille, bila diperlukan instruktur mempraktikan materi dengan menyentuhkan pada anggota
tubuh, misalnya untuk menghitung nadi atau mengetahui saraf tertentu. Sehingga proses bimbingan dapat berjalan lancar, materi
dalam kelas maupun kegiatan dalam asrama dapat diterima dan dilakukan dengan baik oleh penerima manfaat. Hal ini didukung
dengan keinginan penerima manfaat menjadi lebih maju.
3. Peranan Distrarastra Pasca Pelatihan
Secara umum tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II adalah untuk memandirikan
penerima manfaat, setelah keluarpurna bina dari Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II. Oleh karena itu Balai Rehabilitasi Sosial
Distrarastra Pemalang II melakukan kegiatan pasca pelatihan, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan bantuan stimulan bagi para penerima manfaat purna bina
berupa peralatan kerja pijat yang praktis seperti dipan dan alat kerja tas, pelicin, stik dan sebagainya
b. Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II mengadakan
konsultasi keluarga penerima manfaat pada saat pelepasan dimana pada saat itu baik orangtuawali dari penerima manfaat diberikan pengarahan
untuk memberikan dukungan mental pada penerima manfaat yang akan kembali ke masyarakat dan keluarga dan membuka usaha di desa.
c. Bekerjasama dengan pemerintah desa setempat penerima manfaat
tinggal untuk membantu memberikan fasilitas tempat kerja, maupun promosi pijat kepada masyarakat luas lewat acara-acara di desa.
d. Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II memberikan
informasi kepada penerima manfaat apabila ada panti pijat yang memerlukan tenaga masseur yang belum bekerja.
e. Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II memantauterminasi
setelah penerima manfaat purna bina lulus 2 tahun. dengan mendatangi langsung ke Panti-panti pijat dimana penerima manfaat telah bekerja,
dan menanyakan langsung kepada pemilik panti kinerja dari penerima manfaat selama bekerja di panti pijat.
Akan tetapi penerima manfaat biasanya lebih berminat untuk bekerja dipanti-panti pijat di kota besar Jakarta, Bandung, Semarang, dan
sebagainya dari pada membuka praktik pijat di desanya sendiri.
“Setelah dari dris kepinginnya ke panti pijet di Jakarta mbak, cari-cari pengalaman dulu. Lagian kalo buka panti pijet dirumah, karena rumah
saya di desa ya kemungkinan sepi, lagian kita juga harus mengeluarkan modal, istilahnya modalnya lebih besar gitu mbak, kalo
di panti pijat kan kita ting
gal datang terus kerja”. Wawancara dengan Hermawan, 24 tahun, penerima manfaat, tanggal 20 Juli 2011
Salah satu masalah yang dihadapi penerima manfaat setelah purna bina di Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II adalah permasalahan
lapangan pekerjaan. Tenaga pijat lebih dibutuhkan di kota-kota besar, untuk wilayah desa, pijat masih terbatas karena pendapatan masyarakat desa juga
tidak seperti di kota-kota besar, sehingga setelah purna bakti penerima manfaat lebih memilih untuk bekerja di kota-kota besar. Modal juga menjadi
masalah utama penerima manfaat tidak membuka panti pijat di desa asal.
4. Kinerja Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II