1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press Second Press terhadap hasil Oil Content.
1.4. Manfaat
Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press terhadap oil content pada minyak inti sawit agar diperoleh hasil CPKO yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit Elaeis Guinensis berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika
Latin sepanjang garis equator antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24°C - 32°C
dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :
1. Minyak sawit CPO, yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit
2. Minyak inti sawit CPKO, yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Pada minyak kelapa
sawit, asam lemak bebas dapat terbentuk karena adanya aksi mikroba atau karena hidrolisa autokatalitik oleh enzim lipase yang terdapat pada buah sawit. Rondang
Tambun, 2006. Kelapa sawit mempunyai bebeapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai
Dura D, Tenera T, dan Pisifera P. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara memanjangmelintang. Dura memiliki inti besar dan
bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk
Universitas Sumatera Utara
memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat di kelilingi biji, serta ekstraksi
minyak sekitar 22-25. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial. Iyung Pahan, 2010
2.1.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat
minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Tercantum panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.
Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk dalam golongan minyak asam oleat-linoleat.
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Asam
lemak Jumlah
karbon Tak
jenuh Titik
lebur, C
Asam lemak , berat Minyak sawit
M. Inti sawit Kaprilat
Kaprat Laurat
Miristat Palmitat
Stearat 8
10 12
14 16
18 16,7
31,6 44,2
54,4 62,9
69,9 -
- -
1,4 0,5-0 40,1 32-45
5,5 2-7 2,7 3-5
7,0 3-7 46,9 40-52
Jumlah asam jenuh 47.0
80.8 Oleat
Linoleat 18
18 1
2 14
5 42,7 38-52
10,3 5-11 18,5 13-19
0,7 0,5-2 Jumlah asam tak jenuh
53,0 19,2
Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Mutu Minyak Kelapa Sawit
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induknya penanganan pasca panen
atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu
minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.
2.1.2.1. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak
turun. Maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan oleh karena adanya
reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini dipercepat juga dengan adanya faktor-faktor seperti:
panas, air, keasaman, dan katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu 2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
3. Penumpukan buah yang terlalu lama 4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya lebih mudah dilakukan .
Universitas Sumatera Utara
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Agar ALB minimum, transportasi buah
panen harus dilakukan segera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru
dipanen biasanya kurang dari 0,3. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.
Pemetikan buah disaat belum matang saat proses biokimia dalam buah belum sempurna menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam
minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan mestimulir
penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah,
pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.
Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengankutan TBS. sistem yang
dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang
digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, pemupukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian , pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan,
dan pengangkutan buah dapat dikurangi. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik.
Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan
pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang
Universitas Sumatera Utara
cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah
menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90
o
C. sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5. Darnoko D.S, 2003
2.1.2.2. Kadar Air
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan.
Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada
efektifitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak.
Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.
Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil 0.15 akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang
demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada
suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak ketengikan. Akibatnya mutu
minyak menjadi turun. Jika kadar air dalam mimyak sawit 0.15 maka akan mengakibatkan
hidrolisa minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.
Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan , maka harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak.
Gunawan E,2004
2.1.2.3. Kadar Kotoran
Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab
minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya, lagi pula, tidak semua
pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih
dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa
disaring akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit, sebab berat jenisnya sama
dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis.
Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan. Namun banyak yang beranggapan dan
menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen. Tim Penulis P.S, 1997
Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar di pompa dan dialirkan ke dalam tangki pemisah melalui pompa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar
telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah air panas yang
bersuhu 95
o
C dengan perbandingan 1 : 2, diolah pada sludge centrifuge. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat penguap sebesar 0,3 dan kadar kotoran hanya
sebesar 0,02, dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya
proses hidrolisa, perlu dilakukan pencucian seluruh saringan yang ada di pabrik sering dilakukan dan pengeringan sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar
zat penguap sebesar 0,1. Kestiyo L, 1988
2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam harus menjadi
perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam,
besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit Karakteristik
Minyak Sawit Inti Sawit Minyak Inti Sawit
Keterangan Asam lemak bebas
Kadar kotoran Kadar zat penguap
Bilangan peroksida Bilangan iodine
Kadar logamFe, Cu
Lovibond Kadar minyak
5 0,5
0,5 6 meq
44 – 58 mggr
10 ppm
3 – 4 R
- 3,5
0,02 7,5
- -
-
- 47
3,5 0,02
0,2 2,2 meq
10,5 – 18,5 mggr
-
- -
maksimal maksimal
maksimal maksimal
- -
- minimal
Universitas Sumatera Utara
Kontaminasi Kadar pecah
- -
6 15
- -
maksimal maksimal
Fauzi Y, 2002.
2.1.4. Inti Sawit
Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan
oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam
keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk
menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80
o
C. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. Yan Fauzi, 2002.
Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang,
pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit Palm Kernel Oil. Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak
terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung
lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan
sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53.
Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Tipe Dan Tekanan Kerja Screw Press
Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang
berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed
screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam
screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi
.
Pengerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw
adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai
untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan
kedua tekanan 40-50 bar. Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan
mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentasi biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat
menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah
biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.
Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah : d
Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
Universitas Sumatera Utara
ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.
e Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw
press maka jumlah biji pecah semkin tinggi. f
Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan
mekanis. Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking
antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. Ponten Naibaho, 1996. 2.2. Proses pengolahan PKO
PK Crushing Plant di PT.Multimas Nabati Asahan - Kuala Tanjung bahan baku utamanya adalah inti sawit Kernel sebelum menjadi CPKO diolah melalui beberapa
proses. Prosesnya adalah sebagai berikut:
2.2.1. Ware House
Ware House merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab atas penerimaan dan penyimpanan Inti Sawit Palm
Kernel. Selain itu, Ware House juga berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian Ampas Palm Kernel Mill. Adapun bagian dari Ware House adalah :
Sampling Tower Quality Check
Loading Ramp Tangki Penyimpanan Silo
Gudang Ampas Palm Kernel Mill
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Sampling Tower
Inti sawit Palm Kernel yang diangkut dengan menggunakan truck terlebih dahulu harus melewati sampling tower sebelum masuk ke loading ramp untuk
dilakukan pengambilan sampel atas inti sawit. Adapun cara pengambilan sampel atas sebagai berikut :
Penentuan posisi titik pengambilan sampel atas sekitar 8 – 12 titik berdasarkan kondisi muatan inti sawit Palm Kernel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat sekop, tombak dan ember
Sekop digunakan untuk mengambil sampel inti sawit pada bagian atas Tombak digunakan untuk mengambil sampel pada bagian tengah truck
Sampel yang telah diambil akan diletakkan ke dalam ember Kemudian sampel diletakkan dan diratakan kedalam talam setelah itu
dibagi menjadi empat bagian Diambil secara silang atau secara acak dan dimasukkan kedalam plastik
Sampel dibawa ke laboratorium QA Quality Assurance untuk dianalisa Quality dari inti sawit tersebut
2.2.1.2. Quality Check
Inti sawit sampel yang sudah diambil di sampling tower akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan kualitas dari inti sawit tersebut. Dalam
menganalisa inti sawit ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air Moisture. Adapun cara menganalisa kadar kotoran dapat dilakukan dengan cara :
Inti sawit yang di dalam plastik diletakkan kedalam talam kemudian dibagi menjadi empat bagian
Universitas Sumatera Utara
Kemudian secara silang atau secara acak hal tersebut dilakukan agar inti sawit yang diambil merata
Dimasukkan inti sawit kedalam teko kemudian ditimbang 1000 gram, setelah ditimbang inti sawit di letakkan kembali ke talam yang lain
Inti sawit dipisahkan dari cangkang dengan cara manual Cangkang di timbang untuk mengetahui kadar kotorannya.
