Pengertian harta dalam Hukum Islam

34

2. Pengertian harta dalam Hukum Islam

Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan dengan keempat sistem hukum yang pada umumnya terbentuk dari kebiasaan masyarakat, hasil pemufakatan budaya manusia di suatu tempat di suatu masa. Beda dari keempat sistem hukum yang lain. Sistem hukum Islam tidak hanya hasil pemukafatan manusia yang dipengaruhi oleh kebudayaannya di suatu tempat pada suatu masa. Apabila Hukum Islam itu disistematisasikan seperti di dalam tata hukum Indonesia, maka akan tergambarkan bidang ruang lingkup muamalat dalam arti luas sebagai berikut 50 : a Tentang Hukum Perdata Islam Hukum Perdata Islam meliputi: a. Munakahat, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan dan perceraian serta akibatakibat hukumnya, b. wirasah, mengatur segala masalah dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan, serta pembagian warisan. Hukum warisan Islam ini disebut juga hukum faroid, c. muamalat, ialah dalam arti yang khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak- hak atas benda, tata hubungan manusia dalam masalah jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan, kontrak dan sebagainya. b Tentang Hukum Publik Islam Hukum Publik Islam meliputi: a. Jinayah, yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman, baik dalam 50 Muhammad Daud Ali. Hukum Islam,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1999 hal 5 dan 6 Universitas Sumatera Utara 35 jarimah hudud maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan tindak pidana. Jarimah hudud adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam al-Qur’an dan As- Sunnahhudud artinya batas. Jarimah ta’zir adalah perbuatan tindak pidana yang bentuk dan ancaman hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya ta’zir artinya: ajaran atau pelajaran; b. al-ahkam as-sulthoniyah, membicarakan permasalahan yang berhubungan dengan kepala Negarapemerintahan, hak pemerintah pusat dan daerah, tentang pajak, dan sebagainya; c. Siyar, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama lain dan Negara lain; dan d. mukhasamat, mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara. Apabila bagian-bagian hukum Islam bidang muamalat dalam arti luas tersebut dibandingkan dengan susunan hukum Barat, seperti dalam ilmu-ilmu hukum, maka munakahat, dapat disamakan dengan hukum perkawinan; wirasahfaroid sama dengan hukum kewarisan; muamalat dalam arti khusus sama dengan hukum benda dan hukum perjanjian, jinayahuqubat sama dengan hukum pidana; al-ahkam assulthoniyah sama dengan hukum ketatanegaraan, yaitu tata Negara dan administrasi Negara; siyar sama dengan hukum internasional; dan mukhasamat sama dengan hukum acara. Hukum Islam telah diterapkan di Indonesia jauh sebelum adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia . pengertian Hukum Islam sendiri punya 2 makna yaitu sebagai syari’at dan fiqh. Pengertian pertama, hukum Islam bersifat absolut, tidak akan berubah. Sedangkan menurut pengertian kedua sebagai fiqh yang merupakan Universitas Sumatera Utara 36 penjabaran lebih lanjut dari syari’at dengan syarat tidak boleh bertentangan dengan syariah hukum Islam dapat berubah berkembangan. Jadi fiqh di suatu negara dapat berbeda dengan fiqh di negara lain. 51 Namun demikian, bila membicarakan syari’at dalam arti hukum Islam, maka terjadi pemisahan bidang hukum sebagai disiplin ilmu hukum. Sesungguhnya hukum Islam tidak membedakan secara tegas antara wilayah hukum privat dan hukum publik, seperti yang dipahami dalam ilmu hukum barat karena dalam hukum privat terdapat segi-segi hukum publik; demikian pula sebaliknya dalam hukum publik terdapat pula segi-segi hukum privat. Ruang lingkup hukum Islam dalam arti fikih Islam meliputi : munakahat, warisan, muamalat dalam arti khusus, jinayah atau uqubat, al-ahkam assulthoniyah khilafah, siyar, dan mukhasamat. 52 Kalangan ulama fiqh telah membahas tentang harta, cara mendapatkan dan memindahkan hak milik sebagaimana mereka juga telah membahas tentang hak dan sumber sumber yang ada, mereka juga mengupas tentang toeri akad dan perbuatan yang menyebabkan seseorang memberi jaminan, sebagaimana mereka juga telah membahas tentang aplikasi tori mendapatkan kekayaan tanpa usaha, lalu membahas tentang hubungan antara pemberi dan penerima utang dan ini akan dapati tersebar luas dalm bab bab fiqh yang berbeda beda. Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan 51 Afdol, Landasan Hukum Positif pemberlakuan Hukum Islam dan permasalahan implementasi hukum kewarisan Islam, 2003, Airlanggga University Press, Surabaya, hal 1. 52 M. Rosyidi. 1971. Keutamaan Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang, hal.25. Universitas Sumatera Utara 37 ke dalam salah satu al-dharuriyyat al khamsahlima keperluan pokok yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan dan harta 53 Jadi harta merupakan keperluan hidup pokok bagi manusia, sarana memenuhi kesenangan, sebagai bekal bagi kehidupan akhirat sekaligus sabagai cobaan. Makna dari harta itu sendiri ialah berasal dari bahasa Arab disebut al-mal, ada beberapa pendapat tentang pengertian mal yaitu: 1. Menurut bahasa umum yaitu, uang atau harta sedangkan menurut istilah ialah segala sesuatu yang berharga dan bersifat materi serta beredar diantara manusia 54 2. Menurut ulama Hanafiah yang dikutip dari Nasrun Haroen 55 al mal artinya segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. 3. Sedangkan menurut jumhur ulama selain Hanafiayah: yang juga dikutip oleh Nasrun Haroen 56 al mal yaitu segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusaknya atau melenyapkannya. Dalam perdata Islam , harta disebut juga istilah mal, jama’nya amwal 57 Dari kandungan definisi di atas ada perbedaan perbedaan esensi harta, yaitu menurut jumhur ulama harta itu tidak saja bersifat materi melainkan juga termasuk 53 Ibn Ishaq Al Syathiby, Al-Muwafaqat Fi Ushul Al-Syari’ah Beirut: dar al-ma’rifah 1975, jilid II hal 8-12.lihat juga Wahbah al Zuhaily, Ushul Al-Fiqh Al Islamy Damaskus; dar al fikr, 2001 juz 2cet ke 2 hal 1048 54 M.Abdul Mujiebet al. Kamus Istilah Fiqih, Jakarta:PT. Pustaka Firdaus, 1994, cet. Ke 1 hal 191 55 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007cet ke 2 hal 73 56 Ibid hal 73 57 Zahri Hamid, Harta Dan Milik Dalam Hukum Islam , CV Bina Usaha, Yogyakarta, Cetakan pertama, 1985 hal 1. Universitas Sumatera Utara 38 manfaat dari benda itu sendiri. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendirian bahwa harta hanya bersifat materi. Kemudian Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan sebagai berikut: 1. Mal adalah nama bagi selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat dikelola dengan jalan ikhtiar. 2. Benda yang dijadikan harta itu dapat dijadikan harta oleh umumnya manusia atau oleh sebagian mereka 3. Sesuatu yang tidak dipandang harta tidak sah kita mentransaksikannya 4. Sesuatu yang dimubahkan walaupun dipandang harta, seperti sebiji beras, tidaklah dipandang sebagai harta walaupun boleh kita memilikinya 5. Harta itu wajib mempunyai wujud, karena manfaat tidak termasuk dalam bagian harta 6. Harta yang dijadikan harta dapat disimpan untuk waktu tertentu atau untuk waktu yang lama dan digunakan di waktu dia dibutuhkan 58 . Para ahli fiqh menjelaskan bahwa harta adalah sesuatu yang mungkin dapat dikuasai dan diambil manfaatnya menurut cara yang terbiasa 59 maka sesuatu baru dikatakan harta apabila memenuhi 2 hal: 1. kemungkinan dapat dikuasai 2. kemungkinan dapat diambil manfaatnya menurut cara yang terbiasa berdasarkan definisi di atas jelaslah bahwa harta itu mesti berupa materi, sebab materi itulah yang dapat disimpan dan dikuasai. Yang demikian ini adalah pendapat ulama hanafiyyah 60 . Namun dari segi bernilai atau tidak bernilainya, harta dibagi kepada dua macam, yaitu : 58 Lihat Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah jakarta:bulan bintang , 1989 cet ke 3 hal 140 59 Zahri Hamid,Op.Cit, hal 1 60 Ibid hal 3 Universitas Sumatera Utara 39 1. Harta Mutaqqawwin. Definisi harta ini adalah sesuatu yang bernilai dimana orang yang merusakkannya secara melawan hukum wajib menggantikannya. Sesuatu yang tidak memiliki unsur unsur yang sedemikian itu tidak dapat disebut sebagai harta mutaqqawwin, seperti benda yang tidak ada pemiliknya 61 . 