55 Tabel 10 Motivasi Politik Responden dalam
Motivasi politik Laki-laki
Perempuan Total
Kurang baik Cukup Baik
Baik 8
31 11
6 24
20 14
55 31
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa motivasi politik responden terlihat cukup baik yaitu 55 persen. Hasil penelitian secara keseluruhan
menunjukkan bahwa motivasi politik responden baik yaitu hampir 86 persen. Apabila dibanding responden laki-laki dan perempuan terlihat
bahwa perempuan lebih mempunyai motivasi politik kategori baik dari pada laki-laki. Perbandingannya antara 67 persen 20 orang perempuan
dengan 33 persen laki-laki 11 orang dari responden kategori baik. Artinya dapat dikatakan bahwa perempuan terlibat dalam kancah politik secara
pribadi lebih mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan sendiri begitu juga kalau memberikan motivasi politik kepada orang lain
lebih membuka diri bagi kemajuan orang lain. Sedangkan laki-laki lebih berorientasi pada dirinya sendiri, dalam memotivasi orang lain juga tidak
terbuka, banyak hal yang diperhitungkan untuk memberikan motivasi.
3.2. Faktor – Faktor Situasional Responden 5.3.2.a Budaya Patriarkhi
Budaya Patriarkhi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah adanya sikap yang lebih memuja kaum Bapak laki-laki dalam segi
kehidupan dunia. Budaya patriarkhi muncul karena adanya bentuk struktur yang mengutamakan laki-laki lebih daripada perempuan. Dalam penelitian
ini pengukuran dianggap budaya patriarkhi tidak berpengaruh apabila kesempatan perempuan dalam politik tidak melanggar budaya dan
dianggap suatu hal wajar bagi responden, dikatakan berpengaruh apabila dianggap bahwa perempuan harus melihat kepada kebiasaan yang lebih
56 mendahulukan laki-laki dari pada perempuan. Dinilai sangat berpengaruh
adalah apabila kesempatan bagi perempuan tidak ada dalam politik, karena lebih mengutamakan laki-laki dalam politik. Dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Pengaruh Budaya Patriarkhi Terhadap Responden dalam Budaya Patriarkhi
Laki-laki Perempuan
Total Tidak Berpengaruh
Berpengaruh Sangat berpengaruh
6 41
3 20
26 4
26 67
7
Tabel 11 menunjukkan bahwa budaya patriarkhi berpengaruh terhadap laki-laki dibanding perempuan. Tabel 11 menunjukkan bahwa 67-
74 persen responden berpengaruh dan bahkan sangat berpengaruh. Hal ini terkait dengan adanya beberapa pelaksanaan budaya yang dilakukan oleh
masyarakat. Secara teori Fungsionalisme Struktur budaya Susanto, 1976 ada tiga jenis masyarakat budaya yaitu:
1. masyarakat yang berpegang pada mitos, 2. masyarakat yang berpegang kepada apa yang dapat dibuktikan,3 masyarakat yang
berpegang kepada apa yang relevan dan bermanfaat. Yang terkait dengan budaya patriarkhi adalah masyarakat yang percaya kepada mitos dan
masyarakat yang berpegang kepada apa yang relevan dan bermanfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak anggapan yang
berlaku di masyarakat bahwa mitos terkadang membangun suatu tradisi bagi suatu kelompok, sedangkan hal yang relevan yang dilakukan dikaitkan
dengan fungsi dan peranan. Sehingga perempuan secara fungsi dan peranannya selama ini dinilai bersifat domestik yaitu berkegiatan didalam
rumah. Akibatnya kesempatan bagi perempuan masih belum maksimal dilakukan, masih batas separuh.
57
5.3.2. b. Agama Kepercayaan
Agama merupakan suatu keyakinan ataupun kepercayaan terhadap sang pencipta makhluk diseluruh dunia. Agama timbul dengan berbagai
cara memahami dan meyakinkan atas keesaan Tuhan Sang Maha P encipta. Tabel 12 Agama Kepercayaan Responden dalam
Ket responden Islam
Kristen HinduBudha
Aktivis Partai : -Laki- laki
-Perempuan Non.Aktivis Partai:
-laki-laki -Perempuan
17 19
21 22
7 5
4 3
1 1
Total 79
19 2
Pada tabel 12 menunjukkan bahwa 79 persen responden beragama Islam meliputi semua kelompok responden dari aktivis partai dan non
aktivis partai , 19 responden beragama Kristen meliputi semua jenis kelompok responden aktivis partai dan non aktivis partai, sedangkan dua
persen responden beragama HinduBudha hanya meliputi responden dari kelompok aktivis partai saja. Artinya lebih dari separuh responden
beragama Islam. Hal ini dimungkinkan karena Daerah penelitian merupakan pengembangan Islam terbesar di Asia Tenggara. Kota Bekasi
terkenal dalam sejarah pengembangan Islam diabad 20.
