BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep- konsep dan defenisi
2.1.1 Kesejahteraan
2.1.1.1 Defenisi Kesejahteraan Kesejahteraan adalah keamananan dan keselamatan hidup. Kesejahteraan
telah termasuk kemakmuran hidup, yaitu keadaaan yang menunjukkan keadaan orang hidup aman dan tenteram serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
Etzioni, 1999. Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup
yang dipersepsi masyarakat Swasono, 2004. Tingkat kelayakan hidup dipahami secara relatif oleh berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat tingkat
kelayakan ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat atas kondisi sosial, material, dan psikologis tertentu.
2.1.1.2 Faktor Penentu Kesejahteraan
Pigou dan Sasana 2009, menjelaskan teori ekonomi kesejahteraan merupakan bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara langsung
maupun tidak langsung dengan pengukuran uang. Pada sisi lain kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu
masyarakat guna memperoleh kebutuhan social, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat Whithaker dan Federico
dalam Sasana 2009. Sejalan dengan hal tersebut Segel dan Bruzy dalam
Widyastuti 2012, juga menjelaskan bahwa kesejahteraan dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. .
Kesejahteraan masyarakat menengah bawa dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat yang ditandai dengan terentasnya dari kemiskinan,
tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi serta produktivitas masyarakat Todaro, 2000. Sejalan dengan Todaro, UNDP
United Nation for Development Program mengembangkan sebuah indeks pengukuran pembangunan yang dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan
Manusia Human Development Indeks. Nilai IPM oleh Todaro 2000 diukur berdasarkan tiga indikator sebagi acauan yaitu pendapatan riil kapita, tingkat
melek huruf dan tingkat harapan hidup
2.1.1.3 Konsep dan Indikator Kesejahteraan
Konsep sejahtera menurut BKKBN, dirumuskan lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Konsep sejahtera tidak hanya
mengacu pada pemenuhan kebutuhan fisik orang ataupun keluarga sebagai entitas, tetapi juga kebutuhan psikologisnya. Ada tiga kelompok kebutuhan yang harus
terpenuhi, yaitu: kebutuhan dasar, sosial, dan kebutuhan pengembangan. Apabila hanya satu kebutuhan saja yang dapat dipenuhi oleh keluarga, misalnya kebutuhan
dasar, maka keluarga tersebut belum dapat dikatakan sejahtera menurut konsep ini. Konsep kesejahteraan tidak terlepas dari kualitas hidup masyarakat
Widyastuti, 2012. Indikator yang paling sering digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara adalah pendapatan
perkapita Supartono dkk, 2011. Namun demikian, pengukuran tingkat
kesejahteraan yang hanya menggunakan peningkatan pendapatan per kapita banyak mengandung kelemahan dimana pada kenyataannya kondisi kesejahteraan
tidak menggambarkan kelompok masyarakat yang paling relative miskin Todaro,2000
Pembangunan kesejahteraan keluarga mencakup 13 variabel, seperti: pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana,
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, transportasi, tabungan, informasi dan peranan dalam masyarakat. Selain itu, BKKBN menetapkan 5
lima tahapan Keluarga Sejahtera menurut pemenuhan kebutuhan, yaitu: Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III Plus.
Kesejahteraan pelaku
UMKM akan
meningkat dengan
meningkatkan pemberdayaan pelaku UMKM tersebut. Keberhasilan pelaku UMKM dalam
mencapai tujuannya dapat diukur dari peningkatan kesejahteraan hidupnya. Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran
sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang tidak pernah merasa puas, karena itu kesejahteraan akan
terus dikejar tanpa batas. Keberhasilan pelaku UMKM dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi hidupnya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas
ekonomi yang dilakukan oleh pelaku UMKM dilakukan melalui usahanya. Dalam pengertian ekonomi, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi
rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut
meningkat pula. Sejalan dengan hal itu, maka apabila tujuan pelaku UMKM
adalah meningkatkan kesejahteraan hidupnya, maka berarti pula tujuan pelaku UMKM tersebut diwujudkan dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil .
2.1.2 Kinerja 2.1.2.1 Defenisi Kinerja