2. Harta Ghairu Mutaqawwim. Adalah bila tidak dipenuhi didalamnya salah satu dari dua hal yaitu pemeliharaan dan kebolehan mengambil manfaat dalam keadaan leluasa dan biasa 62 . Misalnya adalah minuman keras dan babi, bagi umat muslim keduanya adalah harta yang tidak boleh dipelihara. Namun ada ruksah untuk memakannya dalam keadaan sangat terpaksa misalnya jika di hutan tidak ada lagi makanan selain babi, maka boleh memakannya dan tidak ada dosa baginya. Harta yang kita miliki sebenarnya tidak semua milik kita, makanya dalam islam ada hak orang lain yang wajib harus dikeluarkan jika kita memenuhi syarat tiap tahunnya seperti zakat. Begitu juga hibah. Di dalam harta juga ternyata terkandung di dalamnya hak masyarakat. Islam menghormati hak milik pribadi seseorang dan menegaskan adanya hak masyarakat dalam hak pribadi itu, karena Islam memberikan kebebasan menggunakan harta kepada pemiliknya selama tidak membuat orang lain rugi. Hibah untuk kerabat dekat lebih utama daripada kerabat yang jauh, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Absullah bin Umar dia berkata, bersabda Rasulullah :”orang orang yang menyayangi akan disayangi oleh Alla, maka 61 Ibid hal 4 62 Ibid hal 5 Universitas Sumatera Utara 40 sayangilah orang yang ada di muka bumi niscaya kalian akan disayangi oleh yang di langit, rahim berasal dari Rahman Allah siapa yang menyambungkannya, maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya” 63 . Dasar hibah menurut Islam juga adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang menganjurkan kepada umat Islam agar berbuat baik kepada sesamanya, saling mengasihi dan sebagainya. Islam menganjurkan agar umatnya suka memberi karena memberi lebih baik dari pada menerima. Namun pemberian itu harus ikhlas, tidak ada pamrih apa-apa kecuali mencari ridha Allah dan mempererat tali persaudaraan, seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala: “Tolong menolonglah kamu sekalian atas kebaikan dan takwa dan janganlah kamu sekalian tolong menolong atas sesuatu dosa dan permusuhan”.Q.S Al – Maidah : 2. Kemudian, Firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang artinya : “Dan meberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak orang miskin, musyafir yang memerlukan pertolongan, dan orangorang yang meminta”. Q.S. Al – Baqarah : 177 Rasulallah bersabda, artinya: “siapa yang mendapatka kebaikan dari saudaranya yang bukan karena mengharap dan minta minta, maka hendaklah ia menerimanya dan tidak menolaknya karena itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya” HR Ahmad 63 Dalam riwayat Al-Bukhari, Riyadh Ash-Shalihiin karya An-Nawawi hal 153 Universitas Sumatera Utara 41 Di dalam Al–Qur’an maupun Hadist, belum dapat ditemui ayat atau sabda Nabi yang secara langsung memerintahkan untuk berhibah. Namun dari ayat-ayat dan Hadist di atas dapat dipahami, bahwa Allah dan Rasul-Nya menganjurkan umat Islam untuk suka menolong sesama, melakukan infaq, sedekah dan pemberianpemberian lain termasuk hibah. Selain itu dasar hukum hibah dalam hukum waris Islam terdapat dalam Al- Qur’an dan hadis Rasulullah saw, yang mengartikan bahwa hibah ialah pemberian dari seseorang kepada orang lain. 64 Dewasa ini telah berkembang pengertian hibah adalah pemberian dari satu negara kepada negara lainnya. Bahkan dapat pula diartikan suatu pemberian dari suatu badan hukum kepada badan hukum lainnya.

B. Syarat Hibah Menurut Hukum Islam

Hibah baru dikatakan sah apabila disertai oleh ijab dan kabul 65 , atau dengan kata lain yang mengandung isi pemberian harta kepada seseorang tanpa disertai imbalan. Sedangkan menurut mazhab hanafi sudah cukup dengan ijab saja sudah sah. Kalau menurut mazhab Hambali bahwa cukup dengan perbuatan yang menunjukkan kepada pemberian saja sudah dianggap sah, sebab Nabi shallallahu a’laihi wasallam dan sahabat diberi hadiah dan memberi hadiah melakukan hal yang demikian itu. 66 Hibah tidak terkait dengan syarat apapun, apabila hibah dikaitkan dengan penggantian sesuatu maka dikatakan jual beli, Namur jika syarat diserahkan setelah pemberi hibah meninggal dunia maka dikatakan wasiat. Maka Akad hibah itu semata 64 M. Idris Ramulyo. Op.Cit Hal. 116 65 Ijab berarti pernyataan orang yang memberi harta, Kabul merupakan pernyataan orang yang menerima harta. 66 Sayyid Sabbiq, Op.Cit hal 419. Universitas Sumatera Utara 42 mata bersifat penyerahan harta kepada orang lain secara sukarela tanpa imbalan apapun. Walaupun hibah merupakan akad yang sifatnya menjalin silaturahmi, Namun tindakan tersebut mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, jika salah satu rukun atau syarat itu tidak dipenuhi baik oleh pemberi atau penerima hibah maka bisa menjadi tidak sah. Dalam buku Fiqh Muamalah 67 disebutkan dalam Ilmu Fiqh diterangkan rukun hibah itu ada 4 yaitu: shigat hibah, penghibah, penerima hibah dan barang hibah. Kemudian jika di dalam buku Fiqh ‘ala Mazhabil Arbaan diterangkan bahwa rukun hibah itu ada tiga yaitu orang yang melakukan akad orang yang menghibahkan dan yang menerima hibah, harta yang dihibahkan dan shigat hibah. 68 Sedangkan jumhur ulama mengemukan bahwa rukun hibah itu ada empat: 69 1. orang yang menghibahkan al Wahib 2. harta yang dihibahkan al-mauhub 3. lafal hibah 4. orang yang menerima hibah Mauhub lahu Dalam buku Fikh Muamalat disebutkan sebagaimana amalan-amalan yang lain, maka tidaklah sah suatu amal perbuatan tanpa terpenuhinya rukun hibah, adapun uraian tentang syarat hibah adalah 70 : a. Kedua Belah Pihak yang Berakad Aqidain Kedua pihak itu biasa disebut pemberi hibah dan penerima hibah. 67 Helmi Karim Op.cit hal 76. 68 Abdur Rahman Al Jazari, Kitabul Fiqh alal Majhabil Arba’ah. JUZ III Darul Kutubil Ilmiyah. Beirut Lebanon. 1990 hal 257. 69 Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit., hal 160. 70 Abdul Aziz Muhammad Azzam,Op.cit. hal 442 Universitas Sumatera Utara 43 Pertama, pihak pemberi hibah: Ada beberapa syarat orang yang memberi hibah, yakni: 1. Harus memiliki hak atas barang hibah dan mempunyai kebebasan mutlak untuk berbuat terhadap hartanya 71 . Ini juga dikatakan dalam kompilasi hukum Islam pasal 210 2. Hak berasal dari bahasa Arab al haqq, yang secara etimologi mempunyai beberapa pengertian berbeda, diantaranya : milik, ketetapan dan kepastian, bagian dari kewajiban daan kebenaran. Dalam terminoloi fiqh terdapat beberapa pengertian al haqq yang dikemukakan oleh para ulama fiqh, diantaranya: Menurut Wahbah al-Zuhaily 72 :”suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara”. Menurut Syeikh Ali al Kalif 73 : ”kemaslahatan yang diperoleh secara syara”. Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti penguasaan terhadap sesuatu. Al-Milk juga berarti sesuatu yang dimilikiharta. Secara terminologi al milk didefinisikan oleh Muhammad Abu Zahrah 74 adalah: 71 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2011 72 Wahbah al Zuhaily, Al Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh damaskus Dar Fikr,2005juz 4 hal 8 73 Ali al Khalif, AlHaqq wa Zimmah Mesir; Dar al-Fikr al-Arabi, 1976 hal 36. 