5.3.2.c. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan berangkat dari berbagai fenomena sosial yang nyata. Dan fenomena tersebut menyangkut harkat
hidup orang banyak. P ada kebijakan tentang kuota 30 persen adanya kebijakan pemerintah yang tercantum dalam UU No 12 tahun 2003 tentang
pemilihan wakil rakyat untuk anggota legislatif tingkat DPR RI, DPRD, DPD dengan memuat pasal 65 ayat 1 tentang adanya keterwakilan
perempuan dilegislatif sebanyak 30 persen. Hal ini muncul adanya gerakan
58 kesetaraan gender dalam bidang politik terutama dalam tata pemerintahan
abad ke-21. Tabel 13 Pengertian Responden Tentang Kebijakan Pemerintahdalam
Kelompok responden Tidak
Mengerti Mengerti
Sangat Mengerti
Aktivis partai: - laki-laki
- perempuan Non aktivis partai:
- laki-laki - perempuan
2 2
2 18
16 18
19 5
9 5
4 Total
6 71
23
Pada tabel 13 menunjukkan bahwa aktivis partai mengerti dengan kebijakan pemerintah tentang kuota 30 persen keterwakilan perempuan.
Artinya aktivis partai mengerti dan bahkan sangat mengerti dengan kuota 30 persen tersebut. Begitu juga dengan Non aktivis partai, mereka mengerti
dan bahkan sangat mengerti dengan kebijakan pemerintah tentang kuota 30 persen keterwakilan perempuan di Lagislatif. Artinya dapat dikatakan
bahwa aktivis partai dan non aktivis partai baik laki-laki maupun perempuan sama -sama memahami tentang kuota 30 persen keterwakilan
perempuan di Legislatif.
5.3.2.d. Kebiasaan responden
Kebiasaan adalah aspe k perilaku manusia yang menetap berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan merupakan
hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai
kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Rakhmat, 2003.
59 Dalam penelitian ini, kebiasaan responden yang diteliti dikaitkan
dengan cara mendapatkan informasi dan kebiasaan sehari-hari dalam setiap kegiatannya. Seperti melakukan pekerjaan rumahtangga, menghabiskan
sarapan pagi. Mencari informasi dan lain-lain yang mungkin dilakukan. Kebiasaan laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam Tabel 14.
Tabel 14 Kebiasaan Responden dalam Kelompok Responden
Kurang baik
Baik Sangat baik
Aktivis partai: -laki-laki
-Perempuan Non aktivis partai:
-laki-laki -perempuan
2 9
10 17
14 14
15 11
8 Total
2 50
48
Pada tabel 14 menunjukkan bahwa kebiasaan responden tampak antara baik dan sangat baik. Kelompok aktivis partai berada dalam kategori
sangat baik. Dapat dikatakan bahwa aktivis partai mempunyai kebiasaan baik dan bahkan sangat baik. Kelompok non aktivis partai mempunyai
kebiasaan baik dan cenderung sangat baik. Dari seluruh responden dapat dikatakan bahwa mempunyai kebiasaan baik dan cenderung sangat baik.
Artinya reponden penelitian ini mempunyai kebiasaan yang baik dalam kehidupannya.
5.3.2.e. Kelompok Rujukan
Kelompok rujukan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang didefinisikan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat ukur
standar untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Dianggap kelompok tersebut tidak berpengaruh apabila kelompok rujukan tidak
60 dijadikan sebagai alat ukur untuk membentuk sikap. Dikatakan
berpengaruh adalah apabila kelompok rujukan tersebut mempunyai pengaruh dalam membentuk sikap. Begitu juga apabila setiap kegiatan
selalu mengaju kepada kelompok rujukan maka dianggap sangat mempengaruhi. Tabel 15 menunjukan pengaruh kelompok rujukan
terhadap responden. Tabel 15 Pengaruh Kelompok Rujukan dalam
Kelompok responden
Kurang berpengaruh
berpengaruh Sangat
berpengaruh Aktivis partai:
-laki-laki -perempuan
Nonaktivis partai: -laki-laki
-perempuan 3
2 3
21 13
19 21
1 12
4 1
Total 8
74 18
Tabel 15 menunjukkan bahwa 74- 92 persen responden secara keseluruhan merasa terpengaruh dengan kelompok rujukan. Kelompok
aktivis partai menyatakan bahwa kelompok rujukan berpengaruh terhadap aktivitas mereka, begit u juga dengan kelompok non aktivis partai merasa
kelompok rujukan mempengaruhi kegiatan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa adanya keinginan responden
untuk hidup berkelompok diwujudkan dengan hidup bergabung dalam berbagai kelompok, misalnya kelompok kesukuan. Dalam kelompok
tersebut responden melakukan interaksi. Interaksi merupakan hubungan sosial yang dinamis yang berlangsung melalui komunikasi secara berulang-
ulang antara orang perorangan maupun antara orang perorangan dengan kelompok.
