dan evaluasi. Pada akhirnya, nilai-nilai yang diyakini baik, benar, dan indah akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu. Oleh karena itu,
komponen afektif dapat dikatakan sebagai perasaan emosi individu terhadap obyek atau subyek yang sejalan dengan hasil penilaiannya. Sedangkan kecenderungan
bertindak berkaitan dengan keinginan individu melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinan dan keinginannya Suharyat, 2009.
Ketiga komponen sikap tersebut saling berkaitan satu sama lain, dimana ketiga komponen tersebut dapat menumbuhkan sikap individu. Sikap individu sangat
berkaitan dengan perilaku mereka. Jika faktor sikap telah mempengaruhi sikap seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah konsisten. Apabila sikap dengan
perilaku tidak konsisten, maka mungkin ada faktor luar yang mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut. Faktor tersebut merupakan faktor eksternal yang ada dalam
masyarakat, seperti norma, politik, dan budaya Suharyat, 2009. Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat bersifat positif
maupun negatif. Dimana sikap positif memiliki kecenderungan tindakan untuk menyenangi, mendekati, dan mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif
memiliki kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu Purwoko, 2011.
2.7 Perilaku
Notoatmodjo dalam Widiari 2014 menyatakan pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang memiliki
bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, dan membaca, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus dari luar Notoatmodjo, 2014. Sedangkan menurut Kurt Lewin yang dikutip dalam Suharyat 2009, perilaku adalah fungsi karakteristik
individu motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan lingkungan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan lebih besar daripada karakteristik individu
sehingga menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. Jadi, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-
kekuatan penahan Suharyat, 2009. Lawrence Green dalam menyebutkan bahwa faktor penyebab masalah kesehatan
disebabkan oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku Geswaty, 2010. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni : faktor
predisposing, enabling, dan reinforcing. 1 Faktor Predisposing faktor predisposisi adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan variasi
demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu; 2 Faktor Enabling faktor pemungkin
merupakan faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, seperti : dana, transportasi,
fasilitas, kebijakan pemerintah; dan 3 Faktor Reinforcing faktor pendukung yang meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku
petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan Geswaty, 2010.
2.8 Teori Perubahan Perilaku