74 Muhammad Abu Zahrah, Al-Milkiyah wa Nazhariyah al-aqd fi al-syari’ah al-islamiyah. mesir: Dar al fikr- al-Arabi. 1962hal 15 Universitas Sumatera Utara 44 ”pengkhususan seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara’ untuk bertindak secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada penghalang yang bersifat syara” Artinya benda yang dikhusukan kepada seseorang itu sepenuhnya berada dalam penguasaannya, sehingga orang lain tidak boleh bertindak dan memanfaatkannya. Pemilik harta bebas untuk bertindak hukum terhadap hartanya, seperti jual beli, wakaf dan meminjamkannya kepada orang lain, selama tidak ada halangan dari syara’. Contoh halangan syara’ antara lain orang itu belum cakap bertindak hukum, misalnya anak kecil, orang gila, atau kecakapan hukumnya hilang, seperti orang yang jatuh pailit, sehingga dalam hal hal tertentu mereka tidak dapat bertindak hukum terhadap miliknya sendiri 75 Dengan kata lain apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara’, orang tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik akan dijual maupun akan digadaikan, baik dia sendiri yang melakukannya maupun perantaraan orang lain. Para fuqaha berpendapat bahwa hak merupakan imbangan dari bendaa’yan, sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat hak bukanlah harta 76 . Untuk itu, disyaratkan bahwa yang diserahkan itu benar-benar milik penghibah secara sempurna. Namun kenyataannya inilah yang terjadi di 75 Mustafa Ahmad al-Zarqa’. Op.cit jilid I hal 241 76 Lihat Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2005, hal 34 Universitas Sumatera Utara 45 Pengadilan Agama Medan dalam kasus putusan no. 887pdt.g2009PN Medan, bahwa Tergugat I terbukti bukan pemilik penuh harta yang dihibahkannya kepada Tergugat lainnya. 2. Penghibah juga harus orang yang cakap untuk bertindak menurut hukum. Dalam kompilasi hukum Islam dikatakan minimal umur 21 tahun pasal 210 ayat 1 Penghibah itu adalah orang yang telah mempunyai kesanggupan melakukan tabarru, maksudnya ia telah mursyid¸ telah dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya, jika terjadi sesuatu persoalan atau perkara dikemudian hari.. 3. Lalu tidak disyaratkan penghibah itu harus muslim 4. Pemberi hibah ini harus dalam keadaan sehat dan memiliki kemampuan. Kemudian para fuqaha berselisih paham dalam hal si pemberi hibah dalam keadaan sakit, bodoh dan bangkrut 77 . Di dalam kompilasi hukum Islam dikatakan Pasal 213 dikatakan Hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan sakit yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat persetujuan dari ahli warisnya. Para jumhur ulama berpendapat bahwa mengenai orang sakit boleh berhibah 13 hartanya, karena dipersamakan dengan wasiat. Sebagian ulama salaf dan sebagian fuqaha zhahiri berpendapat bahwa hibahnya itu dikeluarkan dari pokok hartanya bila ia meninggal dunia. Dan trtidak 77 Ibnu Rusy , Op.cit hal 245 Universitas Sumatera Utara 46 diperselisihkan lagi bila seseorang telah sehat lagi maka hukum hibahnya dihukumkan sah. 78 Jumhur ulama berpendapat bahwa sakit yang menghalangi hibah ialah sakit yang mengkhawatirkan. Bahkan imam Malik mengatakan hal yang mengkhawatirkan itu seperti menjelang persalinan hamil, serta penumpang laut yang tinggi gelombangnya, tapi dalam hal ini masih banyak perselisihan. Adapun penyakit yang lama tidak menjadi penghalang melakukan hibah. 5. Syarat lain yang penting bagi penghibah adalah bahwa tindakan hukum itu dilakukan atas kesadaran sendiri, bukan karena ada paksaan dari pihak luar, selama ada bukti yang kuat yang didapat selama pembuktian di pengadilan. 79 Sesuai juga dengan isi Kompilasi Hukum Islam pasal 210 1. Kedua, pihak penerima hibah, Ada beberapa syarat orang yang memberi hibah, yakni: Harus berada pada waktu diberi hibah 80 maksudnya ketika keberadaannya masih dalam bentuk janin maka tidak sah hibah tersebut karena dikhawatirkan atau belum pasti hidup atau tidaknya anak tersebut. Demikian pula hibah kepada orang gila atau anak kecil. Mereka tidak lah sah hibah kepada mereka kecuali ada wali yang mewakili mereka, pemeliharanya atau orang yang mendidiknya walaupun ia orang asing. 81 b. Sesuatu yang Dihibahkan mauhub 78 Ibid hal 245 79 Wawancara, op.cit. 80 Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah,beirut; dar al fikr,2006,jilid III hal 985 81 ibid Universitas Sumatera Utara 47 Sesuatu ataupun harta yang akan dihibahkan, dengan syarat harta itu milik penghibah secara sempurna tidak bercampur dengan milik orang lain dan merupakan harta yang bermanfaat serta diakui agama. Dengan demikian, jika harta yang akan dihibahkan tidak ada, harta tersebut masih dalam khayalan atau harta yang dihibahkan itu adalah benda-benda yang materinya diharamkan agama, maka hibah tersebut tidak sah 82 . Sama halnya seperti jual beli, maka benda yang semisal buah yang belum muncul di pohon atau seperti anak kambing yang masih di perut ibunyahukumnya batal. Juga diperbolehkannya memberi anjing piaraan karena ia bermanfaat. Serta tidak diperbolehkan menghibahkan minuman keras. Syarat yang lain adalah benda tersebut dapat dimiliki zatnya, dapat pula berpindah tangan, maka menghibahkan air di sungai adalah hibah yang tidak sah, begitu pula tidak sah hibah ikan di laut, juga hibah sebuah mesjid. 83 Jika dilihat dari jumlah harta yang akan dihibahkan maka para jumhur ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang boleh menghibahkan semua harta yang dimilikinya. Adapun menurut Muhammad Ibnu al-Hasan dan sebagian pengikut mazhab Hanafi berpendapat bahwa tidak sah menghibahkan semua harta, meskipun dalam kebaikan karena mereka menganggap yang berbuat seperti itu orang yang dungu yang wajib dibatasi tindakannya 84 .bahkan di kompilasi hukum Islam yang berlaku di Indonesia tidak boleh lebih dari 13 harta penghibah. 82 Syafiie Hassanbasri Ensiklopedia Islam, Hibah, Kompas, Jakarta, 3 Oktober 2001 83 Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit.,hal 161 84 Sayyid sabiq, Op.cit hal 986 Universitas Sumatera Utara 48 Tidak sahnya atau batalnya harta yang dihibahkan terpisah dengan yang lainnya 85 seperti contoh seseorang menghibahkan sebidang tanah namun masih ada tanaman milik orang yang menghibahkan, atau menghibahkan sapi yang hamil sedangkan yang dihibahkan hanya induknya tetapi anaknya tidak. Kepemilikan benda bergerak dengan kepemilikan benda tidak bergerak tentu berbeda, Ada kriteria tertentu untuk sesuatu benda yang boleh dihibahkan yaitu setiap benda yang boleh diperjual belikan, karena dia adalah akad yang bertujuan mendapatkan hak milik terhadap suatu barang, maka dia bisa memiliki sesuatu yang bisa dimilikinya dengan cara jual beli, sehingga setiap yang boleh dijual boleh dihibahkan sebagiannya walaupun barang tersebut banyak. Hadist yang diriwayatkan Umar Ibnu Salamah Adh-Dhumari dari seorang lelaki dari Buhuz bahwa dia pergi bersama Rasulullah menuju Mekkah sehingga ketika mereka berada dekat Lembah Rauha’ kemudian mereka menemukan seekor keledai liar sedang makan rumput lalu mereka menceritakannya kepada Nabi Muhammad, beliau bersabda: ”biarkan dia sampai pemiliknya datang” lalu datanglah Kabilah Buhuz dan berkata : ” ya Rasulullah ambillah oleh kalian keledai ini” lalu Nabi menyuruh Abu Bakar untuk membagikannya kepada para sahabat. Perawi berkata :” kemudan kami meneruskan perjalanan sehingga kami sampai di sebuah pedesaan kami melihat ada menjangan yang pincang di bawah sebuah pohon milik 85 Ibid hal 162 Universitas Sumatera Utara 49 yang ada tanda hak miliknya lalu Nabi menyuruh seorang shabat untuk menjaganya sehingga dia bisa memberi tahu orang lain tentang hewan itu” 86 . Semua barang yang tidak diperjualkan, maka tidak boleh dihibahkan, seperti barang-barang yang haram dan najis juga barang yang belum diketahui asal-usulnya. Hibah dalam Hukum Islam dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, bahkan telah ditetapkan dengan tegas bahwa dalam Hukum Islam, pemberian harta berupa harta tidak bergerak dapat dilakukan dengan lisan tanpa mempergunakan suatu dokumen tertulis. Akan tetapi jika selanjutnya, bukti-bukti yang cukup tentang terjadinya peralihan hak milik, maka pemberian itu dapatlah dinyatakan dalam tulisan. 