Misalkan Inti sawit dari PT.TORGANDA diperoleh kadar kotoran seberat 78 gram. Maka dapat dihitung kadar kotoran sampel atas dari inti sawit tersebut dengan
perhitungan sebagai berikut : Berat Inti sawit
: 1000 gram Berat kotoran
: 78 gram Maka kadar kotorannya adalah
78 1000
x 100 = 7,8 Untuk menganalisa kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Moisture Balance, yaitu : Inti sawit diambil secukupnya kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender Kemudian dimasukkan kedalam aluminium foil
Kemudian dimasukkan kedalam Moisture Balance Diamati angka pada Moisture Balance sampai berhenti dan di catat
hasilnya
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil,
maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga
diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efisien.
Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Herbert R.B, 1989.
2.2.1.3. Loading Ramp
Loading Ramp adalah tempat pembongkaran Inti sawit Palm Kernel yang telah di analisa Kualitasnya. Alat pendistribusian inti sawit pada loading ramp ini
ialah conveyor dan elevator. Inti sawit yang telah di bongkar akan jatuh ke conveyor dan di bawa menuju elevator, melalui elevator tersebut inti sawit diangkat menuju
conveyor menuju tangki penyimpanan silo untuk disimpan sementara waktu.
2.2.1.4. Tangki Penyimpanan Silo
Tangki penyimpanan Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti sawit Palm Kernel sementara. Adapun jumlah silo yang ada pada PK Crushing Plant
adalah 5 buah, dimana masing-masing kapasitasnya ialah :
1. Silo 1 max 300 ton karena konstruksi silo miring
2. Silo 2 max 600 ton
Universitas Sumatera Utara
3. Silo 3 max 600 ton
4. Silo 4 max 600 ton
5. Silo 5 max 600 ton
Jadi jumlah total kapasitas silo berkisar 2700 ton. Proses pendistribusian inti sawit berdasarkan sistem FIFO First In First Out. Setiap silo dilengkapi dengan blower
yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo. Selain itu, blower tangki penyimpanan berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana inti sawit yang lebih
dahulu dibongkar pada loading ramp akan langsung ditransfer ke silo dan begitu seterusnya.
Pasokan bahan baku inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan tidak hanya berasal dari PKS yang ada di pulau Sumatera utara saja, tetapi ada
juga yang berasal dari luar pulau Sumatera dan biasanya disebut dengan inti kapal, biasanya inti sawit diangkut dengan menggunakan Kapal laut.
2.2.1.5. Gudang Ampas Palm Kernel Mill
Gudang ampas Palm Kernel Mill adalah tempat penyimpanan atau tempat pendistribusian ampas inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan.
Jumlah gudang di PK Crushing Plant ada empat unit yang masing-masing berbeda kapasitasnya, anatra lain :
Gudang I berkapasitas 5000 ton Gudang II berkapasitas 5000 ton
Gudang III berkapasitas 4000 ton Gudang IV berkapasitas 7000 ton
Maka total kapasitas dari empat gudang ampas PKM adalah 21.000 ton. Ampas PKM yang berada di dalam gudang akan dijaga suhunya dibawah 50°C, jika
Universitas Sumatera Utara
suhu diatas 50°C maka akan dilakukan treaming dengan menggunakan loader. Pengecekan suhu dilakukan sebanyak satu kali dalam satu shift, yaitu dilakukan pada
6 titik dengan menggunakan thermometer.