Kelompok kesukuan mempunyai peranan yang sangat banyak terhadap angota kesukuannya. Kelompok ini membentuk suatu ikatan
61 dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan mereka.
Paguyuban merupakan bentuk yang sering dibuat oleh kelompok-kelompok kesukuan. Payuguban yang dibentuk banyak memberikan suatu motivasi
bagi anggota kelompoknya. Daerah Bekasi yang merupakan Kota pengembangan tempat tinggal dari berbagai suku bangsa, dimana
sebelumnya mereka merupakan urban dan pindahan dari kota -kota besar. Kota besar terdekat dari Bekasi seperti DKI Jaya. Banyak penduduk yang
tinggal di Kota Bekasi bekerja di Kota Jakarta. Sehingga Kota Bekasi menjadi pengembangan perumahan dari penduduk Kota Jakarta.
5.3.3. Terpaan Media Massa
Terpaan Media massa merupakan keterdedahan responden oleh media massa yang bersifat cetak maupun elektronik. Media massa cetak
seperti surat kabar, majalah, bulettin dan lain-lain. Dalam penelitian ini media cetak yang dimaksud adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan
media elektronik adalah televisi. Terpaan media merupakan pengaruh yang didapat oleh responden dari penggunaan media terhadap kegiatan sehari-
hari.
Terpaan media secara surat kabar
Terpaan media secara surat kabar merupakan keterdedahan terhadap informasi yang disajikan surat kabar. Dapat juga dikatakan seberapa
banyak responden mengunakan media surat kabar dalam mendapatkan informasi.
Tabel 16 Terpaan Surat Kabar Berdasarkan Pendidikan dalam
Terpaan SK Diploma
S-1 S-2
Total Rendah
Sedang Tinggi
20 28
20 2
11 13
1 5
22 40
38
62 Tabel 16 menunjukkan bahwa Terpaan Surat Kabar terhadap
responden berdasarkan pendidikan, terlihat bahwa 22 persen responden mengalami terpaan surat kabar secara rendah meliputi semua jenjang
pendidikan. 40 persen responden dari berbagai jenjang pendidikan mengalami terpaan media surat kabar secara sedang, pendidikan diploma
lebih dominan mendapat terpaan surat kabar dibanding pendidikan S-1 dan S-2. 38 persen responden dari semua jenjang pendidikan mengalami
terpaan surat kabar kategori tinggi, terutama lebih dominan responden pada jenjang pendidikan S-1. dapat juga dikatakan bahwa tabel 16 menunjukkan
40 persen – 78 persen responden dari jenjang pendidikan diploma, S-1 dan S-2 mengalami terpaan media surat kabar secara sedang dan tinggi.
Terpaan Media Majalah: Terpaan media majalah merupakan suatu keterdedahan terhadap
informasi yang disajikan majalah. Dapat juga dikatakan se berapa sering majalah digunakan responden dalam mendapatkan informasi untuk
menambah pe ngetahuan atau wawasan. Tabel 17 Terpaan Majalah Berdasarkan Pendidikan dalam
Terpaan Majalah
Diploma S-1
S-2 Total
Rendah Sedang
Tinggi 48
15 5
15 8
3 2
3 1
65 26
9
Tabel 17 menunjukkan bahwa res ponden dengan pendidikan diploma mengalami terpaan majalah cenderung rendah. Responden dengan
pendidikan strata satu S-1 cenderung mengalami terpaan sedang terhadap majalah. Responden dengan pendidikan strata dua S-2 mengalami terpaan
majalah dalam kategori sedang. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 65 persen responden dari berbagai jenjang pendidikan mengalami terpaan
majalah secara rendah.
63
Terpaan Media Televisi:
Terpaan media televisi merupakan terpaan media secara elektronik yang disebarkan secara audio dan visual. Terpaan dapat terjadi secara
pendengaran maupun secara gambar ataupun secara ditonton. Terpaan media televisi dalam penelitian ini adalah bagaimana responden
mendapatkan informasi atau hiburan melalui televisi. Media televisi yang sering digunakan. Sebagaimana kita tahu di Indonesia banyak saluran
televisi yang telah hadir sebagai televisi tayangan nasional. Semua channel saluran mudah diakses oleh penonton.