87 Jika pemberian tersebut dilakukan dalam bentuk tertulis tersebut terdapat 2 dua macam, yaitu : a. Bentuk tertulis yang tidak perlu didaftarkan, jika isinya hanya menyatakan telah terjadinya pemberian. b. Bentuk tertulis yang perlu didaftarkan, jika surat itu merupakan alat dari penyerahan pemberian itu sendiri, artinya apabila pernyataan penyerahan benda yang bersangkutan kemudian disusul oleh dokumen resmi tentang pemberian, maka yang harus didaftarkan. 88 . c. Shigatucapan 89 86 Ibid hal 445 87 Mu Al-Adab Al-Mufrud, Op.Cit., hlm.180. 88 Eman Suparman, Op.Cit, hlm. 74-75. 89 Abd Ai-Rahman Al-Jazari, Kitab Al-Fiqih mazahib Al-Arba, Beirut: Dar Al-Kitab Al- Ilmiah, 1990, hlm.257 Universitas Sumatera Utara 50 Adanya ijab dan kabul yang menunjukkan ada pemindahan hak milik seseorang yang menghibahkan kepada orang lain yang menerima hibah. Bentuk ijab bisa dengan kata-kata hibah itu sendiri, dengan kata-kata hadiah, atau dengan kata-kata lain yang mengandung arti pemberian. Terhadap kabul penerimaan dari pemberian hibah, para ulama berbeda pendapat. Imam Maliki dan Imam Syafii menyatakan bahwa harus ada pernyataan menerima kabul dari orang yang menerima hadiah, karena kabul itu termasuk rukun. Sedangkan bagi segolongan ulama Mazhab Hanafi, kabul bukan termasuk rukun hibah. Dengan demikian, sigat bentuk hibah itu cukup dengan ijab pernyataan pemberian saja. 90 Imam Ahmad dan Abu Tsaur berpendapat bahwa hibah menjadi sah dengan terjadinya akad, sedangkan penerimaan tidak menjadi syarat sama sekali, baik secara syarat kelengkapan maupun syarat sahnya hibah.golongan Zhariri yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa penerimaan menjadi syarat sahnya hibah pada barang yang dapat ditakar dan ditimbang. 91 Walau penerimaan itu tidak dipersyaratkan, kecuali ada dalil yang menguatkan. Shigat adalah ijab dan qabul. Adapun makna Akad ada hubungannya dengan shigat, bahwa akad secara syar’i yaitu: hubungan antara ijab dan qabul dengan cara yang dibolehkan oleh syariat yang mempunyai pengaruh secara langsung 92 . Ini artinya bahwa akad termasuk dalam kategori hubungan yang mempunyai nilai menurut pandangan syara’ antara dua orang sebagai hasil dari kesepakatan antara keduanya yang kemudian kedua keinginan itu dinamakan ijab dan qabul. 90 Depdiknas, Ensiklopedia Islam, Faskal II. PT Ichtiah baru Van Hoeve, jakarta hal 106-107 91 Ibnu Rusy, Op.cit hal. 247. 92 Abdul Aziz Muhammad Azzam, op.cit. hal 17 Universitas Sumatera Utara 51 Hibah dalam Ensiklopedi Islam antara lain tertulis, Para fukaha ahli fikih mendefinisikannya sebagai akad yang mengandung penyerahan hak milik seseorang kepada orang lain semasa hidupnya tanpa ganti rugi. Dengan demikian, akad hibah itu tidak terkait dengan syarat apa pun. Adapun yang disunnahkan agar orangtua tidak membeda bedakan sebagian anak dengan sebagian yang lain dalam hibah sebagaimana diriwayatkan oleh An- Nu’man bin Basyir dia berkata: “ Ayah saya memberiku hibah lalu mendatangi rasullullah dan berkata: “ya Rasululah saya memberi anak saya satu pemberian dan ibunya berkata dia tidak ridha sebelum ayah bertemu dengan rasulullah lalu Rasulullah bertanya kepadanya: “apakah kamu memberi semua anakmu seperti itu?” dia menjawab: “tidak, Ya Rasulullah” Rasul bersabda: “takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah di antara anakmu, bukankah kamu gembira jika mereka sama sama mendapat kebajikan?” dia menjawab: “tentu, ya Rasulullah” Nabi menjawab: “mengapa tidak kamu lakukan”. 93 Jika dia membedakan antara anak anaknya dalam hibah, maka akad hibahnya tetap sah sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh An-Nu’man bahwa Nabi bersabda : “berikan saksi kepada ini selain saya”, seandainya akad tidak sah pastilah Nabi akan menjelaskan dan tidak menyuruhnya mencari saksi selain beliau. Maka tidak boleh dilarang jika dia memberikan hibah sedikit atau menerima hibah sedikit sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dia berkata, bersabda Nabi: “seandainya saya diundang untuk jamuan kaki kambing pasti 93 Diriwayatkan oleh Syafi’i dalam Al-Umm dan Al-Baihaqi di dalamnya disebutkan: “lalu dia mendatangi Nabi”, disebutkan “takutlah kamu kepada Allah dan berlaku adil kepada anak anakmu” At-Talkhish, 372 Universitas Sumatera Utara 52 saya akan datang, dan jika saya diberi hadiah kaki kambing kambing atau lengan tangan kambing pastilah saya akan menerimanya”. 94 Jika terjadi ijab dan qabul dan terpenuhi semua rukun yang ada maka syara’ akan menganggap ada ikatan di antara keduanya dan akan terlihat hasilnya pada barang yang diakadkan berupa harta yang menjadi tujuan kedua belah pihak yang membuat akad. Pengaruhnya adalah keluarnya barang yang di akadkan dari kondisi pertama menjadi kondisi baru, jika dia jual beli maka barang yang dijual akan berpindah ke tangan pembeli. Namun makna ikatan diatas dibatasi oleh bentuk yang diperbolehkan oleh syariat dan mengeluarkan semua ikatan yang tidak dibolehkan oleh syariat seperti jika ada orang yang ber akad :” saya sewa engkau untuk mencuri harta si fulan dengan bayaran sekian”, lalu pihak penerima berkata:”ya saya terima”, maka ini tidak boleh. Dalam hibah disyaratkan ada ijab dan qabul namun dalam hadiah tidak harus ada ijab dan qabul menurut pendapat yang shahih walaupun bukan makanan. Namun cukup mengirim dari si pemberi dan menerima dari pihak penerima hadiah sehingga pengiriman dan penerimaan sama seperti ijab dan qabul, inilah yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat perkotaan. Adapun sedekah maka tidak perlu ada shigat secara pasti dan inilah pendapat yang jelas sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i. Ulama berselisih pendapat, apakah penerimaan itu menjadi syarat sahnya akad atau tidak. Ats-Tsauri, Syafi’i, dan Abu Hanifah sependapat bahwa penerimaan itu termasuk syarat sahnya hibah. Apabila barang tidak diterima, maka pemberi hibah 94 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Hadistnya Abu Hurairah kitab An-Nikah dan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari hadisnya Anas At-Talkish Al-Habiir, 370. Universitas Sumatera Utara 53 tidak terikat. Menurut Malik, hibah menjadi sah dengan adanya penerimaan dan calon penerima hibah boleh dipaksa untuk menerima seperti jaul beli. Apabila penerima hibah memperlambat tuntutan untuk menerima hibah sampai pemberi hibah itu mengalami pailit atau menderita sakit, maka hibah tersebut batal. Sedangkan menurut Ahmad dan Abu Tsaur, hibah menjadi sah dengan terjadinya akad sedangkan penerimaan tidak menjadi syarat sama sekali. Adapun rukun hibah menurut Al – Jazairi adalah sebagai berikut : a. Aqid pemberian b. Penerima hibah c. Sesuatu yang diberikan d. Sigat. 