b Mendukung partisipasi dan keikutsertaan di seluruh aspek
masyarakat secara sukarela, dan tersedia bagi penyandang disabilitas di lokasi terdekat dengan tempat tinggal mereka,
termasuk di daerah pedesaan.
2. Negara-negara pihak harus memajukan pengembangan pelatihan
pendahuluan dan lanjutan bagi profesional dan karyawan yang bekerja dalam layanan habilitasi dan rehabilitasi.
3. Negara-negara pihak harus memajukan ketarsediaan, pengetahuan
dan penggunaan alat bantu dan tekhnologi, didesain bagi penyandang disabilitas, terkait dengan habilitasi dan rehabilitasi.
B. Kerangka Teori
Teori Peranan
Menurut Teori Peranan Dahrendorf 1968 dalam Poloma 2004:140, menegaskan bahwa peranan merupakan konsep kunci dalam memahami manusia
secara sosiologis. Dalam hal ini, setiap orang menduduki sekian posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendorf menyatakan bahwa setiap
peranan, sampai tingkat tertentu, membiarkan pelakunya tetap bebas dengan
tidak menegaskan hal-hal tertentu.
Peran sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berdasarkan
pelaksanaannya peran sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Peranan yang diharapkan expected roles: cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan
yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan.
2. Peranan yang disesuaikan actual roles, yaitu cara bagaimana sebenarnya
peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan
mungkin tidak cocok dengan situasi setempat , tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap wajar oleh masyarakat Hendropuspio, 1989:185
dalam Narwoko, 2006:160. Dalam penelitian ini, peranan yang dimaksud adalah peranan Balai
Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II terhadap keberadaan penyandang tunanetra. Adanya peranan dari Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II
diharapkan dapat meningkatkan kemandirian bagi penyandang tunanetra. Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II memberikan pelatihan-pelatihan
yang bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian bagi para penyandang tunanetra. Sehingga penyandang tunanetra
dapat hidup bersama dalam masyarakat dengan kedudukan yang sama tanpa ada yang membedakan.
C. Kerangka Berpikir