Operasi Pembubutan TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Operasi Pembubutan

Proses pemotongan logam banyak ditemukan pada industri manufaktur, proses ini mampu menghasilkan komponen yang memiliki bentuk rumit dengan tingkat akurasi yang tinggi. Prinsip pemotongan logam dapat diartikan sebagai sebuah proses dari sebuah alat potong yang bersentuhan dengan sebuah benda kerja untuk membuang permukaan benda kerja tersebut dalam bentuk geram. Untuk melakukan proses pemotongan harus diperhitungkan kekuatan material yang akan dipotong dengan kekuatan pahat yang akan digunakan. Pahat potong yang digunakan harus lebih keras dari material benda kerja juga harus disesuaikan dengan kecepatan potong pada proses tersebut. Untuk kecepatan potong yang lebih tinggi dibutuhkan pahat potong yang lebih kuat. Salah satu contoh proses pemotongan logam adalah proses bubut. Proses ini terjadi dengan cara alat potong bergerak translasi terhadap benda kerja yang berputar bersama pencekam chuck, sehingga terjadi pemotongan logam dan menghasilkan geram. Gambar 2.1 adalah skematis dari sebuah proses bubut dimana n adalah putaran poros utama, f adalah pemakanan, dan a adalah kedalaman potong. Pada proses bubut terdapat tiga parameter utama yang berpengaruh terhadap gaya potong, peningkatan panas, keausan, dan kondisi permukaan benda kerja yang dihasilkan. Ketiga parameter itu adalah kecepatan potong V, pemakanan f, dan kedalaman potong a. Kecepatan potong adalah kecepatan keliling benda kerja dengan satuan meter per menit mmin, pemakanan adalah perpindahan atau jarak tempuh pahat tiap satu putaran benda kerja dengan satuan milimeter per putaran mmrev, dimana arah pemakanan adalah sejajar poros spindel aksial, kedalaman potong adalah tebal material terbuang pada arah radial dengan satuan milimeter mm. Bagian-bagian serta tatanama nomenclature dari alat potong yang digunakan pada proses bubut dijelaskan pada Gambar 2.2. Menurut Kalpakjian Schmid 2006, pahat kanan adalah pahat yang bergerak dari kanan ke kiri seperti pada gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Skematis proses pembubutan Sumber: Kalpakjian Schmid, 2006 Gambar 2.2. Tatanama pahat kanan Sumber: Kalpakjian Schmid, 2006 Menurut Rochim 1993, setiap proses pemesinan terdapat lima elemen dasar yang perlu dipahami, yaitu : 1. Kecepatan potong cutting speed : V mmin 2. Kecepatan makan feeding speed : V f mmmin 3. Kedalaman potong depth of cut : a mm 4. Waktu pemotongan cutting time : t c min 5. Laju pembuangan geram material removal rate : Z cm 3 min Elemen dasar pada proses bubut dapat diketahui menggunakan rumus yang dapat diturunkan berdasarkan gambar 2.3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Proses bubut Sumber: Rochim, 1993 Benda Kerja ; d o = diameter awal mm d m = diameter akhir mm l t = panjang pemesinan mm Pahat ; k r = sudut potong utama γ o = sudut geram Mesin Bubut ; a = kedalaman potong mm a = 2 d d m o − mm 2.1 f = gerak makan mmrev n = putaran poros utama rpm Dengan diketahuinya besaran-besaran di atas sehingga kondisi pemotongan dapat diperoleh sebagai berikut : 1. Kecepatan potong V = 1000 π.d.n mmin 2.2 dimana : d = diameter rata-rata d = 2 d d m o + ≈ d o mmin 2.3 Kecepatan potong maksimal yang diizinkan tergantung pada : a. Bahan benda kerja, dimana makin tinggi kekuatan bahan, makin rendah kecepatan potong. Universitas Sumatera Utara b. Bahan pahat, dimana semakin tinggi kekerasan pahat, semakin tinggi kecepatan potong. c. Besar asutan, dimana semakin besar gerak makan, semakin rendah kecepatan potong. d. Kedalaman potong, dimana semakin besar kedalaman potong, semakin rendah kecepatan potong. 2. Kecepatan pemakanan V f = f . n mmmin 2.4 3. Waktu pemotongan t c = f t V l min 2.5 4. Laju pembuangan geram Z = A . V cm 3 min 2.6 A = f . a mm 2 2.7 maka, Z = V . f . a cm 3 min 2.8 dimana, A = penampang geram sebelum terpotong Sudut potong utama principal cutting edge angle k r adalah sudut antara mata potong utama dengan laju pemakanan V f , besarnya sudut tersebut ditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesin bubut. Untuk nilai pemakanan f dan kedalaman potong a yang tetap maka sudut ini akan mempengaruhi lebar pemotongan b dan tebal geram sebelum terpotong h sebagai berikut : Lebar pemotongan b = r sin a κ mm 2.9 Tebal geram sebelum terpotong h = r sin f κ mm 2.10 Dengan demikian penampang geram sebelum terpotong adalah : A = f . a = b . h mm 2.11

2.2 Mesin Bubut CNC ET 242