Tabel 18 Terpaan Televisi Berdasarkan Pendidikan dalam
Terpaan Televisi
Diploma S-1
S-2 Total
Rendah Sedang
Tinggi 27
24 17
9 6
11 3
3 36
33 31
Tabel 18 menunjukkan bahwa terpaan televisi menurut jenjang pendidikan responden. Responden dengan pendidikan diploma cenderung
mengalami terpaan televisi dalam kategori rendah. Responden dengan pendidikan strata satu S-1 cenderung mengalami terpaan televisi secara
tinggi. Responden dengan pendidikan strata dua S-2 cenderung mengalami terpaan sedang dan tinggi. Tapi dilihat dari jenjang pendidikan
tampak bahwa responden dengan pendidikan diploma lebih dominan mendapat terpaan televisi secara rendah, sedang dan tinggi dibanding
dengan responden pendidikan S-1 dan S-2.
64 Tabel 19 adalah distribusi terpaan media surat kabar di sembilan
media surat kabar nasional yang di ujikan kepada para responden
Tabel 19 Distribusi Terpaan Media Surat Kabar di 9 Media dalam Nama Koran
Gender Sering
Kadang- kadang
Tidak pernah Kompas
Laki-laki Perempuan
16 30
48 22
36 48
Republika Laki-laki
Perempuan 14
22 28
22 58
56 Media
Indonesia Laki-laki
Perempuan 10
6 40
26 50
68 Seputar
Indonesia Laki-laki
Perempuan 8
8 30
20 62
72 Merdeka
Laki-laki Perempuan
2 12
14 88
84 Pos Kota
Laki-laki Perempuan
6 12
38 36
56 52
Har ian Terbit Laki-laki Perempuan
2 2
22 22
76 76
Koran Tempo
Laki-laki Perempuan
2 6
12 14
86 80
Pembaharuan Laki-laki Perempuan
2 26
22 72
78
Tabel 19 menunjukkan bahwa 9 sembilan media surat kabar yang dibaca reponden. Terlihat bahwa Responden laki-laki lebih cenderung
membaca surat kabar dalam kategori kadang-kadang. Artinya responden pria tidak membuat kerutinankekhususan pada suatu media, lebih
cenderung membaca media yang disukai. Perempuan jika dibanding laki- laki termasuk kategori sering membaca. Media surat kabar menjadi
kategori sering dibaca adalah media kompas, sedangkan media yang menjadi kategori tidak pernah dibaca responden adalah media surat kabar
Merdeka. Tabel 19 memperlihatkan bahwa kompas termasuk kategori
65 media yang kadang-kadang dibaca oleh laki-laki, dan poskota termasuk
media yang kadang-kadang dibaca oleh perempuan. Tabel 20 menunjukkan distribusi terpaan media televisi pada 14
saluran televisi yang ada di televisi nasional.
Tabel 20 Distribusi Terpaan Media T elevisi di 14 Media dalam Nama
Televisi Gender
Sering Kadang-
kadang Tidak pernah
TVRI Laki-laki
Perempuan 10
8
28 22
62 70
RCTI Laki-laki
Perempuan
66 66
22 18
12 16
SCTV Laki-laki
Perempuan 66
64 20
12 14
24 AnTv
Laki-laki Perempuan
52 36
28 34
20 30
Indosiar Laki-laki
Perempuan 62
50 20
20 18
30
TransTV Laki-laki
Perempuan 52
40 24
26 24
34 Lativi
Laki-laki Perempuan
42 34
32 28
22 38
Metro TV Laki-laki
Perempuan 44
38 26
28 30
34 Jak-TV
Laki-laki Perempuan
2 6
8 92
92 O-Chan-T V
Laki-laki Perempuan
18 4
20 12
62 84
T V-7 Laki-laki
Perempuan 40
24 30
22 30
54 Global-TV
Laki-laki Perempuan
14 16
32 20
54 64
TPI Laki-laki
Perempuan 44
42 26
18 30
40
66 Tabel 20 menunjukkan bahwa media televisi yang termasuk dalam
kategori sering ditonton adalah RCTI dan SCTV. Media televisi dalam kategori kadang-kadang ditonton adalah AnTv dan Lativi. Media televisi
dalam kategori tidak pernah ditonton adalah Jak-TV dan St-Tv Lokal. Artinya RCTI dan SCTV termasuk saluran televisi yang sering digunakan
responden untuk mendapatkan informasi dan menonton hiburan.
5.4. Persepsi Terhadap Kuota 30 persen Keterwakilan Perempuan di Lagislatif