60
BAB IV PENYELESAIAN KEWAJIBAN DANA PENSIUN KEPADA
PARA NASABAH DANA PENSIUN
A. Pengurusan dan Pemberesan Dalam Pailitnya Dana Pensiun
Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, Debitur pailit tidak lagi diperkenankan untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaannya
yang telah dinyatakan pailit harta pailit. Selanjutnya pelaksanaan pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang
diangkat oleh Pengadilan, dengan diawasi oleh seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk dari Hakim Pengadilan. Pengangkatan tersebut harus ditetapkan dalam
putusan pernyataan pailit tersebut. Pelaksanaan pengurusan harta pailit tersebut oleh kurator bersifat seketika, dan berlaku saat itu pula terhitung sejak tanggal
putusan ditetapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan Kasasi atau Peninjauan Kembali.
Jika ternyata kemudian putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan Kasasi atau Peninjauan Kembali, maka segala perbuatan yang telah
dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal Kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat bagi Debitur
pailit. Menurut Pasal 15 PKPU, dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat
seorang Kurator dan Hakim Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan Niaga. Apabila Debitur, Kreditur, atau pihak yang berwenang mengajukan
Universitas Sumatera Utara
permohonan pernyatan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan maka Balai Harta Peninggalan dingkat selaku curator.
Adapun proses pemberesan harta pailit, termasuk juga didalamnya pembagian harta pailit antara lain :
1. Harta yang bukan harta pailit harus dikeluarkan terlebih dahulu
2. Seluruh utang harta pailit harus dikeluarkan dari harta pailit Debitur
3. Kreditur separatis dapat mengeksekusi sendiri jaminan utangnya
4. Kreditur separatis menduduki urutan tertinggi kecuali ditentukan lain
5. Biaya kepailitan harus didahulukan setelah Kreditur separatis
6. Piutang yang di istemewakan pada barang tertentu harus didahulukan
dari pada piutang secara umum 7.
Piutang secara diurutkan sesuai aturan Hukum Perdata 8.
Piutang Kreditur Konkuren dibagi secara Pro Rata. 9.
Apabila ada kelebihan asset dari piutang diserahkan kembali kepada Debitur pailit
1 Pencocokan Verifikasi Piutang
Menurut Pasal 1 angka 6 UU Kepailitan dan PKPU yang dimaksud dengan utang adalah: “Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan
dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang timbul di kemudian hari atau
kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi member hak kepada
Kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitur.”
Universitas Sumatera Utara
Pencocokan piutang dalam UU Kepailitan dan PKPU diatur dalam Pasal 113 sampai dengan Pasal 143. Pencocokan verifikasi piutang
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam proses kepailitan. Dengan adanya verifikasi dapat ditentukan pertimbangan dan urutan hak
dari masing-masing Kreditur. Rapat verifikasi dihadiri oleh: a.
Hakim Pengawas sebagai pimpinan rapat; b.
Panitera sebagai pencatat; c.
Debitur, dalam hal ini harus hadir dan tidak bisa diwakilkan Pasal 121 UU Kepailitan dan PKPU
d. Semua Kreditur dapat hadir sendiri atau mewakilkan kepada kuasanya
Pasal 123 UU Kepailitan dan PKPU e.
Kurator harus hadir. Hal-hal yang dilakukan dalam rapat verifikasi:
a. Hakim Pengawas membacakan daftar piutang yang diakui sementara
dan daftar piutang yang sementara dibantah oleh Kurator Pasal 124 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU
b. Setiap Kreditur yang namanya tercantum dalam daftar piutang dapat
meminta agar Kurator memberikan keterangan mengenai tiap piutang dan penempatannya dalam daftar Pasal 124 ayat 2 UU Kepailitan
dan PKPU; c.
Kurator berhak menarik kembali pengakuan sementara atau bantahannya atau menuntut supaya Kreditur menguatkan dengan
Universitas Sumatera Utara
sumpah kebenaran piutang yang tidak dibantah Pasal 124 ayat 3 UU Kepailitan dan PKPU
d. Jika Kreditur telah meninggal dunia, maka kurator dapat minta ahli
warisnya yang berhak untuk menerangkan di bawah sumpah bahwa mereka dengan itikad baik percaya bahwa piutang itu ada dan belum
dilunasi Pasal 124 ayat 4 UU kepailitan dan PKPU. e.
