c.Dapat digunakan sebagai pengkhelat ion logam berat dimana gelnya menyediakan sistem produksi terhadap efek dekstruksi dari ion Meryati,2005.
2.2.2 Sifat- Sifat Fisika dan Kimia 2.2.2.1. Sifat Fisika
Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu. Kitosan merupakan molekul polimer yang
mempunyai berat molekul tinggi. Kitosan dengan berat molekul yang tinggi didapati dengan mempunyai vikositas yang baik dalam suasana asam. Kitosan hasil destilasi
kitin, larut dalam asam encer seperti asam asetat, asam formiat, dll. Kitosan dapat membentuk gel dalam n-metilmorpin n-oksida yang dapat digunakan dalam formulasi
pelepasan obat terkendali. Kandungan nitrogen dalam kitin berkisar 5-8 tergantung pada tingkat deasetilasi sedangkan nitrogen pada kitosan kebanyakan dalam bentuk
gugus amino. Maka kitosan bereaksi melalui gugus amino dalam pembentukan N- asilasi dan reaksi Schiff yang merupakan reaksi yang penting Kumar, 2000.
2.2.2.2 Sifat Kimia
Adanya gugus amino dan hidroksil dari kitosan juga menyebabkan kitosan mudah dimodifikasi secara kimia antara lain dalam reaksi pembentukan:
a. N-Asil Metode yang paling sederhana adalah dengan mereaksikan asam karboksilat
dengan kitosan. Pemanasan larutan kitosan dalam asam formiat 100 pada suhu 90
o
C dengan penambahan piridin sedikit demi sedikit untuk menghasilkan N-formilatosan
serta N-Asetil dalam asetat 20. Pereaksi yang paling banyak digunakan untuk N- Asilasi kitosan adalah asil anhidrida,baik dalam kondisi homogen dan heterogen.
b. O-Asilasi Gugus Amino kitosan lebih reaktif daripada gugus hidroksilnya. Gugus amino
perlu diproteksi selama proses asilasi untuk menghasilkan O-Asil Kitosan. Metode proteksi yang dilakukan antara lain melalui pembuatan basa Schiff disusul O-Asetilasi
menggunakan larutan untuk mencegah hidrolisis asam dan basa Schiff. Pembuatan O-Asetil kitosan dapat juga dilakukan dengan melarutkan kitosan
terasetilasi dalam asam formiat 90 yang mengandung asetat anhidrida dengan HClO
4
dengan asumsi protonasi akan mencegah terjadinya N-Asetilasi. N-dan O-Asetilasi kitosan juga dapat diperoleh bersamaan dengan
menggunakan asil klorida. Caranya dengan merefluks kitosan dalam dodekanoil
Universitas Sumatera Utara
klorida berlebih-piridin-kloroform dan ditambah asam klorida sesudah direfluks 5 jam. Produk yang diperoleh sesudah 9 jam larut dalam kloroform, benzene, dietil eter
dan piridin. c. Eter Kitosan
Pembuatan derivate O-alkil kitosan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu O- Alkilasi kitin disusul pengurangan N-Asetilasi dan O-Alkilasi derivat kitosan dimana
gugus amino diproteksi selama reaksi selama reaksi alkilasi. Karboksilmetil kitosan yang diperoleh melalui prosedur pertama menghasilkan
garam natrium dengan gugus amin bebas dalam bentuk busa ataupun garam hidroklorida dari asam amino dengan gugus karboksimetil dalam bentuk asam.
Sensitifitas terhadap penambahan elektrolit meningkat dengan bertambahnya karboksimetilasi. Perlakuan alkali kitin dengan epiloklorohidrin pada 0-15
o
C disusul deasetilasi menghasilkan O-hidroksialkil kitosan Kaban, 2007.
Karena kitin dan kitosan merupakan bahan alam maka keduanya lebih bersifat biokompatibel dan biodegradabel dibanding dengan polimer sintetik. Kitin dan kitosan
serta senyawa turunannya telah banyak diaplikasikan dalam berbagai industri. Nilai total perdagangan bahan-bahan tersebut pada tahun 2002 mencapai 112 trilyun rupiah
Toharisman, 2007.
2.3. Alginat