Pengertian Karakteristik Lansia Bedrest Dampak Bedrest

Adapun tugas perkembangan lansia menurut Dewi, 2014 adalah sebagai berkut: 1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2. Mempersiapkan diri untuk pensiun 3. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya 4. Mempersiapkan kehidupan baru 5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan socialmasyarakat secara santai 6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

B. BedrestTirah Baring

1. Pengertian

Bedrestimmobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik Potter dan Perry, 2006. Menurut Perry dan Potter 2006 tujuan umum tirah baring adalah : 1. Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk tubuh. 2. Mengurangi nyeri. 3. Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat dan mengembaikan kekuatan. 4. Memberi kesempatan pada klien yang letih untuk beristirahat tanpa gangguan.

2. Karakteristik Lansia Bedrest

- Kelemahan otot karena otot-otot atrofi - Strok yang menyebabkan kelemahan pada ekstremitas - Gangguan intoleransi aktivitas seperti pada pasien jantung. - Imobilisasi karena fraktur.

3. Dampak Bedrest

Dampak bedrest menurut Asmadi 2008 sebagai berikut: 1. Perubahan Metabolisme Perubahan mobilisasi akan mempengaruhi metabolisme endokrin, resorpsi kalsium dan fungsi gastrointestinal. System endokrin menghasilkan hormon, mempertahankan dan meregulasi fungsi vital seperti: berespon pada stress dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan lingkungan internal, produksi pembentukan dan penyimpanan energi. Imobilisasi mengganggu fungsi metabolisme normal seperti: menurunkan laju metabolisme, mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan peristaltik berkurang. 2. Perubahan Pernafasan Kurangnya pergerakan dan latihan akan menyebabkan klien memiliki komplikasi pernafasan. Komplikasi pernafasan yang paling umum adalah atelektasis kolapsnya alveoli dan pneumonia hipostatik inflamasi pada paru akibat statis atau bertumpuknya sekret. Menurunnya oksigenasi dan penyembuhan yang alami dapat meningkatkan ketidaknyamanan klien. 3. Sistem Integumen Immobilisasi yang lama dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit, seperti abrasi dan dekubitus. Hal tersebut disebabkan oleh karena pada immobilisasi terjadi gesekan, tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain, dan penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang tertekan. Kondisi yang ada dapat diperburuk lagi dengan adanya infeksi, trauma, kegemukan, berkeringat, dan nutrisi yang buruk. Selain itu, sirkulasi darah yang lambat mengakibatkan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada area yang tertekan menurun sehingga laju metabolism jaringan menurun. Bila berlangsung terus-menerus, dapat mengakibatkan terjadinya atrofi otot dan perubahan turgor kulit. 4. Sistem kardiovaskuler Dampak immobilisasi terhadap system kardiovaskuler di antaranya adalah sebagai berikut : a Penurunan kardiak reserve Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau sistem adrenergik lebih besar daripada sistem kolinergik atau sistem adrenergik lebih besar daripada sistem kolinergik atau sistem vagal. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung. Konsekuensi dari peningkatan denyut jantung menyebakan waktu pengisian diastolik memendek dan terjadi penurunan kapasitas jantung untuk merespons terhadap kebutuhan metabolisme tubuh Kozier dkk, 1995. b Peningkatan beban kerja jantung Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras dan kurang efisien, disertai curah kardiak yang turun selanjutnya akan menurunkan efisiensi jantung dan meningkatkan beban kerja jantung. c Hipotensi ortostatik Hipotensi ortostatik merupakan manifestasi umum yang terjadi pada kardiovaskuler sebagai akibat dari bedrest yang lama. 5. Perubahan Muskuloskeletal Dampak immobilisasi pada system musculoskeletal adalah gangguan permanen atau temporer atau ketidakmampuan yang permanen. Pembatasan mobilisasi terkadang menyebabkan kehilangan daya tahan, kekuatan dan masa otot, serta menurunnya stabilitas dan keseimbangan. Dampak pembatasan mobilisasi adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan sendi. Karena pemecahan protein, klien kehilangan masa tubuh yang tidak berlemak. Masa otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktivitas tanpa meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dank lien tidak melakukan latihan, kehilangan masa otot akan terus terjadi dank lien tidak melakukan latihan, kehilangan masa otot akan terus terjadi dank lien tidak melakukan latihan, kehilangan masa otot akan terus terjadi. Kelemahan otot juga terjadi karena immobilisasi, dan immobilisasi lansia lama sering menyebabkan atrofi angguran, dimana atrofi angguran adalah respon yang dapat diobservasi sehari-hari. Dan immobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya masa dan kekuatan otot, dan instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa hari bedrest, dapat kehilangan hingga kelemahan otot perifer 25 dalam waktu 4 hari dan kehilangan 18 berat badannya. Hilangnya masa otot-otot rangka sangat tinggi dalam 2-3 minggu pertama immobilisasi Asmadi, 2008.

C. Kekuatan Otot