dan hawa di dalam gua. Para penambang pun sadar, marah, lalu berembuk, memanjangkan barisan dan segera berteriak kencang-kencang: “Roti Roti Roti
Kami butuh Roti”. Sejujurnya mereka tidak hanya meminta makanan, namun mereka juga meminta revolusi
4.3 Subjek Kolektif
Berdasarkan fakta kemanusiaan, Goldmann membedakan dua macam subjek yaitu : subjek individual dan subjek kolektif. Goldmann mengkhususkan
subjek kolektif sebagai kelas sosial dalam pengertian Marxis, sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai
kehidupan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia. Bukti kemunculan kelas-kelas sosial membawa pengaruh yang cukup besar dalam
perkembangan sejarah dapat dilihat dengan adanya teori umum yang menyatakan bahwa masyarakat modern yang kapitalis dengan masyarakat proletar. Zola
memunculkan kedua kelas sosial tersebut dalam roman ini yaitu kaum kapitalis atau kaum borjuis dengan kaum proletar yang diwakili oleh para buruh tambang.
Zola juga menginginkan adanya tokoh-tokoh yang mewakili masing-masing kelas sosial tersebut dalam karyanya.
Pertentangan antara kaum borjuis dan kaum proletar ini digambarkan oleh Zola melalui cara berpakaian, gaya hidup dan bangunan tempat tinggal mereka.
Puncaknya terjadi pada saat penyerangan di lingkungan kaum borjuis oleh para penambang. Perbedaan cara berpakaian mereka dapat kita ketahui melalui tokoh-
tokoh wanita dalam roman ini : 59
dailleurs, peu importait, cétaient sa robe de soie, son manteau de fourrure, jusquà la plume blanche de son chapeau, qui exaspéraient. Elle
sentait le parfum, elle avait une montre, elle avait une peau fine de fainéante
qui ne touchait pas au charbon. Ger1885490
Dan lebih-lebih lagi, yang kurang dianggap menarik, gaunnya yang terbuat dari sutra, mantel bulunya, hingga topi berhiaskan bulu putih yang
sangat menjengkelkan mereka. Bau mereka yang harum, jam tangan yang mereka kenakan, kulit mereka yang halus karena tidak pernah bekerja dan
tersentuh batubara.
Perbedaan pakaian yang dipakai oleh kaum proletar nampak dalam kutipan berikut :
60 La jeune fille avait sa robe des dimanches, une vieille robe de popeline
gros bleu, pâlie et usée déjà dans les plis. Elle était coiffée dun bonnet de
tulle noire, tout simple.” Ger1885157
Gadis muda itu mengenakan bajunya yang dipakai setiap hari minggu, sebuah gaun dari kain popelin biru yang kasar, yang lipatannya sudah
berwarna pudar dan usang. Dia mengenakan topi dari kain kelambu warna hitam, sangat sederhana.
Gaya hidup termasuk kegiatan sehari-hari mereka juga ditulis oleh Zola. Hal ini semata-mata ditulis untuk memberikan perbedaan yang jelas antara kaum
proletar yang harus bekerja keras, dengan kaum borjuis yang hanya tinggal menikmati hidup dari yang telah dikerjakan oleh bawahan mereka. Berikut ini
kutipan yang menyatakan bahwa para penambang harus mempersiapkan semuanya sejak pagi hari dan harus melawan rasa dingin yang menyiksa ketika
mereka harus berangkat bekerja. Seperti digambarkan dalam kutipan berikut : 61
Et, du village éteint au Voreux qui soufflait, cétait sous les rafales un lent défilé dombres, le départ des charbonniers pour le travail, roulant des
épaules, embarrassés de leurs bras, quils croisaient sur la poitrine; tandis que, derrière, le briquet faisait à chacun une bosse. Vêtus de toile mince, ils
grelottaient de froid, sans se hâter davantage, débandés le long de la route,
avec un piétinement de troupeau. Ger188516
Dibawah angin yang bertiup dari desa yang mulai padam lampunya hingga Voreux, terlihat bayangan sekumpulan orang yang berjalan lamban,
mereka adalah para penambang batubara yang hendak pergi bekerja, mereka menggerak-gerakkan bahunya, menyedekapkan tangan mereka di dadanya.
Sementara itu di punggung mereka tampak membawa bekal Dengan mengenakan pakaian yang tipis, mereka tampak menggigil kedinginan,
mereka berjalan semakin pelan menghentakkan kakinya di sepanjang perjalanan.
Kutipan berikut menyatakan berbedanya kehidupan borjuis yang dapat menikmati paginya tanpa harus tergesa-gesa mempersiapkan segala sesuatu.
Seperti dalam kutipan berikut : 62
Ce matin-là, les Grégoire sétaient levés à huit heures. Dhabitude, ils ne bougeaient guère quune heure plus tard, dormant beaucoup, avec
passion; mais la tempête de la nuit les avait énervés. Ger188597
Pagi itu, keluarga Gregoire bengun jam 8 pagi. Biasanya mereka tidak berpindah dari tempat tidur mereka hingga 1 jam berikutnya, tertidur dengan
sangat lelap ; tetapi hujan angin semalam telah membuat hati mereka kesal.
Kebiasaan makan dari kedua kelas sosial ini juga ditulis oleh Zola. Begitu mudahnya para borjuis melahap hidangan yang enak, sedangkan para penambang
harus berpikir berkali-kali untuk dapat memenuhi kebutuhan makan mereka meskipun sangat sederhana. Melimpahnya hidangan makanan pada kaum borjuis
terdapat dalam kutipan berikut : 63
Ils sattablaient enfin, le chocolat fumait dans les bols, on ne parla longtemps que de la brioche. Mélanie et Honorine restaient, donnaient les
détails sur la cuisson, les regardaient se bourrer, les lèvres grasses, en disant que cétait un plaisir de faire un gâteau, quand on voyait les maîtres le
manger si volontiers. Ger1885105
Mereka duduk mengelilingi meja makan, coklat yang panas mengepul dalam mangkok, mereka membicarakan hidangan tersebut. Melanie dan
Honorine tetap berada di situ, menjelaskan tentang masakannya, memperhatikan tuannya makan dengan kenyang, melihat bibir mereka
tampak berminyak, kemudian mengatakan bahwa mereka sangat senang membuat kue jika para tuannya mau memakannya dengan senang hati.
Narator juga menggambarkan kurangnya bahan makanan di kalangan para penambang, seperti dalam kutipan berikut :
64 Devant le buffet ouvert, Catherine réfléchissait. Il ne restait quun bout
de pain, du fromage blanc en suffisance, mais à peine une lichette de beurre; et il sagissait de faire les tartines pour eux quatre. Enfin, elle se décida,
coupa les tranches, en prit une quelle couvrit de fromage, en frotta une autre de beurre, puis les colla ensemble: cétait le briquet, la double tartine
emportée chaque matin à la fosse. Ger188527
Di depan lemari yang terbuka, Catherine berpikir. Di lemari hanya tinggal sepotong roti, keju putih secukupnya dan hampir tidak ada mentega,
dan dia harus membuat roti untuk 4 orang. Akhirnya dia memutuskan untuk membelah irisan itu, mengambil sepotong irisan untuk diberinya keju, dan
mengolesi yang satunya lagi dengan mentega, kemudian menumpuknya itulah ‘bekalnya’, dua potong roti yang dibawanya setiap hari ke tambang.
4.4 Pandangan Dunia Pengarang