Terhadap piutang yang dimintakan sumpah, sementara sumpah belum dilakukan karena Kreditur tidak hadir atau tidak diwakili, maka
piutang tersebut diterima dengan syarat, sampai sumpah dilakukan pada hari yang ditetapkan Pasal 126 ayat 3 UU Kepailitan dan
PKPU. Setiap rapat verifikasi dibuat suatu berita acara yang
ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan Panitera Pengganti dan memuat mengenai daftar piutang yang diakui. Pengakuan atas tagihan-tagihan
tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap. Setelah rapat verifikasi selesai, kurator membuat laporan mengenai keadaan harta pailit dan
memberikan semua informasi yang diminta oleh Debitur dan laporan beserta berita acara rapat verifikasi wajib disediakan di Kepaniteraan dan
kantor curator 2
Perdamaian Dalam Kepailitan Perdamaian merupakan salah satu mata rantai dalam proses
kepailitan. Perdamaian dalam proses kepailitan sering juga disebut dengan istilah “akkoord” Bahasa Belanda, sedang dalam Bahasa Inggris disebut
Universitas Sumatera Utara
dengan istilah Composition”. Pasal 144 UU Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu
perdamaian kepada semua Kreditur. Tujuan perdamaian dalam proses kepailitan adalah untuk menentukan bagian masing-masing yang akan
dibayar oleh debitur pailit atau kurator dengan melikudasi aset atau tidak.
34
1. Tahap pengajuan rencana perdamaian dan pengumuman rencana
perdamaian; Tahapan-tahapan proses perdamaian dalam suatu kepailitan adalah
sebagai berikut:
2. Tahap pengambilan keputusan perdamaian;
3. Tahap sidang homologasi;
4. Tahap kasasi terhadap sidang homologasi
Pengajuan rencana perdamaian dan pengumuman dengan jalan diletakkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga dilakukan paling lambat 8
delapan hari sebelum rapat pencocokan piutang Pasal 145 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU. Rencana perdamaian dibicarakan dan diambil
keputusan segera setelah rapat pencocokan piutang selesai.dilakukan Pasal 145 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU. Rencana perdamaian
diterima jika disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari ½ satu per dua jumlah Kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya
diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 23
34
Munir Fuady, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, .hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
dua per tiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari Kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam rapat tersebut Pasal 151 UU Kepailitan dan PKPU. Apabila rencana perdamaian diterima, maka sebelum rapat ditutup
Hakim Pengawas menetapkan hari sidang Pengadilan Niaga untuk mengesahkan perdamaian tersebut homologasi. Jika Pengadilan Niaga
menolak mengesahkan perdamaian, tersedia upaya hukum bagi pihak- pihak yang keberatan atas penolakan tersebut yaitu kasasi ke Mahkamah
Agung. Kepailitan berakhir setelah pengesahan perdamaian berkekuatan hukum tetap, akan tetapi jika perdamaian ditolak, proses kepailitan segera
masuk ke insolvensi. 3. Insolvensi
Insolvensi insolvency dalam kamus bahasa Inggris berarti: ketidak mampuan membayar utang.
35
Pengertian insolvensi insolvency menurut Fridmen, Jack P dalam Munir Fuady adalah:
36
a. Ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban financial ketika
jatuh waktu seperti layaknya dalam bisnis, atau
b. Kelebihan kewajiban dibandingkan dengan asetnya dalam waktu
tertentu.
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatur insolvensi dalam Pasal 178 ayat 1 sebagai berikut: “Jika dalam rapat pencocokan piutang
tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang
35
Peter Salim, Slim’s Ninth Collegiate English – Indonesian Dictionary, Jakarta: Modern English Press, 2000, hlm. 754
36
Munir Fuady, Op. cit., hlm. 135.
Universitas Sumatera Utara
ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi
hukum harta pailit berada dalam keadaan insolvesi.” Akibat hukum insolvensi antara lain adalah harta pailit segera
dieksekusi dan dibagi kecuali ada pertimbangan tertentu misalnya pertimbangan bisnis. Kurator harus memulai pemberesan dan menjual
semua harta pailit Pasal 184 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU. 4. Penjualan Aset Kepailitan
Melekuidasi aset-aset Debitur pailit merupakan salah satu tugas utama dari Kurator dalam kepailitan, dalam hal ini Kurator melakukan
pengalihan atau penjualan aset-aset tersebut kepada pihak manapun sehingga diperoleh uang tunai sesuai dengan prosedur yang berlaku dan
sesuai dengan kebiasaan, kepatutan serta sesuai pula dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Undang-Undang Kepailitan ataupun undang-undang
lainnya.
37
a. Untuk menutup ongkos kepailitan Pasal 107 ayat 1 UU Kepailitan
dan PKPU Beberapa alasan yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Kepailitan dalam hal Kurator menjual aset Debitur pailit:
b. Penahanan barang mengkibatkan kerugian Pasal 107 ayat 1 UU
Kepailitan dan PKPU;
37
Ibid., hlm. 145.
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk kelangsungan usaha Debitur Pasal 56 ayat 3 UU Kepailitan
dan PKPU; d.
Barang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan Debitur Pasal 184 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU;
e. Dalam rangka pemberesan Pasal 184 ayat 1 UU Kepailitan dan
PKPU;. Kurator dalam menjual aset Debitur pailit selain berdasarkan
alasan-alasan tersebut diatas juga perlu mempertimbangkan cara-cara penjualannya, baik pertimbangan yuridis maupun pertimbangan bisnis.
Pertimbangan yuridis yang harus diperhatikan oleh Kurator adalah: apakah persyaratan yuridis untuk penjualan itu, misalnya apakah harus ada izin
tertentu, peraturan mana yang mengaturnya dan sebagainya. Sedangkan pertimbangan bisnis yang harus diperhatikan adalah apakah cara penjualan
tersebut dapat dicapai harga setinggi-tingginya. Berdasarkan Pasal 185 ayat 1 dan 2 UU Kepailitan dan PKPU
penjualan dilakukan di muka umum sesuai tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Apabila penjualan di muka umum tersebut
tidak tercapai, maka penjualan dapat dilakukan dengan cara di bawah tangan atas ijin Hakim Pengawas.
4. Penyelesaian Utang Debitur Pailit Terhadap Kreditor Undang-Undang Kepailitan mengatur 2 dua alternatif penyelesaian
utang Debitur pailit terhadap para Kreditornya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Melalaui perdamaian accoord, diatur dalam Pasal 144 sampai dengan
Pasal 177; dan 2
Melalui pemberesan harta pailit, diatur dalam Pasal 178 sampai dengan Pasal 203.
Penyelesaian utang Debitur pailit terhadap para Kreditornya melaui perdamaian accoord dapat terjadi apabila paling lambat 8 delapan hari
sebelum rapat pencocokan piutang Debitur pailit mengajukan rencana perdamaian dan diumumkan dengan jalan diletakkan di Kepnitiraan Pengadilan Niaga Pasal
145 UUK. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan segera diambil keputusan setelah pencocokan piutang berakhir, apabila rencana perdamaian
disetujui oleh Kreditor menurut prosedur yang berlaku serta memperoleh pengesahan dari Pengadilan Niaga dan telah berkekuatan hukum tetap, maka
kepailitan berakhir. Kurator wajib mengumumkan perdamaian tersebut dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian
yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, serta mempertanggung jawabkan kepada Debitur di hadapan Hakim Pengawas Pasal 166 ayat 2 UU Kepailitan dan
PKPU. Penyelesaian utang Debitur pailit diselesaikan sesuai kesepakatan dalam
perdamaian.dan berlaku bagi semua Kreditor konkuren dengan tidak ada pengecualian Pasal 162 UU Kepailitan dan PKPU. Sedangkan bagi Kreditor
separatis dan Kreditor yang diistimewakan preferen kesepakatan dalam perdamaian tidak berlaku, mereka tetap mendapat haknya secara utuh. Jumlah
uang yang menjadi hak Kreditor preferen yang telah dicocokan dan diakui harus
Universitas Sumatera Utara
diserahkan kepada Kurator, kecuali apabila Debitur telah memberi jaminan Pasal 168 ayat 1 UU UU Kepailitan dan PKPU
Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila Debitur lalai memenuhi isi perdamaian. Pasal 170 ayat 1 UU
UU Kepailitan dan PKPU. Tuntutan pembatalan perdamaian dilakukan dengan cara sebagaimana dalam pengajuan permohonan kepailitan Pasal 171 UU
Kepailitan dan PKPU. Akibat pembatalan perdamaian adalah proses kepailitan dibukan kembali dengan melanjutkan proses kepailitan yang sudah ada.
38
1 Kurator membuat daftar pembagian Pasal 189 ayat 1 UU Kepailitan dan
PKPU. Daftar tersebut memuat: Pasal 189 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU
Penyelesaian utang Debitur pailit kepada para Kreditornya melalui pemberesan harta pailit dapat terjadi apabila dalam rapat pencocokan piutang
tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam keadaan insolvensi Pasal 178 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU. Kurator harus
memulai pemberesan dan menjual semua asetharta pailit, setelah terkumpul cukup uang tunai dari hasil penjualan harta pailit kemudian dikurangi biaya-biaya
kepailitan dan sisanya untuk membayar utang Debitur pailit kepada para Kreditor Proses pembayaran utang Debitur pailit kepada Kreditor adalah sebagai
berikut:
38
Munir Fuady, Op. cit., hlm. 132.
Universitas Sumatera Utara
a. Rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah
Kurator; b.
Nama Kreditor; c.
Jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang; d.
Bagian yang wajib diterimakan kepada Kreditor. 2
Daftar pembagian dimintakan persetujuan kepada hakim Pengawas Pasal 189 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU.
3 Daftar pembagian yang telah disetujui Hakim Pengawas diletakkan di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga agar dapat dilihat oleh Kreditor selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas Pasal 192 ayat 1
UU Kepailitan dan PKPU. 4
Penyediaan daftar pembagian di Kepaniteraan Pengadilan Niaga dan tenggang waktu bagi Kreditor untuk melihat daftar tersebut oleh Kurator
diumumkan paling sedikit dalam 2 dua surat kabar yang ditunjuk Hakim Pengawas Pasal 192 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU.
5 Selama tenggang waktu tersebut Kreditor dapat mengajukan perlawanan
dengan cara mengajukan surat keberatan disertai alasan kepada Kepaniteraan Pengadilan Niaga Pasal 193 ayat 1 UU Kepailitan dan
PKPU. 6
Pengadilan Niaga paling lambat 7 tujuh hari setelah tenggang waktu tersebut berakhir harus memberikan putusan disertai pertimbangan
hukumnya Pasal 194 ayat 6 UU Kepailitan dan PKPU. Terhadap
Universitas Sumatera Utara
putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi oleh Kurator atau setiap Kreditor Pasal 196 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU.
7 Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian, atau
dalam hal telah diajukan perlawanan setelah putusan perkara perlawanan diucapkan, maka pembayaran utang debitur pailit kepada Kreditor segera
dilakukan oleh Kurator sesuai daftar pembagian yang telah ditetapkan Pasal 201 UU Kepailitan dan PKPU
Kepailitan berakhir setelah kepada Kreditor yang telah dicocokkan dibayar jumlah penuh piutang mereka, atau segera setelah daftar pembagian penutup
mengikat Pasal 202 ayat 1. Kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar pembagian yang dahulu, dalam hal sesudah pembagian
penutup ada pembagian yang tadinya dicadangkan bagi Kreditor yang hak untuk didahulukan dibantah karena belum ada putusan mengenai hak untuk
didahulukan, jatuh kembali dalam harta pailit, atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui Pasal 203
UU Kepailitan dan PKPU.
B. Kedudukan Nasabah Dana Pensiun Dalam Pailitnya Dana Pensiun