48
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Landasan Teori
3.1.1  Pelayanan
Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service”  Moenir 2002:26- 27  mendefinisikan  “pelayanan  sebagai  kegiatan  yang  dilakukanoleh  seseorang
atau  sekelompok  orang  dengan  landasan  tertentu  dimana  tingkat  pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayaniatau dilayani, tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.” Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses
pelayanan  berlangsung  secara  rutin  dan  berkesinambungan,  meliputi  seluruh kehidupan  organisasi  dalam  masyarakat.  Proses  yang  dimaksudkan  dilakukan
sehubungan  dengan  saling  memenuhi  kebutuhan  antara  penerima  dan  pemberi pelayanan.
Selanjutnya  Moenir    2002:  16  menyatakan  bahwa  proses  pemenuhan kebutuhan  melalui  aktivitas  orang  lain  yang  langsung  inilah  yang  dinamakan
pelayanan. Jadi dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain.
Dari  definisi  tersebut  dapat  dimaknai  bahwa  pelayanan  adalah  aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan
yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
49
3.1.2 Standar Pelayanan
Standar  pelayanan  merupakan  ukuran  yang  telah  ditentukan  sebagai  suatu pembakuan  pelayanan  yang  baik.  Standar  pelayanan  mengandung  baku  mutu
pelayanan.  Pengertian  mutu  menurut  Goetsch  dan  Davis  Sutopo  dan  Suryanto, 2003:10  merupakan  kondisi  dinamis  yang  berhubungan  dengan  produk,  jasa,
manusia,  proses  dan  lingkungan  yang  memenuhi  atau  melebihi  harapan  pihak yang menginginkannya.
Dalam  teori  pelayanan  publik,  pelayanan  prima  dapat  diwujudkan  jika  ada standar  pelayanan  minimal  SPM.  SPM  http:www.unila.ac.id~fisip-
admnegmambo-,  2007  adalah  tolok  ukur  yang  dipergunakan  sebagai  pedoman penyelenggaraan  pelayanan  dan  acuan  penilaian  kualitas  pelayanan  sebagai
komitmen  atau  janji  dari  penyelenggara  negara  kepada  masyarakat  untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Dalam Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik Republik Indonesia, 2007:7  standar  pelayanan  ini  setidaknya-tidaknya  berisi  tentang:  dasar  hukum,
persyaratan,  prosedur  pelayanan,  waktu  penyelesaian,  biaya  pelayanan,  produk pelayanan,  sarana  dan  prasarana,  kompetensi  petugas  pemberi  pelayanan,
pengawasan  intern,  penanganan  pengaduan,  saran  dan  masukan  dan  jaminan pelayanan.
Jika  suatu  instansi  belum  memiliki  standar  pelayanan,  maka  pelayanan disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai harapan pelanggan.
Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar
Universitas Sumatera Utara
50 pelayanan  sesuai  tugas  dan  fungsinya  agar  tingkat  keprimaan  pelayanan  dapat
diukur.  Kepuasan  masyarakat  ini  merupakan  salah  satu  ukuran  berkualitas  atau tidaknya  pelayanan  publik  yang  diberikan  oleh  aparat  birokrasi  pemerintah.
Bersandarkan  pada  SPM  ini,  seharusnya  pelayanan  publik  yang  diberikan pelayanan  prima  oleh  birokrasi  pemerintah  memiliki  ciri  sebagaimana
dirumuskan dalam kebijakan strategis melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara PAN Nomor 63KepM.PAN72003 Menpan, 2003:2 tentang
Pedoman  Umum  Penyelenggaraaan  Pelayanan  Publik  yang  meliputi Kesederhanaan,  Kejelasan,  Kepastian  Waktu,  Akurasi,  Keamanan,  Tanggung
Jawab,  Kelengkapan  Sarana  dan  Prasarana,  Kemudahan  Akses,  Kedisiplinan, Kesopanan  dan  Keramahan  serta  Kenyamanan.  Inilah  potret  pelayanan  publik
dambaan setiap warga masyarakat Indonesia setelah munculnya gerakan reformasi 1998.
3.1.3 Kualitas Pelayanan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Pemberian  pelayanan yang  baik  merupakan salah  satu  upaya perusahaan untuk  menciptakan  kepuasan  bagi  konsumennya.  Jika  konsumen  merasa  telah
mendapatkan  pelayanan  yang  baik  berarti  perusahaan  mampu  memberikan pelayanan  yang  baik  pula.  Demikian  pula  sebaliknya,  pelayanan  tidak  dapat
diuraikan secara obyektif seperti sebuah produk, melainkan merupakan interaksi social  dengan  subyektivitas,  lebih  tergantung  pada  nilai,  parasaan  dan  perilaku.
Goetsch  dan  Davis  yang  diterjemahkan  Fandy  Tjiptono  membuat  definisi mengenai  kualitas  sebagai  berikut  :  “Kualitas  merupakan  suatu  kondisi  dinamis
Universitas Sumatera Utara
51 yang  berhubungan  dengan  produk,  jasa,  manusia,  proses,  dan  lingkungan  yang
memenuhi atau melebihi harapan” 2001: 101 Menurut  Wyckcof  dan  Lovelock  dalam  bukunya  yang  dikutip  dan
diterjemahkan  oleh  Tjiptono  2000  :  60  ada  dua  faktor  utama  yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu respected service dan perceived service.
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan perceived service sesuai dengan yang diharapkan,  maka  kualitas  jasa  dipersepsikan  sebagai  kualitas  ideal.  Sebaliknya
jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa yang  dipersepsikan  buruk.  Baik  tidaknya  kualitas  jasa  tergantung  pada
kemempuan  penyedia  jasa  dalam  memenuhi  harapan  pelanggannya  secara konsisten.
Stemvelt  2004:210  menyatakan  bahwa  konsep  kualitas  layanan  adalah suatu persepsi tentang revolusi kualitas secara menyeluruh yang terpikirkan dan
menjadi  suatu  gagasan  yang  harus  dirumuskan  formulasi  agar  penerapannya implementasi  dapat  diuji  kembali  evaluasi,  untuk  menjadi  suatu  proses  yang
dinamis, berlangsung, terus menerus dalam memenuhi kepuasan pelanggan. Teori “tujuan”  yang  dikembangkan  oleh  Samuelson  2000:84  bahwa  tujuan  adalah
asumsi kepuasaan yang sesuai dengan tingkat kualitas layanan.
3.2  Pelayanan publik