Table 2.3. Spek Ampas Palm Kernel Mill KANDUNGAN
SPEK Keterangan
Oil Lose 10
Maksimal Protein
14 Minimal
Dirt Shell 15
Minimal Moisture
10 Maksimal
Sand Silica 1,5
Maksimal Fiber
20 Maksimal
2.2.2. Produksi
Bagian produksi merupakan bagian terpenting dalam pengolahan inti sawit Palm Kernel menjadi CPKO Crude Palm Kernel Oil dan ampas Palm Kernel
Mill, yang berawal dari hopper hingga sampai ke daily tank dan gudang ampas. Dalam proses produksi, PK Plant terbagi atas 2 plant yaitu :
Plant I Terdiri dari 80 unit mesin press dengan pembagian 40 unit untuk pengolahan
inti sawit first press dan 40 unit untuk pengolahan ampas second press dan diantara 40 unit mesin second press ini ada 4 unit mesin berfungsi fleksibel
mesin press inti sawit sekaligus ampas, dengan kapasitas produksi 650 tonhari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 15 ton hari dengan
kecepatan 32 kg per 3 menit. Selain itu, terdapat 3 tiga hopper dimana 2 diantaranya untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.
Universitas Sumatera Utara
Plant II Terdiri dari 60 unit mesin press dengan pembagian 30 unit untuk pengolahan
inti sawit first press dan 30 unit untuk pengolahan ampas second press dan diantaranya 3 unit mesin berfungsi fleksibel mesin press inti sawit sekaligus
ampas, dengan kapasitas produksi 550 tonhari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 17 ton hari dengan kecepatan 35 kg 3 menit. Selain itu, terdapat
3 tiga hopper dimana diantaranya 2 untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.
2.2.2.1. System Control Process dan Quality pada seluruh rangkaian proses
produksi
Start pabrik untuk First Press dan Second Press harus dimulai dari Rotasi Mekanis Mundur dari belakang. Sementara cara untuk meng-Off kan mesin
produksi harus dimulai dari depan kebalikan dari cara meng-On kan mesin produksi. Setelah Hopper second press berisi, kita akan melakukan start pada second
press yaitu pengepresan hasil dari first press. Selanjutnya operator akan melakukan pengontrolan setiap hari dari mesin press, dan apabila ada masalah akan segera
dilaporkan kepada yang sudah ditunjuk guna ditinjak lanjuti. Untuk mengetahui losses, setiap operator foreman harus mengecek hasil
analisa produksi ke Laboratorium. Jika hasil analisa outspec, maka Foreman akan menginstruksikan kebagian Produksi. Pengecekan pada mesin press dengan cara
memukul adjusting nut kepala press dengan menggunakan martil kearah kanan untuk pengepresan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengepresan pada second press, oil content atau losessnya 8 max dengan tekanan 90 A. Dan untuk melakukan standart mesin press terlebih dahulu kita
melakukan pengosongan hopper yang ada diatas press dan berapa lama waktu pengepressan inti sawit dari hopper tersebut.
Standar waktu pengosongan pada hopper rata-rata 3 menit : Contoh :
3 menit = 32 kg inti sawit dalam Hopper
1 menit = 10,66 kg
1 jam = 640 kg
1 hari = 15.360 kghari
Untuk mencari kapasitas produksi per mesin dalam satu hari dengan cara seperti di bawah ini :
Diketahui : Kapasitas Hopper mesin = 32 kg
Kecepatan = 3 menit
Penyelesaian : 32 kg x 60 menit x 24 3 menit
= 15.360 ton hari
2.2.2.2. Hopper
Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam 2 plant yaitu :
Hopper Plant I : 900 MT untuk 3 hoper
Hopper Plant II : 1200 MT untuk 3 hoper
Jadi, jumlah kapasitas inti sawit yang dapat ditampung dalam Hopper Plant I dan Plant II adalah sebanyak 2100 MT.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.3. Mesin First Press
Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan silo akan di transfer ke hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam
mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada bak oil pit ini
terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk mengangkat endapan- endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas PKM dan masuk kedalam
mesin press II untuk mendapatkan minyak yang masih terkandung pada ampas. Kemudian minyak yang ada bak oil pit akan menuju ke vibrating screen penyaring
getar kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Apabila telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO
Crude Palm Kernel Oil tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian menuju Daily Tank.
Ampas PKM yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan menggunakan
elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari conveyor tersebut maka ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat menuju hopper ampas PKM.
Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya akan memasuki tahap proses
kedua Second Fress. 2.2.2.4. Mesin Second Press
Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya. Dimana
ampas yang berasal dari mesin press I masih mengandung minyak ± 15 sehingga
Universitas Sumatera Utara
perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating
screen penyaring getar kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank
lalu ke Daily Tank. Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor
melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill, ampas
akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya moisture max 10 pada saat menuju gudang, hal ini
disebut dengan AAW After Adding Water. Setelah itu ampas masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.
Pada mesin first press, oil losses yang dihasilkan max 15. Sedangkan pada second press, oil losses yang dihasilkan 8 max. Tekanan pada motor harus 50
– 90 A, apabila ampere pada motor di bawah 50 A maka oil losses pada first press akan
tinggi, dan apabila ampere lebih dari 90 A maka mesin akan terjadi Trip mati karena kecepatan pada motor tidak sesuai dengan tekanan inti sawit yang di press di dalam
mesin. Selain itu, pada proses penyaringan di Niagara Filter harus pada tekanan 4 Bar max. Minyak yang sudah jernih akan masuk ke Buffer Tank sedangkan ampas minyak
tersebut akan tertinggal didalam filter press. Apabila ampas yang tertinggal pada filter press sudah banyak akan dilakukan transfer penyaringan pada Niagar Filter yang lain.
Setelah filter kering maka akan dilakukan peregangan pada filter press dan menambakkan udara pada tekanan tinggi sehingga ampas yang tertinggal pada fillter
press jatuh ke dasar. Lalu penutup bagian bawah Niagara Filter dibuka untuk mengeluarkan ampas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Setelah CPKO berada di Daily Tank dilakukan pengukuran Sounding, sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu
untuk plant I maupun plant II. Konsentrasi oil content dari cake Niagara filter diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian ampas
PKM hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.
2.2.3. Maintenance
Maintenance merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab dalam perawatan mesin maupun perbaikan pada
mesin yang mengalami kerusakan, selain itu maintenance bertindak sebagai utiliy pendukung tercapainya kapasitas produksi.
Ada 3 tiga bagian maintenance yaitu: 1.
Mecanic Machine Press 2.
Welder 3.
Pabrication
Sebelum kita membahas peranan dari bagian-bagian Maintenance, ada baiknya kita mengetahui bagian-bagian dari mesin press beserta fungsinya, sebagai berikut:
1. Motor
Berfungsi sebagai penggerak dari dari gear box, kopling dan ass press dengan kecepatan 1000 rpm.
2. Gear Box
Berfungsi sebagai penyambung putaran dari pulley belt ke ass press dan mengurangi kecepatan dari motor sebesar 1000 rpm menjadi 18 rpm untuk
first press dan 15 rpm untuk second press. 3.
Ass Press Berfungsi sebagai tempat dan memutarkan screw.
Universitas Sumatera Utara
4. Screw Press
Berfungsi sebagai alat pembawa inti sawit ke mesin sekaligus sebagai alat pengepressan inti sawit.
5. Body Cage
Berfungsi sebagai tempat keluarnya PKO Palm Kernel Oil dari hasil pengepresan.
6. Feed dan Body Cage Scraper
Berfungsi sebagai pemecah inti sawit sebelum di press. 7.
Pulley Belt Berfungsi sebagai penyambung putaran dari motor ke gear box.
8. Taper Head
Berfungsi sebagai pengatur ukuran ampas yang keluar.
2.2.3.1. Mekanik Machine Press
Merupakan bagian dari maintenance yang berperan dalam membongkar mesin press yang sesuai dengan masa kerja mesin, masa kerja pada mesin first press max 23
hari sedangkan untuk masa kerja dari mesin second press max 18 hari, selain itu pembongkaran juga dilakukan jika pada mesin press mengalami kerusakan sebelum
masa kerja mesin berakhir. Setiap bagian pada mesin yang mengalami kerusakan akan di bawa ke pihak
welder untuk dilakukan perbaikan. Setelah screw di berikan kepada pihak welder pihak Mekanik Machine Press akan menerima screw yang baru untuk dipasang
kembali kemesin press yang telah dibongkar, mesin press yang telah diperbaiki akan record kecepatannya yang akan dilakukan oleh pihak produksi dan pihak Mekanik
Machine Press. Jika kecepatan pada mesin sesuai maka tanggung jawab dari Mekanik Machine Press selesai.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.2. Welder
Tugas dari welder adalah melakukan perbaikan terhadap screw. Screw terdiri dari 9 Sembilan PCS antara lain: 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, 1-7, 1-8, 1-9.
Kerusakan pada screw berupa hausnya daun screw akibat kuatnya tekanan pengepresan pada inti sawit. Perbaikan pada screw dilakukan dengan cara pengelasan,
screw yang diterima dari pihak mekanik machine press harus diperiksa terlebih dahulu apakah screw tersebut bisa dilakukan pengelasan atau tidak, pengelasan dilakukan
dengan menggunakan 2 dua kawat las yang berbeda yaitu LB dan metadur. Kawat las LB berfungsi sebagai penimbun untuk screw yang sompel atau keropos karena
kawat las LB dapat mengikat antara besi dan baja, kemudian kawat las LB adalah tipe kawat yang kuat dan tahan terhadap pukulan yang keras tetapi tidak tahan terhadap
gesekan. Sedangkan untuk kawat las metadur digunakan sebagai pelapis dari kawat las LB karena kawat metadur tahan terhadap gesekan tetapi tidak tahan terhadap pukulan
yang keras. Pengelasan pada daun screw dilakukan dengan cara mengikuti mal daun screw yang telah ada. Screw yang telah selesai di las akan di gerinda yang bertujuan
untuk menghaluskan permukaan screw yang tidak rata.
2.2.3.3. Pabrication
Merupakan bagian dari maintenance yang bersifat general yaitu pembubutan terhadap ass press, penyekrapan terhadap body cage scraper dan key, body cage,
pengontrolan oil pada mesin serta segala kerusakan yang ada pada proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
Bab 3
METODE PERCOBAAN
3.1. Bahan -
PKM Palm Kernel Mill Ampas -
N-Heksan -
Teflon -
Silika Gel -
Aluminium foil 3.2. Alat
- Labu Alas
Pyrex -
Desikator Type D. Fischer, Jerman
- Soklet
Fischer -
Kondensor Fischer
- Hot Plate
Fischer -
Oven Fischer
- Timbel
- Statif dan Klem
- Neraca Analitik
Matller Toledo -
Gelas Ukur 150 ml Brand W. Jermany
- Selang
Universitas Sumatera Utara
3.3. Prosedur 3.3.1. Penentuan Oil Content
- Timbang Labu Alas kosong
- Masukkan N-Heksan sebanyak 150 ml kedalam Labu Alas kosong
- PKM Ampas di timbang sebanyak 10 gram
- PKM Ampas dimasukkan kedalam Timbel dan ditutup Tisu
- Timbel dimasukkan kedalam Soklet
- Kemudian Soklet disambungkan pada Labu Alas yang berisi N-Heksan
- Kemudian Soklet dan Labu Alas disambungkan pada Kondensor
- Dihidupkan Hot Plate dengan suhu 70 – 80° C
- Di ekstraksi selama 4 jam
- Setelah di ekstraksi minyak yang ada pada PKM Ampas akan turun pada
Labu Alas -
Labu Alas dipisahkan dari Soklet -
Labu Alas dipanaskan dalam Oven pada suhu 130° C selama 30 menit -
Kemudian didinginkan didalam Desikator selama 30 menit -
Ditimbang Kadar Oil Content dihitung dengan rumus:
Oil content =
B A
BS
x 100 Keterangan :
A : Labu Alas kosong
B : Labu Alas yang di ekstraksi
BS : Berat sampel
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Penentuan Kadar Air -
Cawan kosong dari Aluminium foil ditimbang -
Sampel dimasukkan kedalam cawan, kemudian ditimbang -
Kemudian dipanaskan dengan menggunakan oven pada suhu 130°C selama 30 menit
- Didinginkan, ditimbang dan dicatat hasilnya
Kadar Air dihitung dengan rumus: Kadar Air =
BC BS
BCBS BS
x 100 Keterangan :
BC : Berat Cawan
BS : Berat Sampel awal
BCBS : Berat Cawan + Berat Sampel setelah dipanaskan
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Hasil Analisa Dengan Metode Ekstraksi Terhadap Oil Content Pada
Ampas Second Press Hasil analisa dengan metode ekstraksi terhadap oil content pada ampas second
press meliputi tekanan Ampere, berat labu alas + sampel setelah diekstraksi, berat labu alas kosong, berat sampel, dan hasil oil content.
Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Pada Penentuan Oil Content Dari Ampas Second Press
No. Sampel
Tekanan Ampere
A gr
B gr
C gr
Oil Content
1 60
103,438 102,541
10,780 8,32
2 65
103,426 102,541
10,771 8,21
3 70
103,394 102,541
10,778 7,91
4 75
103,392 102,541
10,780 7,89
5 80
103,388 102,541
10,779 7.85
6 85
103,386 102,541
10,780 7,83
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : A = Berat Labu Alas + Sampel Setelah diekstraksi
B = Berat Labu Alas Kosong C = Berat Sampel
4.2. Perhitungan 4.2.1. Oil Content
Contoh Perhitungan Labu Alas yang di ekstraksi : 103,438 g
Labu Alas kosong : 102,541 g
Berat sampel : 10,780 g
Oil content =
B A
BS
x 100
Oil content = 103, 438 102,541
10, 780
x 100 = 8,32
Dengan cara yang sama untuk sampel No. 2 sd 6
4.2.2. Kadar Air
Contoh Perhitungan Berat cawan
: 2,5044 g Berat Sampel awal
: 8,3525 g Berat Cawan + Berat Sampel setelah dipanaskan
: 10,5249 g
Kadar Air =
BC BS
BCBS BS
x 100
Universitas Sumatera Utara
= 2,5044 8,3525 10,5249
8,3525
x 100
= 3,97
4.3. Pembahasan
Mutu minyak inti sawit yang baik di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan pada second press dengan spek Ampas Palm Kernel Mill yang mempunyai
kadar air max 4,0 dan oil content max 8,0. Analisa yang digunakan pada PT.Multimas Nabati Asahan ialah dengan menggunakan sokletasi. Dimana sampel
yang dianalisa tersebut diambil dari ampas mesin second press.
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan
zat padat yang tidak diinginkan. Herbert R.B, 1989.
Jika dilihat dari data diatas, perbedaan tekanan sangat berpengaruh pada hasil oil content. Dimana pada tekanan 60 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang
dihasilkan ialah 8,32 , tekanan 65 A dengan sampel 10,771 gram oil content yang dihasilkan ialah 8,21 , tekanan 70 A dengan sampel 10,778 gram oil content yang
dihasilkan ialah 7,91 , tekanan 75 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan ialah 7,89 , tekanan 80 A dengan sampel 10,779 gram oil content yang dihasilkan ialah 7.85 , dan tekanan 85 A dengan sampel 10,780 gram oil content
yang dihasilkan ialah 7,83 . Pada PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan sudah menetapkan
tekanan mesin antara 50 – 90 A. Jika tekanan dibawah 50 A maka presan dari mesin
terhadap inti sawit akan berkurang, sehingga oil content yang dihasilkan akan tinggi. Dan jika tekanan mesin diatas 90 A maka mesin press akan trip mati.
Tekanan pada mesin press sangat berpengaruh pada hasil oil Content dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah oil content yang dihasilkan.
Dan sebaliknya Semakin kecil tekanan pada mesin maka semakin tinggi oil content yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan