Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pada beberapa perusahaan industri makanan dan minuman tingkat perputaran modal kerjanya WCT
mengalami peningkatan, sedangkan tingkat rentabilitasnya mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Syamsudin 2004:48 yang menyatakan
bahwa semakin tinggi perputaran turnover maka semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya sehingga semakin besar peluang perusahaan
dalam mendapatkan laba atas dana yang ditanam. Penambahan pinjaman akan menghasilkan resiko yang lebih besar,
demikian pula potensi pengembaliannya juga akan menjadi lebih besar Sundjaja dan Barlian, 2002:116. Namun, selama tahun 2006 hingga tahun 2008 kenaikan
DAR pada beberapa perusahaan industri makanan dan minuman tidak diikuti dengan kenaikan rentabilitas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Industri Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh variabel working capital turnover terhadap
rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah terdapat pengaruh variabel Debt to Asset Ratio terhadap
rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia?
C. Kerangka Konseptual
Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan labanya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dari segala tantangan yang dihadapinya. Untuk itu,
perusahaan perlu mengetahui tingkat rentabilitas perusahaannya sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba Riyanto, 2001:35. Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam
perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja bersih Net Working Capital.
Modal kerja bersih merupakan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar dengan hutang lancarnya Net Working Capital.
Untuk menguji efektivitas penggunaan modal kerja, dapat digunakan rasio perputaran modal kerja Working Capital Turnover, yaitu rasio antara penjualan
dengan modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah Djarwanto, 2004: 159. Semakin tinggi Working Capital Turnover maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuddin 2004:48 yang menyatakan bahwa semakin tinggi perputaran turnover dana
yang diperoleh maka semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya sehingga semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan laba
atas dana yang ditanam. Hutang bisa diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio rasio hutang
terhadap total aktiva. Debt to Asset Ratio DAR adalah rasio yang mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki
oleh perusahaan. Penambahan pinjaman menghasilkan risiko yang lebih besar demikian pula potensi pengembalian menjadi lebih besar; karena semakin besar
pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar Sundjaja dan Barlian, 2002:116.
Adapun kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Riyanto 2001, Sundjaja dan Barlian 2002 Syamsuddin 2004
dimodifikasi
Rasio Manajemen Modal Kerja: Working Capital Turnover X
1
Rasio Hutang: Debt to Asset Ratio X
2
Rentabilitas Ekonomi Y
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesis