Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba

42

5.5 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena yan terjadi, karena faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga berakibat demikina. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian

1. Faktor Individu

Sudah menjadi suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idelanya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu kognisi berpikir, afeksi emosi dan perasaan dan konasi kehendak, kemauan dan psikomotor. Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya. Didalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang yang mirip. Mereka memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen dan perilakunya, namun tidak dalam segala hal. Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus. Antara lain: I. Gangguan kepribadiaan a. Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinancara berpikir yang salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap 43 benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan- pandangan negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berpikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan yang tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya. Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan. b. Gangguan emosi Dengan adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah marah, mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan dirinya akam terhambat. Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian dan merasa terbuang. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan teman walau tahu temannya memiliki niat jahat atau berperilaku tidak sesuai dengan norma. Pengalaman yang menyakitkan hati yang berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan gangguan emosi. Misalnya luka hati karena perlakuan orangtua yang kelewat keras atau tidak adanya perhatian dari orangtua , ditinggalkan orang yang dikasihinya. c. Gangguan kehendak dan perilaku Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau 44 keinginannya juga mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya, sikap dan perilakunya akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungan. II. Pengaruh Usia Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara pada wanita dan tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anaka remaja itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami perasaan ketidakpastian, disatu sisi merasa sudah bukan kanak- kanak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang masih sangat mudah dan kurang pengalaman. Pada masa ini remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima didalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Ingin ngetrend dan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba,kurang mengerti resiko disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan narkoba. III. Pandangan atau Keyakinan yang keliru Ada banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau merasa 45 yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke dlam tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. IV. Religiusitas yang rendah Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusitasnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual yang rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan hidup mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya anak remaja terhadap penyalahgunaan narkoba, terutama faktor keluarga, faktor lingkungan tempat tinggal, keadaan di sekolah, pengaruh teman sepergaulan dan keadaan masyarakat pada umumnya. I. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduk, suasana hiburan yang menggoda, bagi anak-anak remaja awal, kebiasaan hidup orang-orang yang mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan dan gayanya yang kurang pas bagi anak-anak, sudahlah jelas bahwa ia mempunyai dampak yang negatif. Seperti halnya dengan anak-anak yang berasal dari keluarga mampu yang dapat dengan mudah membuang uang dan mencari hiburan di night club, diskotik, atau mencari tempat-tempat hiburan yang tidak sesuai dengan usianya, atau mengadakan pesta-pesta di rumah sendiri atau rumah teman, mungkin juga di villa-villa mewah milik orang tuanya. Yang jelas akibatnya sama saja, yaitu hidup lepas kendali dan terjerumus dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. II. Keadaan di Sekolah 46 Sekolah yang merupakan tempat belajar mengajar, setelah 32 tahun tidak lagi mendapat pendidikan budi pekerti, ditambah dengan perkembangan sosial di Indonesia yang tidak menentu ini. Tawuran dikalangan remaja sudah dapat dikatakan mewabah kebanyak sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah dasar sampai Sekolah tingkat menengah. Jadi bukan merupakan jaminan dengan pergi kesekolah anak-anaknya atau remaja mengenal narkoba atau terlibat dengan kenakalan remaja. Mengingat bahwa sekolah-sekolah juga menjadi target sasaran perdagangan narkoba, disamping adanya kemungkinan pihak sekolah berusaha melindungi diri agar mendapat predikat sekolahan bagus, maka walaupun tahu ada muridnya yang menyalahgunakan narkoba, bukannya mencoba membuka permasalahannya, tetapi dilakukan sebaliknya, menutupinya demi nama baik sekolah, kredibilitas guru dan pimpinan sekolah. Dapat juga guru yang terlalu keras dan guru yang kurang atau tidak terlalu membekali anak didiknya dengan informasi yang akurat mengenai penyalahgunaan narkoba. Masalah ini terjadi karena guru tidak memiliki informasi yang akurat, kalaupun memberikan informasi, biasanya hanya untuk tujuan menegakan disiplin yang ada disekolah dengan ancaman agar muridnya tidak coba-coba menggunakan dan kalau ketahuan menggunakan akan dipecat. Lingkungan sekolah memiliki iklim belajr dan bersahabat, tetapi juga akan merupakan ajang persaingan yang keras, ada yang ingin berprestasi, ada yang ingin terlihat bergengsi, ada yang ingin terlihat sok hebat dan ini akan membuat sebahagian siswanya mengalami frustasi, bahkan ada sebagian yang ingin melarikan diri dari tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah murid yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau terlibat ke dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. 47 III. Pengaruh Teman Sebaya Biasanya pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar sekolahnya. Teman-teman ini juga mempunyai pengaruh besar bagi anak-anak remaja, mereka merasa dekat satu sama lain dan biasanya sudah membentuk kelompok geng, mereka mempunyai rasa senasib dan sepenaggungan, rasa solidaritas tiggi. Dengan demikian, mereka akan dengan mudahnya melakukan hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh kelompoknya. Mereka tidak memikirkan baik buruknya, tetapi memikirkan apa itu menyenangkan atau tidak. Juga tidak mempertimbangkan akan adanya resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan, untuk memenuhi kekeinginannya agar diterima kelompoknya, mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang sebenarnya disadari merupakan perbuatan yang tidak baik. Dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan zat, teman kelompok sebaya peer geoup mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba biasanya datang dari teman. Teman sebaya ini bisa berupa teman sekolah, teman sepermainan di lingkungan masyarakatnya, sesama anggota dari klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karakteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar dilepaskan karena dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama dengan narkoba, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menggunakan atau mengalami kekambuhan relapse. Kebanyakan pecandu yang menjadi responden pada banyak penelitian menyatakan, bahwa mereka mencoba narkoba pertama kali karena ditawari, 48 dibujuk, dipaksa bahkan dijebak oleh teman atau kelompok sebayanya. Selain itu mereka menyatakan sulit untuk lepas dari ikatan kelompok sebayanya. IV. Keadaan Masyarakat pada Umumnya Dengan memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi, teknologi informatika berkembang dengan cepat dan sedemikian canggih, juga media cetak, media audiovisual memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada sebelumnya, dan akibatnya banyak budaya asing masuk ke indonesia melalui media tersebut. Bagi kawula yang belum matang dan masih belum kukuh kuat iman maupun masih kurang pengertian akan nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia, akan denagn mudah mengadaptasi budaya-budaya luar yang kadang kurang pas bagi para remaja kini. Di dalam kehidupan malam, hiruk piruk diskotik, night club dan tempat-tempat hiburan malam lainnya, pengedar narkoba juga semakin meningkat sehingga narkoba sangat mudah diperoleh dan harganya juga bervariasi, ada yang murah dan ada yang mahal tergantung jenis dan khasiat narkoba tersebut. Dimulai dari iseng-iseng, ajakan teman, rasa ingin tahu tentang bagaimana narkoba tersebut maka tidak banyak akhirnya menjadi korban penyalahgunaan Narkoba yang kita temukan. Para ahli mengatakan bahwa perubahan-perubahan nilai sosial sebagai konsekuensi modernisasi juga merupakan faktor yang turut berperan pada penyalahgunaan narkoaba. Pada umumnya penyalah guna narkoba tidak lagi mematuhi sistem nilai yang dianut oleh orang tuanya. Mereka lebih dekat dan cocok dengan sistem nilai dari kelompok sebayanya yang sering berperilaku anti sosial dan menyalahgunakan zat. Pada hakikatnya penyalah guna zat merupakan ‘jeritan minta tolong’ dari remaja. Mereka menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dan menjalin hubungan yang baik dan stabil dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, mereka 49 lalu bergabung dengan teman kelompok sebaya dan turut menyalahgunakan narkoba. Bukan hanya remaja yang akhirnya lari ke dalam penyalahgunaan narkoba ini, melainkan orang tua juga banyak yang terjerumus kedalamnya. Adanya tekanan batin karena sulitnya mencari nafkah, banyaknya beban tanggung jawab yang berat dalam keluarga, terjadinya pengangguran atau pemutusan hubungan pekerjaan dapat menyebabkan frustasi pada seseorang dan akhirnya mencari pelarian melalui tindakan-tindakan yang salah seperti mabuk- mabukan dan memakai narkoba Mastauli, 2007:40-47.

3. Faktor Keluarga

Keluarga mempunyai peranan terpenting didalam pendidikan dan pembentukan karakter anak. Dari sejak lahirlah si anak diasuh didalam keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau kepribadian anak terbentuk oleh pola asuh yang sejak kecil diperolehnya, walaupun anak mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperoleh dari orangtuanya, namun pengaruh lingkungan mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian. Departemen Kesehatan RI dalam Afiatin,2008:13 memberikan deskripsi terhadap keluarga yang merupakan faktor resiko tertinggi bagi penyalahgunaan narkoba yaitu komunikasi antar anak dan orangtua kurang efektif, hubungan ayah dan ibu kurang harmonis, lingkungan keluarga terlalu permisif atau terlalu otoriter dan orangtua atau anggota keluarga lainnya telah menggunakan narkoba. Karakteristik-karakteristik seperti yang disebutkan sebagai faktor protektif keluarga mengantarai hubungan orangtua dengan kasih sayang dan kekuatan ikatan dengan keluarganya serta memperoleh norma-norma yang jelas berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkoba, remaja menjadi lebih tangguh untuk dapat 50 menolak terhadap bujukan penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya karakteristik- karakteristik yang telah disebutkan sebagai faktor resiko keluarga mengantarai hubungan remaja dengan keluarga, khususnya orangtua menjadi kurang kondusif dan rentan untuk menjadi penyalahguna narkoba juga. Salah satu indikator yang penting pada resiko keluarga adalah apabila dalam keluarga tersebut terdapat anggota keluarga yang telah menyalahgunakan narkoba, maka remaja tersebut beresiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba juga, atau disebut sebagai remaja kelompok beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba.

4. Faktor Ketersediaan Narkoba

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketersedian dan mudahnya mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dalam pengedaran dan pemakai yang berasal dari teman sebaya. Beberapa pengaruh adanya narkoba terhadap perilaku penyalahgunaan dikalangan remaja adalah sebagai berikut: a. Mudahnya mendapatkan jenis dari narkoba. b. Adanya persepsi bahwa dengan mengkonsumsi dapat menyelesaikan persoalan. Anggapan ini mungkin saja benar, namun perlu diketahui bahwa hilangnya persoalan itu hanya sesaat dan tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya. c. Cara menggunakan narkoba yang sangat mudah, misalnya diisap, disuntik, ditelan dan sebagainya. d. Peredaran pengedar narkoba yang sudah masuk ke pelosok wilayah dimana berkumpulnya remaja. 51

2.8 Kerangka Pemikiran