Struktur Karya Sastra Analisis Strukturalisme Genetik dalam Roman Germinal Karya Emile Zola.

18 Goldmann dalam Junus 1986 memberikan rumusan penelitian struktural genetik ke dalam tiga hal, yaitu: 1 penelitian sastra terhadap karya sastra seharusnya dilihat sebagai satu kesatuan; 2 karya sastra yang diteliti mestinya karya yang bernilai sastra yang biasanya mengandung tegangan tension antara keragaman dan kesatuan dalam suatu keseluruhan a coherent whole; 3 jika kesatuan telah ditemukan, kemudian dianalisis dalam hubungannya dengan latar belakang sosial. Sifat hubungan tersebut: a yang berhubungan latar belakang sosial adalah unsur kesatuan, b latar belakang yang dimaksud adalah pandangan dunia suatu kelompok sosial yang dilahirkan oleh pengarang sehingga hal tersebut dapat dikonkretkan.

2.4 Struktur Karya Sastra

Menurut Fananie 2000 : 83 struktur karya sastra adalah struktur yang terefleksi dalam satuan teks. Karena itu, struktur karya sastra dapat disebut sebagai elemen atau unsur-unsur yang membentuk `karya sastra. Elemen tersebut lazim disebut sebagai unsur intrinsik. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 2007:38 unsur intrinsik adalah struktur formal karya sastra yang dapat disebut sebagai elemen-elemen atau unsur-unsur yang membentuk karya sastra. Unsur- unsur tersebut secara utuh membangun karya sastra fiksi dari dalam, unsur-unsur intrinsik yang paling pokok terdiri dari : 1 tema, 2 alur, 3 tokoh dan penokohan dan 4 latar .

2.4.1 Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro 2007:67 adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar 19 umum yang menopang sebuah karya satra dan yang terkandung di dalam teks. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema adalah ide, gagasan dan pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2.4.2 Alur

Salah satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering disebut alur, yakni cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh Suharianto 1982:28. Berdasarkan fungsinya, alur dibagi atas alur utama dan alur bawahan. Alur utama adalah alur yang berisi cerita pokok, dibentuk oleh peristiwa pokok atau utama. Sedangkan alur bawahan adalah alur yang berisi kejadian-kejadian kecil menunjang peristiwa-peristiwa pokok sehingga cerita tambahan berfungsi sebagai ilustrasi alur utama.

2.4.3 Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro 2007:20 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. 20 Nurgiyantoro 2007:176-177 mengemukakan dua jenis tokoh berdasarkan segi peran atau pentingnya tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali saja dalam cerita dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaannya yang relatif pendek. Penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa: pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya Suharianto 1982:31. Tujuan penokohan adalah mencapai suatu pemahaman ketokohan seorang individu dalam suatu komunitas tertentu, Tujuan lainnya adalah memperdalam pengertian terhadap komunitas tertentu tempat tokoh atau individu itu hidup. Yang lebih penting lagi, seorang individu akan banyak mengungkapkan motivasi, aspirasi, dan ambisinya tentang kehidupan dalam masyarakatnya. Teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya dapat dibedakan menjadi 1 teknik ekspositori yang sering juga disebut sebagai teknik analitik yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya. Yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. 2 teknik dramatik yaitu pelukisan tokoh secara tak langsung artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. 21 Pengarang membiarkan tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi Nurgiyantoro 2007: 194.

2.4.4 Latar

Latar adalah tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro 2007: 216. Latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nili-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu 1 latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2 latar waktu yaitu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. 3 latar sosial yaitu berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks dapat berupa adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap Nurgiyantoro 2007: 227-233.

2.5 Fakta Kemanusiaan