Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

31

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Kehadiran UU RI No. 12 tahun 2003, yang mencantumkan pasal 65 ayat 1 yang berbunyi; setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD KabupatenKota untuk setiap daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen, telah membuka kesempatan kepada Perempuan Indonesia untuk terlibat secara langsung dalam praktek pengambilan kebijakan dan keputusan pada legislatif. Dalam praktek pemilu 2004, ternyata pelaksanaan kuota 30 persen keterwakilan perempuan tidak tercapai, banyak partai yang belum melaksanakan secara penuh pelaksanaan kuota untuk perempuan tersebut. Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat tentang pelaksanaan kuota 30 persen keterwakilan perempuan tersebut. Hal ini menyangkut kepada keputusan menerima dan menolak terhadap pelaksanaan kuota 30 persen tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa partai politik yang tidak melaksanakan sampai mencapai kuota 30 persen. Penentuan keputusan untuk menerima atau menolak suatu ide atau gagasan merupakan suatu proses yang pada dasarnya tidak pernah berhenti melainkan senantiasa mengalami perubahan. Proses ini oleh Rogers dan Shoemaker 1971 disebut sebagai proses konfirmasi yang memungkinkan terjadinya perubahan keputusan, misalnya yang telah memutuskan menerima menjadi menolak dan kemudian mencari alternatif lain atau sebaliknya, yang telah memutuskan menolak mungkin pula beralih menjadi menerima. Begitu juga dengan pandangan adanya kuota 30 persen untuk keterwakilan perempuan di legislatif. menjadi proses konformasi. Dengan berkembangannya paradigma di masyarakat yang menganggap perempuan hanya berfungsi secara domestik bukan di publik 32 apalagi secara politik. Sehingga menghambat partisipasi perempuan dalam politik. Penelitian ini mengamati hubungan antara tiga peubah, yaitu peubah bebas atau sering juga disebut sebagai peubah pengaruh, peubah antara, serta peubah tidak bebas atau sering juga disebut sebagai peubah terpengaruh Singarimbun dan Effendi, 1995. Dalam penelitian ini peubah pengaruh anteseden yang diteliti yaitu Karakteristik Individu yang mempengaruhi persepsi Individu dalam masyarakat yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan terhadap kuota 30 persen adalah: faktor personal meliputi: 1 Umur, 2 pekerjaan, 3. Pendapatan, 4. Pendidikan, 5.pengalaman, 6, Motivasi. Sedangkan faktor situasional berupa: 7 Budaya Patriarki 8 Agama, 9 Kebijakan Pemerintah, 10 Kebiasaan hidup dan 11 Kelompok rujukan. Peubah antara yang diamati adalah Terpaan Media Massa kepada responden dalam mempersepsikan kuota 30 persen keterwakilan perempuan di legislatif, dalam hal ini meliputi: Media Cetak dan Elektronik. Peubah terpengaruh atau peubah konsekuen yaitu: persepsi terhadap kuota 30 persen keterwakilan perempuan di legislatif meliputi: 1 Akses politik, 2 Partisipasi politik dan 3 Keterwakilan Politik. Untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kuota 30 persen keterwakilan perempuan di legislatif berikut ini di kemukakan bagan antar peubah Gambar 1. 33 Peubah Bebas Peubah antara Peubah tak Bebas Gambar 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Kuota 30 Persen Keterwakilan Perempuan di Legislatif. Terpaan Media Massa : -Cetak -Elektronik Faktor Situasional : 1.Budaya Patriarkhi 2.Kepercayaan 3.Kebijakan pemerintah 4.Kebiasaan 5.Kelompok rujukan Faktor Personal : 1.Umur 2.Pekerjaan 3.Pendapatan 4.Pendidikan 5.Pengalaman 6-Motivasi Persepsi terhadap Kuota : 1.Akses politik 2.Partisipasi politik 3.keterwakilan politik 34

3.2. Hipotesis