Fakta Kemanusiaan Analisis Strukturalisme Genetik dalam Roman Germinal Karya Emile Zola.

21 Pengarang membiarkan tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi Nurgiyantoro 2007: 194.

2.4.4 Latar

Latar adalah tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro 2007: 216. Latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nili-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu 1 latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2 latar waktu yaitu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. 3 latar sosial yaitu berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks dapat berupa adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap Nurgiyantoro 2007: 227-233.

2.5 Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan adalah fakta-fakta historis yang terjadi pada masa penciptaan karya sastra. Biasanya fakta kemanusiaan berisi tentang Revolusi 22 sosial, politik, ekonomi yang dituangkan oleh pengarang ke dalam karya sastranya. 2.6 Subjek Kolektif Berdasarkan kedua jenis fakta kemanusiaan tersebut, Goldmann membedakan dua macam subjek yaitu : subjek individual dan subjek kolektif. Subjek individual adalah subjek dari fakta historis ibid hal: 14. Revolusi sosial, politik, ekonomi termasuk seperti yang ada dalam novel dan karya-karya kultural yang besar merupakan fakta historis, sehingga secara tidak langsung subjeknya adalah subjek kolektif. Goldmann lebih menyebutkan subjek kolektif ini sebagai trans-individual ibid hal: 15. Subjek trans-individual adalah subjek yang mengatur individu, yang di dalamnya individu tersebut hanya masih merupakan konsep yang tidak jelas untuk mempermudah memahaminya. Goldmann mengkhususkan subjek kolektif sebagai kelas sosial dalam pengertian Marxis, yaitu sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia. Bukti kemunculan kelas-kelas sosial membawa pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan sejarah dapat dilihat dengan adanya teori umum yang menyatakan bahwa masyarakat modern yang kapitalis dengan masyarakat proletar 2.7 Pandangan Dunia Menurut Goldmann dalam Faruk 1999:16 pandangan dunia merupakan istilah yang cocok secara kompleks dan menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama- 23 sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok sosial lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia pengarang tidak lahir dengan tiba-tiba, karena pandangan dunia itu merupakan produk interaksi antara pengarang dengan situasi sekitarnya. Menurut Goldmann, karya sastra sebagi struktur bermakna itu akan mewakili pandangan dunia la vision du monde penulis, tidak sebagai individu melainkan sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa strukturalisme genetik merupankan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya 2.8 Dialektika Metode dialektika yaitu suatu metode yang mengusahakan kompromi antara beberapa pendapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Proses dialektika terdiri atas tiga fase. Mekanisme kerja metode ini adalah thesis, antithesis, dan sinthesis. Secara teoretis, setiap fakta sastra dapat dianggap sebagai thesis kemudian diadakan negasi. Dengan adanya pengingkaran, thesis dan antithesis seolah-olah hilang atau berubah menjadi kualitas fakta yang lebih tinggi, yaitu sintesis itu sendiri. Sintesis kemudian menjadi thesis kembali dan seterusnya sehingga proses pemahaman terjadi secara terus- menerus. 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai Metode Penelitian, Pendekatan Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data