22 Banyak antibitika yang digunakan sebagai agen terapeutik pada hewan
domestik dalam kenyataannya juga digunakan di manusia. Bahaya toksikologik yang terjadi pada manusia akibat residu antibiotika terutama yang berasal dari
bahan pangan sangat erat hubungannya dengan dosis dan durasi keterpaparan Focosi, 2005.
2.6.3. Mempengaruhi Flora Usus
Sebagai hasil penggunaan antibiotika yang panjang, perkembangan yang tidak menyenangkan bakteri dalam saluran pencernaan merupakan masalah pada
manusia dan hewan. Pada banyak kasus penggunaan neomisin melalui oral meningkatkan pertumbuhan jamur dalam usus. Tetrasiklin menghasilkan iritasi
gastrointestinal pada banyak individu dan menyebabkan perubahan dalam flora usus seperti, diare akibat infeksi Anthony, 1997.
Penggunaan antibiotika tidak hanya menyebabkan resistensi pada bakteri patogen yang sedang ditangani tetapi juga pada mikroorganisme lain yang ada
dalam saluran pencernaan. Kemungkinan lain adalah adanya gangguan terhadap flora normal yang ada pada saluran pencernaan manusia karena adanya residu
antibiotika pada makanan Mazell dan Davies, 1999; Boothe dan Arnold, 2003. Semakin panjang waktu bakteri terpapar dengan antibiotika maka akan semakin
tinggi kesempatan terjadinya mutasi, sehingga menimbulkan strain yang kurang sensitif terhadap antibiotika tersebut.
2.6.4. Respon Immun
Berbagai penelitian dilaporkan bahwa antibiotika tidak hanya bekerja sebagai bakterisid tetapi juga mengatur fungsi dari sel immun. Pengaruh
antibiotika pada respon immun terjadi secara langsung pada sel imuno kompeten atau secara tidak langsung dengan merubah struktur atau metabolit dari organisme
menyebabkan terjadinya konsentrasi hambat sub minimal terhadap bakteri subMIC Anthony, 1997.
23
2.6.5. Resistensi Terhadap Mikroorganisme
Menurut Naim 2002 masalah resistensi bakteri terhadap antibiotika telah dapat dipecahkan dengan penemuan antibiotika golongan baru seperti,
aminoglikosida, makrolida dan glikopeptida, juga dengan modifikasi kimiawi dari antibiotika yang sudah ada tetapi tidak ada jaminan pengembangan antibiotika
baru dapat mencegah kemampuan bakteri patogen untuk menjadi resisten. Masalah resistensi mikroba terhadap antibiotika bukanlah masalah yang
baru, sejak tahun 1963, WHO telah mengadakan pertemuan tentang aspek kesehatan masyarakat dari penggunaan antibiotika dalam makanan dan bahan
makanan. Penggunaan antibiotika pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap
antibiotika yang umum digunakan untuk terapi. Sebelum tahun 1984 di Eropa Salmonella dublin
masih peka terhadap antibiotika khloramfenikol. Resistensi kolonisasi merupakan istilah yang menggambarkan imunitas alami
yang diperoleh manusia melalui keberadaan flora normal dalam saluran pencernaan sehingga manusia akan terlindungi dari kolonisasiinfeksi oleh
mikroorganisme dari luar tubuh. Ini merupakan konsep penting bagi kesehatan manusia karena pencegahan kolonisasi oleh mikroba patogen seperti salmonella
atau oleh mikroba resisten adalah kunci untuk meminimalkan resiko hidup dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen Naim, 2002;
Boothe dan Arnold, 2003. Menurut Charles et al. 2001, antibiotika tidak digunakan pada seluruh
peternakan dan resistensi antibiotika terjadi di peternakan yang tidak menggunakan antibiotika. Bahan baku protein yang berasal dari hewan yang
terkandung dalam pakan unggas berpotensi sebagai penyimpan sumber resistensi bakteri terhadap antibiotika. Dari 165 sampel bahan baku protein berasal dari sapi,
ikan dan unggas yang diperoleh dari perusahaan pakan unggas, 55 sampel tepung unggas dideteksi kadar bakteri gram negatif antara 40-10.440 CFUg
sampel. Resistensi diakibatkan oleh mikroba mensintesis enzim yaitu resistensi
mikroba terhadap penisilin. Dimana mikroba tersebut menghasilkan enzim penisilinase yang mampu memecah cincin beta-laktam penisilin menjadi
24 penicilloic acid yang tidak aktif. Demikian pula pada sefalosporin yang
didegradasi oleh beta laktamase Salyers dan Whitt, 2003. Banyak bakteri mampu memproduksi beta-laktamase, seperti bakteri gram positif dan negatif,
dimana enzim ini mempunyai peranan yang besar dalam menyebabkan resistensi bakteri gram positif terhadap penisilin dan sefalosporin.
Gambar 1. Tahap resistensi
STEPS FOR RESISTANCE TRANSFER
Antibiotic use in animals Development of resistant animal bacterial strain
Survival through food processinghandling Survival through food preparation
Resistance transfer to human
Colonization in human Disease
Treatment failure
H ur
d le
s f
o r
tr ans
fe r
H u
rd le
s f
o r
tr a
n s
fe r
?
Sumber : Focosi 2005.
Menurut Doyle 2005 penelitian tentang resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotika yang diisolasi dari daging dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2005, dari laporan tersebut dilakukan percobaan untuk mengetahui jenis antibiotika yang paling sering menimbulkan resistensi bakteri dari berbagai jenis
daging yaitu :
1. Daging sapi: tetrasiklin streptomisin = sulfametoksazol ampisillin klorampenikol sephalotin
2. Daging babi: tetrasiklin streptomisin = sulfametoksazol ampisillin klorampenikol gentamisin
3. Daging ayam : tetrasiklin sulfa streptomisin = sephalotin ampisillin klorampenikol gentamisin
4. Daging kalkun: sulfametoksazol tetrasklin streptomisin ampisillin sephalotin gentamisin
25
2.6.6. Pengaruh Terhadap Lingkungan