95 Sedangkan bentuk syarat syarat hibah menurut Departemen Agama 96 dan penerapannya di Pengadilan Agama Medan adalah: a. Syarat bagi Penghibah pemberi hibah : 1. Penghibah adalah orang yang memiliki dengan sempurna sesuatu atas harta yang dihibahkan. Dalam hibah terjadi pemindahan milik karena itu mustahil orang yang tidak memiliki akan menghibahkan sesuatu barang kepada orang lain. Seperti halnya perkara nomor 887 pdt.G2009 yang ada si pengadilan agama, bahwa tergugat bukanlah pemilik sempurna harta yang dihibahkannya. 95 Abd Ai-Rahman Op.Cit,.hal .257 96 Departemen Agama Republik Indonesia Ilmu Fiqih, jilid III, Jakarta Proyek Pembinaan Prasarana Akan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam, 1986, hlm 201-203. Universitas Sumatera Utara 54 2. Penghibah itu adalah orang yang mursyid, yang telah dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya jika terjadi persoalan atau perkara yang berkaitan dengan pengadilan mengenai harta tersebut. Demikian juga di Pengadilan Agama Medan bahwa pemberi hibah merupakan pihak yang sudah dewasa, dan cakap menurut hukum dibuktikan dengan umur tergugat dan penggugat. 3. Penghibah tidak berada di bawah perwalian orang lain, jadi penghibah itu harus orang dewasa, sebab anak-anak kurang kemampuannya. 4. Penghibah harus bebas tidak ada tekanan dari pihak lain dipaksa karena hibah disyratkan kerelaan dalam kebebasan. Di pengadilan agama terbukti dalam perkara nomor 887 bahwa tidak ada tekanan dari tergugat untuk memberikan harta hibah. 5. Seseorang melakukan hibah itu dalam mempunyai iradah dan ikhtiyar dalam melakukan tindakan atas dasar pilihannya bukan karena dia tidak sadar atau keadaan lainnya. Seseorang dikatakan ikhtiar dalam keadaan tindakan apabila ia melakukan perbuatan atas dasar pilihannya bukan karena pilihan orang lain, tentu saja setelah memikirkan dengan matang. Kompilasi Hukum Islam KHI dalam Pasal 210 1 mensyaratkan pemberi hibah telah berumur sekurang-kurangnya 21 dua puluh satu Tahun. 97 b. Syarat bagi Penerima Hibah : 1. Bahwa ia telah ada dalam arti yang sebenarnya karena itu tidak sah anak yang belum lahir menerima hibah. 97 Abdurrahman, op, cit, hlm. 164. Universitas Sumatera Utara 55 2. Jika penerima hibah itu orang yang belum mukalaf, maka yang bertindak sebagai penerima hibah adalah wakil atau walinya atau orang yang bertanggung jawab memelihara dan mendidiknya. c. Syarat bagi barang atau harta yang dihibahkan : 1. Barang hibah itu telah ada dalam arti yang sebenarnya waktu hibah dilaksanakan. Maksudnya barangnya maujud, walaupun tidak di tempatnya, misalnya ”saya memberi kamu rumah yang ada di kota A”, mobilnya diyakini ada walau tidak di tempat saat itu. Yang tidak dibolehkan adalah misalnya ”saya memberikan anak sapi yang masih ada di perut sapi ini” padahal anaknya belum lahir, ini tidak boleh bahkan haram hukumnya, karena spekulasi bisa terlalu tinggi. 2. Barang yang dihibahkan itu adalah barang yang boleh dimiliki secara sah oleh ajaran Islam, dan bermanfaat. misalnya hibah yang tidak dibolehkan ”saya hibahkan salib ini kepadamu”, tinjauannya adalah boleh tidak barang itu digunakan dalam syariat Islam. Contoh lain yang tidak boleh di hibah adalah menghibahkan kotoran yang najis, karena najis dalam syariat tidak dapat digunakan, namun jika najis tersebut berubah jadi berguna seperti biogas maka ada perbedaan pendapat disini, apakah najis jika berubah itu suci atau tidak, misalnya kotoran kambing boleh tidak dihibahkan, maka nabi mengatakan boleh karena bisa dimanfaatkan. 3. Barang itu telah menjadi milik sah dari harta penghibah, baik pemilikan secara sempurna maupun sebagai wakil dari pemilik tersebut, misalnya A dititipi Universitas Sumatera Utara 56 komputer oleh B, lalu A menghibahkannya kepada C, ini tidak boleh. Atau misalnya belum ada serah terima barang tapi sudah diberikan kepada pihak lain lagi, ini tidak boleh. 4. Harta yang dihibahkan itu dalam kekuasaan yang tidak terikat pada suatu perjanjian dengan pihak lain seperti harta itu dalam keadaan digadaikan. 5. Barang itu mampu untuk diserahkan, misalnya menghibahkan unta yang kabur, menghibahkan motor yang hilang, ini semua tidak sah. 6. Barang tersebut diketahui oleh semua yang bertransaksi, caranya yaitu dengan melihat bendanya langsung, bisa juga dengan gambar, atau dengan cara disifatkan diberi ciri cirinya. Kompilasi Hukum Islam KHI membatasi harta yang dihibahkan sebanyak- banyaknya sepertiga 13 dari harta milik penghibah, sebagaimana tersebut dalam Pasal 210 Ayat 1. d. Syarat bagi Sigat atau Ijab Qabul : Setiap hibah harus ada Ijab Qabul, tentu saja Sigat itu hendaklah ada persesuaian antara Ijab dan Qabul, bagi orang yang tidak atau dapat berbicara, maka sigat hibah cukup dengan isyarat, asal isyarat itu benarbenar mengandung arti hibah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berhibah. Juga terdapat syarat yang dikutip dari Putusan Nomor: 09Pdt.G2008PTA Palembang, bahwa rukun hibah yang harus dipenuhi sebagaimana yang diuraikan dalam Fiqhus Sunnah III halaman 390,yang artinya : Dan sahnya hibah itu dengan Universitas Sumatera Utara 57 adanya ijab dan kabul ; 98 Kompilasi Hukum Isalam KHI mensyaratkan hibah juga harus dilaksanakan di hadapan dua orang saksi Pasal 210 Ayat 1. Selain syarat hibah, ada juga syarat dalam hibah, maksudnya syarat yang di buat oleh manusia atau para pihak itu sendiri. Syarat dalam hibah ini dibolehkan selama tidak melanggar syariat. Misalnya ” saya hibahkan mobil ini dengan syarat kamu antar saya ke kota A” ini hibah yang dibolehkan. Namun ada syarat yang tidak bolehfasikbatil misalnya karena menggantung contoh ”saya hibahkan mobil ini jika istri saya ridho”, dan ” saya hibahkan mobil ini tapi jangan diberi kepada si fulan”. Menurut fuqaha mencabut kembali hibah al-i’tishar itu boleh, Malik dan Jumhur ulama Madinah berpendapat bahwa ayah boleh mencabut kembali pemberian yang dihibahkan kepada anaknya selama anak itu belum kawin atau belum membuat utang. Begitu pula seorang ibu boleh mencabut kembali pemberian yang telah dihibahkannya, apabila ayah masih hidup. Tetapi ada riwayat dari Malik bahwa ibu tidak boleh mencabut hibahnya kembali. Ahmad dan fuqaha zhahiri berpendapat bahwa seseorang tidak boleh mencabut kembali pemberian yang telah dihibahkannya. Dalam pada itu, Abu Hanifah berpendapat bahwa seseorang boleh mencabut kembali pemberian yang telah dihibahkan kepada perempuan dzawil arham yang tidak boleh dikawini mahram. Fuqaha sependapat bahwa seseorang tidak boleh mencabut 98 www.google.com: P U T U S A N Nomor: 09Pdt.G2008PTA Plg.di akses tanggal 2 November 2010. Universitas Sumatera Utara 58 kembali hibahnya yang dimaksudkan sebagai sedekah ,yakni untuk memperolah keridaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Silang pendapat ini berpangkal pada adanya pertentangan antara beberapa hadis. fuqaha yang melarang secara mutlak pencabutan kembali hibah beralasan dengan pengertian umum hadis sahih, yaitu sabda Nabi : “Orang yang mencabut kembali hibahnya tak ubahnya seekor anjing yang menjilat kembali muntahnya.” HR. Bukhari dan Muslim. Sementara fuqaha yang mengecualikan larangan tersebut bagi kedua orang tua beralasan terhadap sabda Nabi: “Tidak halal bagi orang yang memberi hibah untuk mencabut kembali hibahnya kecuali ayah” HR. Bukhari dan Nasai Menurut jumhur ulama pemberian haram diminta kembali dalam keadaan apapun sekalipun antara saudara maupun suami isteri kecuali pemberian dari ayah kepada anaknya sendiri. Para ulama sepakat bahwa wajib memperlakukan anak anaknya dengan adil. Seorang ayah tidak boleh melebihkan pemberiannya kepada sebagian anaknya yang lain karena dikhawatirkan menimbulkan permusuhan bahkan bisa jadi memutuskan tali silaturanhmi. Maka ayah yang melakukan seperti itu hendaklah ia membatalkannya, rasullah bersabda: ”Persamakanlah di antara anak anakmu dalam pemberian. Seandainya aku hendak melebihkan seseorang tentulah aku lebihkan anak anak perempuan”HR.Ahmad Selain hibah ada juga istilah yang hampir sama dengan kata hibah tersebut yaitu Al ’umra dan Ruqba. Al ’umra adalah diambil dari kata umur yang artinya Universitas Sumatera Utara 59 hidup, disebut demikian karena orang jahiliyah jika seseorang memberi orang lain rumah dia berkata kepadanya saya berikan ’umra ini kepadamu artinya saya hibahkan untukmu selama umurmu dan hidupmu. Dalam hal ini ada mekanisme ’umra yang berlaku: Mekanisme Pertama, pemberi ;umra mengatakan saya berikan rumah ini tanpa ada penjelasan lebih lanjut.hukum rumah ini menjadi milik penerima selamanya dan tidak boleh ditarik kembali oleh pemberi karena ia merupakan sesuatu yang sudah dilepaskan hukumnya untuk selama lamanya, ini salah satu dari dua pendapat Imam Syafi’i dan sesuai pendapat jumhur Ada juga pendapat kedua bahwa ia berstatus pinjaman yang boleh diambil kembali oleh pemberi jika ia sudah meninggal sesuai dengan hadist Sufyan dari Ibnu Juraij dari Atha dari Jabir secara marfu’: Mekanisme kedua, pemberi ’umra mengatakan: ”harta ini milikmu selama kamu masih hidu, dan jika kamu sudah meninggal dikembalikan kepadaku”. Ini adalah pinjaman terbatas yang harus dikembalikan kepada pemberi pinjaman jika yang meminjam sudah meninggal dunia. Ini adalah pendapat mayoritas sebagian ulama mazhab Syafi’i. Namun pendapat yang lebih shahih adalah tidak bolehnya kembali barang tersebut ke pemberi sebab dianggap syarat yang rusak dan tidak berlaku lagi. Mekanisme ketiga, pemberi mengatakan: ”harta ini milikmu dan anakmu setelah kamu atau dengan ucapan yang menunjukkan untuk selamanya” hukumnya sama dengan hukum hibah. Diriwayatkan dari Imam Malik, ia mengatakan bahwa hukumnya sama dengan hukum wakaf. Universitas Sumatera Utara 60 Kesimpulannya, jika ada syarat dalam ’umra bahwa ia menjadi milik yang menerima dan anak keturunannya maka ini mempertegas hukumnya,ia menjadi milik yang menerima dan ahli warisnya dan ini adalah pendapat semua ulama yang membolehkan; umra, dan jika ia memutlakkan tanpa syarat ia menjadi milik penerima dan ahli warisnya juga karena berbentuk pemberian hak milik sama dengan hibah, dan jika memberi syarat harta tersebut akan kembali menjadi milik si pemberi setelah penerima meninggal Imam Syafi’i berkata akad dan syarat sah,dan kapan penerima meninggal maka dikembalikan kepada pemberi. Jika memang ’umra dan ruqba boleh dilakukan, maka akadnya sah untuk tanah dan yang lainnya berupa berbagai macam jenis hewan, pakaian karena ia sejenis hibah, maka sah sama seperti hibah hibah yang lain. Oleh sebab itu jika ia berkata: menempati rumah ini adalah milikmu selama kamu masih hidup atau tempatilah selama kamu masih hidup, ini bukan satu akad yang wajib sebab pada dasarnya ia adalah hibah manfaat, dan semua manfaat baru bisa dirasakan kegunaannya jika dipakai sedikit demi sedikit, tidak menjadi wajib kecuali sebatas yang diterimanyadan ditempatinya dan bagi yang memberi hak menempati ada hak rujuk kapan dia mau, dan jika dia meninggal dunia maka akad batal. Sedangkan Ar-ruqba dengan pola kata yang sama denga ’umra diambil dari kata muraqabah pengawasan sebab keduanya saling mengawasi yang lain kapan dia meninggal agar dia bisa rujuk kepadannya, lalu para ahli warisnya menggantikannya posisinya, inilah arti menurut bahasa 99 . 99 Abdul Aaziz Muhammad Azzam, Op.Cit., hal 459 Universitas Sumatera Utara 61

BAB III FAKTOR FAKTOR PEMBATALAN HIBAH

DI PENGADILAN AGAMA MEDAN

A. Hibah yang Berkembang di Indonesia

Perlu dimengerti bahwa pada kenyataannya, dizaman sekarang ini, tidak ada sesuatu bantuan itu yang gratis. Yang ada adalah sifat saling kerjasama untuk saling menguntungkan. Biasanya satu pihak pasti mempunyai suatu misi tertentu dimana lembaga tersebut pasti menginginkan misinya tercapai. Ada yang mempunyai misi mendapatkan keuntungan materi misalnya dananya bertambah dan ada juga yang mempunyai misi service misalnya tujuan program yang dipunyainya dapat tercapai. Padahal dalam Islam segala sesuatu yang tidak ikhlas hanya karena mengharap ridho Allah maka sesuatu itu tertolak, misalnya seseorang memberikan suatu bantun kepada mesjid, namun niatnya hanyalah untuk mendapat pujian dari orang atau mendapat imbalan duniawi maka amalnya tertolak disisi Allah subhanahu wata’ala Jadi pemberian hibah adalah institusi yang diakui hukum Islam bagi pranata yang menjadi alat kepemilikan. Hibah juga merupakan perbuatan hukum sepihak, dalam hal itu pihak yang satu memberikan atau menjanjikan memberikan benda kepadanya kepadapihak lain dan tidak mendapatkan tukaran atau penggantian atau imbalan. 100 100 Andi Tahrir Hamid, Op.Cit, hal. 71 61 Universitas Sumatera Utara 62 Seperti yang dilakukan bantuan pendanaan, pihak pemberi bantuan pendanaan pasti mempunyai persyaratan hasil yang harus dipenuhi oleh pemohon sebagai imbalan dari bantuan pendanaan yang diberikan ke pemohon. Berdasarkan atas imbalan yang harus dikembalikan oleh pemohon kepada lembaga donor, maka dapat dikelompokkan sifatbentuk bantuan pendanaan yang ada di Indonesia sebagai berikut: a. Infaqsedekahzakathadiah Infaqsedekahzakathadiah dapat merupakan salah satu bentuk bantuan pendanaan bagi seseorangkelompokorganisasi tertentu. Pemberi dana tidak akan meminta pengembalian apapun terhadap bantuan yang telah dikeluarkan, tidak juga laporan pemakaian atau hasil pemakaian dana tersebut. Bantuan dana ini sifatnya pemberian sukarela atau charity. Pemberi bantuan dana jenis ini biasanya adalah perorangan. b. Hibah grant. Bentuk bantuan pendanaan ini adalah suatu bantuan yang tidak mensyaratkan kepada pemohon untuk mengembalikan bantuan yang diberikan apabila kegiatan telah selesai tetapi pemohon cukup menyampaikan laporan hasil kegiatannya. Jadi tidak ada pembayaran balik dari penerima ke pemberi bantuan dana. Hasil kegiatan ini biasanya akan dipakai oleh lembaga donor tersebut sebagai salah satu pencapaian kegiatan lembaga donor. Hibah pada umumnya tidak hanya berbentuk modaldana cash, tetapi bisa juga tenaga ahli dan manajemen, maupun alih teknologi. Hibah ini dapat berasal dari satu Universitas Sumatera Utara 63 Negara bilateral dan dapat juga dari suatu lembaga pendanaan regional atau internasional multilateral misalnya lembaga-lembaga dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa UNDP, FAO, WHO, dan lain-lain. c. Pinjaman loan. Sesuai dengan namanya, yakni pinjaman, maka pemberi bantuan dana ini akan meminta kembali dana yang telah diberikan, artinya penerima dana berkewajiban mengembalikan dana yang dia peroleh. Pinjaman sifatnya merupakan bantuan dana dalam jangka waktu tertentu dan penerima bantuan harus membayar kembali pinjaman serta bunganya bila telah jatuh waktunya. Bunga pinjaman ada yang bersifat sangat kecil atau biasa disebut pinjaman lunak soft loan dan ada juga yang bersifat bunga komersial. Pinjaman bunga lunak biasanya diberikan oleh suatu lembaga pemerintah baik itu pemerintah Indonesia maupun pemerintah asing bantuan luar negeri. Apabila bantuan pinjaman ini berasal dari luar negeri, maka sumber pendanaan tersebut dapat berasal dari satu Negara pinjaman bilateral atau dari suatu lembaga keuangan regional atau internasional pinjaman multilateral seperti Bank Dunia. Bank Pembangunan Asia, dan lain-lainnya. Selain pinjaman dari pemerintah atau lembaga keuangan regionalinternasional, lembaga keuangan swasta pun dapat memberikan pinjaman dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan. Di Indonesia pemberian hibah sudah berkembang dalam hal sesuatu yang diberikannya, bukan hanya pemberian yang sebatas benda seperti tanah dan lainnya Universitas Sumatera Utara 64 juga dalam hal pemberinya, bukan hanya dari orang ke orang, adapun perkembangan di Indonesia diantaranya adalah: 1. Hibah antar lembaga,contohnya hibah yang diberikan Cipta Media kepada Aliansi Jurnalis Independen Banda Aceh. Hibah Cipta Media Bersama merupakan program pemberian dana grant bagi lembaga dan perorangan di Indonesia hasil kerjasama Ford Foundation, Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Wikimedia Indonesia, dan ICT Watch. Dana hibah diberikan untuk program “Mendorong Media Sehat dalam Pemberitaan Syariat Islam di Aceh”. 101 2. Hibah Anggota Tubuh, dimana Majelis Ulama Indonesia memperbolehkan pencangkokan organ tubuh melalui hibah, wasiat dengan meminta atau tanpa imbalan atau melalui bank organ tubuh tentunya dengan syarat syarat 102 . Hal itu terdapat dalam fatwa MUI yang disahkan dalam rapat pleno Musyawarah Nasional Munas VIII MUI yang dibacakan Sekretaris Komisi C tentang fatwa, Asrorun Ni`am Sholeh. Selain itu dikatakan juga, pencangkokan atau tranplantasi dimungkinkan dilakukan antara muslim dengan nonmuslim jika ada hajat untuk itu. Diperbolehkan juga tranplantasi dari binatang sekalipun najis dalam keadaan darurat. MUI juga memperbolehkan donor organ tubuh dari orang meninggal dengan syarat kematian disaksikan dua orang dokter ahli, namun fatwa MUI mengharam kan jual beli organ tubuh. 3. Hibah antar Negara. Selain mendapatkan sumber pembiayaan dalam bentuk pinjaman, Pemerintah Indonesia juga menerima hibah dari berbagai lembaga- 101 http:www.acehkita.comberitaaji-banda-peroleh-hibah-dari-cipta-mediaAJI Banda Peroleh Hibah dari Cipta Media diakses, 08112011 - 13:17 WIB 102 Sumber:http:www.dakwatuna.com2010076624mui-perbolehkan-pencangkokan-organ tubuh, diakses 20 Oktober 2011 Universitas Sumatera Utara 65 lembaga multilateral dan negara-negara lain sebagai bentuk kerjasama bilateral dengan Pemerintah Indonesia antara lain: Jerman, Jepang, Australia dan Denmark. Seperti Pemerintah Jerman akan memberikan dana hibah pendidikan ini sebesar Rp 336 miliar untuk mendukung pengembangan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia 103 Dana hibah pendidikan dari Pemerintah Jerman dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan kejuruan, akselerasi informasi pasar kerja dan kompetensi wirausaha Dari sebutan hibah di banyak media masa maka bisa disimpulkan bahwa perkembangan di masyarakat sekarang lebih luas dalam memahami arti hibah. Bukan hanya pemberian hibah benda benda seperti tanah dan sebagainya yang juga akan dibahas dalam tesis ini. Adapun melihat asal atau sumbernya, bantuan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut dapat berasal dari: 1. Perseorangan Yang dimaksud dengan sumber dana dari perseorangan adalah bantuan pendanaan ini diperoleh dari seseorang yang secara individu menyediakan dana baik dalam bentuk hibah atau pinjaman untuk membiayai suatu kegiatan yang diajukan oleh pemohon. Sumber pendanaan dari kelompok ini tidak dicakup dalam penulisan 103 http:www.itoday.co.idpendidikan4281-dana-hibah-pendidikan-dari-pemerintah-jerman Pendidikan Dana Hibah Pendidikan dari Pemerintah Jerman diakses 19 januari 2012 Universitas Sumatera Utara 66 buku ini karena sumber pendanaan perorangan pada umumnya sangat tertutup untuk umum. 2. Lembaga non pemerintahswastayayasan Yang dimaksud dengan pembiayaan dari lembaga non pemerintah atau swasta adalah suatu pembiayaan yang berasal dari perusahaan swasta, BUMN dan organisasi nir laba seperti Lembaga Swadaya Masyarakat LSM atau yayasan. Pembiayaan ini dapat mencakup pembiayaan sebagai bagian dari bisnis perusahaan atau dapat juga pembiayaan sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility CSR perusahaan. Yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility CSR adalah sebuah tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan terhadap lingkungannya, khususnya di tempat mereka melakukan kegiatan usahanya, yang sudah menjadi sebuah etika bisnis, sehingga sebuah perusahaan yang ingin melakukan kegiatan usahanya secara berkesinambungan harus mau dan mampu melakukan program-program CSR dengan sebaik baiknya 3. Lembaga pemerintah. Yang dimaksud dengan lembaga pemerintah disini adalah lembaga pemerintah baik yang berada di pusat maupun di daerah propinsi, kabupaten serta berbagai program pembangunan yang dilakukan melalui pemerintah. Lembaga pemerintah ini mencakup lembaga pelaksana pemerintahan seperti Kementerian- kementerian, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, universitas, ataupun badan- badan pemerintah. Universitas Sumatera Utara 67 4. Lembaga keuangan. Definisi Lembaga Keuangan secara umum menurut Undang-undang No.14 1967 Pasal 1 ialah semua badan yang melalui kegiatan kegiatannya di bidang keuangan, menaruh uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Dalam praktiknya, lembaga keuangan dapat dibagi menjadi bank, seperti bank komersial dan bank syariah; dan non-bank, seperti koperasi. Lembaga keuangan di sini mencakup lembaga keuangan swasta dan pemerintah. 5. Lembaga donor luar negeri. Yang dimaksud dengan lembaga donor luar negeri adalah lembaga-lembaga internasional baik yang berkantor di Indonesia maupun di luar negeri. Lembaga- lembaga ini dapat lembaga pemerintah Negara lain ataupun lembaga non-pemerintah. Begitu juga dengan hibah tanah. Pada awal mulanya masyarakat menggunakan tanah hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tanah dipergunakan secara bersamasama dan hasilnya dibagikan secara merata. Sistem ini disebut sebagai sistem komunalistik religius. Seiring dengan berkembangnya zaman perubahan penggunaan tanah kepada masyarakat juga berubah. Perubahan hak atas tanah masyarakat itu terjadi karena beberapa dimensi yang mempengaruhinya seperti dimensi ideologi, politik, ekonomi maupun dimensi kepentingan lainnya yang mempengaruhi proses transformasi tanah-tanah rakyat. 104 104 Munir, Perebutan Kuasa Tanah, Lappera Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hal 2 Universitas Sumatera Utara 68 Seiring dengan perubahan transformasi tanah maka perubahan itu juga diikuti dengan masalah-masalah tanah yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat saat ini. Permasalahan tanah yang dari segi empiris sangat lekat dengan peristiwa sehari- hari, tampak semakin kompleks dengan berbagai kebijakan serta perubahan kebutuhan manusia terhadap tanah. Masalah-masalah tanah merupakan masalah yang sangat kompleks, antara lain yaitu masalah pemberian hak tanah seperti masalah warisan dan hibah. Salah satu pemberian tanah yaitu dengan melalui hibah. Penerapan hibah dalam kehidupan sehari-hari sudah diterapkan dan dilaksanakan pada masyarakat khususnya hibah tanah. Penghibahan digolongkan dalam perjanjian Cuma-Cuma dalam perkataan dengan Cuma-Cuma ditunjukkan adanya prestis dari satu pihak saja, sedangkan pihak lainnnya tidak usah memberikan kontra prestisnya. 105 Hibah yang berarti pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat baik yang diberikan perseorangan, lembaga maupun seperti yang baru baru ini dilakukan telah berkembang pengertian hibah adalah pemberian dari satu negara kepada negara lainnya. Bahkan dapat pula diartikan suatu pemberian dari suatu badan hukum kepada badan hukum lainnya.

B. Faktor Faktor Pembatalan Hibah Di Pengadilan Agama Medan

Kadang kala karena sesuatu hal seseorang itu membatalkan apa yang telah ia berikan kepada orang lain yang dikarenakan tidak dipenuhinya prestasi. Begitu juga dengan hibah ini, meskipun hibah yang sudah diberikan kepada orang lain termasuk 105 Subekti, Op.Cit Universitas Sumatera Utara 69 diberikan kepada anaknya sendiri ini telah dibuatkan akta yang sah dihadapan Notaris tapi kadang kala ada yang mencabut atau menariknya kembali. Yang dimaksud dengan mencabut atau menariknya kembali dalam hal ini tidak lain adalah membatalkan Hibah. Didalam KUHPerdata maupun dalam Kompilasi Hukum Islam hibah tidak boleh ditarik kembali secara sepihak tanpa persetujuan dari si penerima hibah, meskipun hibah itu terjadi antara dua orang yang bersaudara atau suami istri. 106 Memang hibah yang boleh ditarik kembali adalah hibah yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya Pasal 212 Kompilasi Hukum Islam. Ketentuan ini juga merupakan garis hukum islam berdasarkan hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan Ibnu Abbas yang pada intinya dapat dicabut secara sepihak, tetapi ketentuan ini tidaklah mudah dilaksanakan apabila barang yang dihibahkan sudah berganti tangan. Ulama Fiqh berpendapat apabila benda hibah masih dimiliki anak atau masih bergabung dengan milik orang tuanya dapat dicabut, tetapi apabila sudah bercampur dengan harta miliknya, istrinya atau dengan harta orang lain tidak dapat dicabut kembali. Undang-undang memberikan kemungkinan bagi si penghibah untuk dapat menarik kembali hibah yang telah di berikan kepada seseorang dengan alasan-alasan tertentu dan dalam keadaan tertentu. Menurut jumhur Ulama pemberian haram diminta kembali dalam keadaan apapun sekalipun antara saudara atau suami istri kecuali jika pemberi hadiah itu adalah seorang ayah dan penerimanya adalah anaknya sendiri. 107 106 Chairuman Pasaribu, dan Suhrawardi K. lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, cetakan kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Hal. 119. 107 Ibnu Rusyd, Op.Cit jilid III hal 334 Universitas Sumatera Utara 70 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, penghibah yang tidak boleh menarik kembali hibahnya yaitu yang semata mata memberikan tanpa meminta imbalan. Adapun yang diperbolehkan menarik hibahnya adalah penghibah yang memberikan agar hibahnya itu diberi imbalan dan dibalas. 108 Adapula ulama lain yang berpendapat bahwa boleh saja menarik kembali hibah apabila harta yang dihibahkan itu belum berubah sifatnya. Ulama ini memberikan gambaran tentang hibah yang boleh ditarik kembali, yaitu hibah yang dilakukan dengan mengharapkan ganti rugi dari yang menerima hibah; sementara itu orang yang menerima hibah tidak mau membayar ganti rugi yang diminta. Dalam kasus hibah seperti ini, para ulama berpendapat bahwa hibah itu boleh ditarik kembali. Dengan demikian ibnu Qayyim Al Jauziyah, hibah yang tidak boleh ditarik kembali itu adalah hibah yang dilaksanakan semata mata bersifat kerelaan, bukan untuk mendapatkan imbalan ganti rugi. Hibah yang dilakukan untuk mengharapkan ganti rugi boleh ditarik kembali apabila penerima hibah tidak mau membayar ganti rugi. 109 Kemudian jumhur fuqaha berpendapat bahwa seorang ayah boleh menguasai barang yang diberikan olehnya sendiri kepada anaknya yang kecil yang berada dalam kekuasaannya, juga kepada orang dewasa yang bodoh. Demikian pula ia boleh menguasai hibah yang diberikan oleh orang lain kepada keduanya. Cukup baginya dalam hal penguasaan itu untuk dipersaksikan adalah hibah dan mengumumkannya. 108 Sayyid sabiq,Op. Cit., jilid III hal 989 109 Ensiklopedia Islam, Op. Cit hal 107 Universitas Sumatera Utara 71 Semuanya ini adalah pada selain emas dan perak, serta pada barang yang tidak tertentu. Dalam hal ini jumhur fuqaha berpegang teguh dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Ibnu Syihab dari Sai’d bin Al Musayyab bahwa Usman bin Affan pernah mengatakan :” barang siapa memberi pemberian kepada anaknya yang msih kecil yang belum mampu menguasai pemberian tersebut, kemudian ia mengumumkan pemberiannya itu dan mempersaksikannya, maka pemberian tersebut adalah penguasaan, meski ia mengurusinya” 110 . Kemudian seorang ibu dapat menarik kembali hibah yang telah diberikan kepada anaknya selama bapak si anak tadi masih hidup, akan tetapi bila bapak meninggal dunia, hibah tersebut menjadi tidak bisa dicabut karena hibah yang telah diberikan kepada si yatim itu tidak dapat ditari kembali 111 . Adapun bentuk bentuk pembatalan hibah yang ada Di pengadilan Agama Medan menurut buku bantu dan menurut wawancara dengan pegawai 112 pengadilan Agama mulai dari tahun 2008 hingga sekarang Maret 2012, gugatan untuk pembatalan hibah hanya ada 8, yaitu: Tahun Pdt.G2008 Pdt.G 2009 Pdt.G 2010 Pdt.G 2011 Pdt.G 2012 Perkara Nomor -850 dan1133 -311 dan 501 -887 -1087 -249 -356 -NIHIL Status Dikabulkan, Dicabut dan ditolak Dikabulkan Dan dicabut Dicabut Ditolak Ditolak 110 Ibnu Rusyd, Op.Cit hal 247-248 111 Abdur Rahman I. Doi dalam Ibnu ‘Asim. Tuhfat Al Hukkam no 1212 dan 1213 112 Bapak H.Jumry Universitas Sumatera Utara 72 Dari tabel diatas didapat bahwa pembatalan hibah di pengadilan Agama Medan jarang sekali yang dikabulkan, alasannya diantaranya karena kurang lengkapnya berkas, dan dicabutnya gugatan oleh para pihak itu sendiri secara pribadi. Penelitian ini sebagian besar melihat apa yang terjadi di putusan no. 887pdt.g2009pn mdn. Hasil penelitian Tyas Pangesti, Dengan Kasus Studi Kasus Perkara Nomor 20Pdt.G1996Pn.Pt yang menyatakan berdasarkan hasil wawancara dengan, hakim Pengadilan Negeri Pati, suatu hibah dapat dibatalkan apabila: 113 1. Penerima hibah tidak pantas menerima hibah durhaka, nakal 2. Penerima hibah tidak mau menerima hibah 3. Penerima hibah menelantarkan barang hibah. Jika dibandingkan dengan faktor – faktor pembatalan hibah di Pengadilan Agama Medan maka: Pertama, Dalam hal hibah dibatalkan karena penerima hibah tidak pantas menerima hibah, yaitu dimana seorang penerima hibah adalah seorang anak yang durhaka atau tidak berbakti kepada orang tuanya yang telah memberikan hibah sebidang tanah danatau bangunan kepadanya namun setelah beberapa tahun menerima hibah anak tersebut menjadi tidak berbakti lagi kepada orang tuanya, sebagai contoh si anak tidak mau merawat orang tuanya yang sedang jatuh sakit atau tidak memberikan nafkah kepada orang tuanya. Oleh karena si anak itu menjadi tidak berbakti lagi kepada orang tuanya maka orang tua dapat menarik kembali hibah yang 113 Hasil penelitian tesis Tyas Pangesti,Universitas Diponegoro 2009 Universitas Sumatera Utara 73 telah diberikannya tersebut meskipun dalam surat hibah tidak disebutkan secara tertulis tentang perlakuan penerima hibah kepada pemberi hibah setelahmenerima hibah. Berbeda dengan hasil penelitian di pengadilan Agama Medan bahwa nakal nya seseorang tidak bisa menjadi sebab dibatalkannya hibah oleh Pengadilan Agama, karena harta yang sudah diberikan ketika diberikan sudahlah hak milik seseorang tersebut, tidak ada hubungannya seseorang tersebut nakal atau tidak nakal. 114 Kedua, Untuk penerima hibah yang tidak mau menerima pemberian hibah maka secara langsung hibah yang diberikan menjadi batal. 115 Ketiga, faktor faktor suatu hibah dapat dibatalkan, Bapak Mohd Hidayat Nassery menjelaskan bahwa penyebab suatu hibah dapat dibatalkan adalah sebagai berikut 116 : 1. karena barang yang dihibahkan melebihi batas maximum pemberian hibah yaitu 13 dari harta kekayaan pemberi hibah Penyebab pertama suatu hibah dapat dibatalkan pada dasarnya sama dengan ketentuan dalam hukum Islam, dimana seseorang dalam memberikan hibah banyaknya barang yang akan diberika dibatasi oleh hukum yaitu maksimal 13 dari harta kekayaan pemberi hibah. Oleh karena itu apabila terjadi pemberi hibah memberikan hibah kepada orang lain melebihi batas tersebut maka keluarga 114 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2011 115 ibid 116 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara 74 pemberi hibah dapat mengajukan pembatalan terhadap hibah tersebut. Sama seperti yang dikatakan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 210 1 bahwa seseorang hanya boleh berhibah sebanyak banyaknya adalah 13 harta bendanya kepada orang lain atau kepada lembaga. 2. Karena objek hibah bukan sepenuhnya milik pemberi hibah . Dalam kasus putusan no. 887pdt.g2009pn mdn yang diteliti, tentang hibah antara suami dan istri selama masih dalam ikatan perkawinan : menurut S. 1924556 pasal 2 ayat 6 semua hibah benda bergerak atau benda tetap oleh suami kepada istrinya selama ikatan perkawinan adalah batal dan tidak berharga terhadap pihak ketiga, kecuali yang tidak seberapa berharga. Begitu juga dengan objek hibah dalam putusan no. 887pdt.g2009pn mdn yang berupa tanah, Ada beberapa syarat untuk pemberi hibah, yakni harus memilki hak milik atas barang yang dihibahkan dan mempunyai kebebasan mutlak untuk berbuat terhadap hartanya 117 , sedangkan tanah objek sengketa oleh tergugat I tidak seutuhnya miliknya karena masih harta bersama. Menurut Staatsblaad tersebut ketika diadakan perkawinan semua harta asal istri harus dicatat oleh notaris. Selama dalam ikatan perkawinan kalau ada tambahan harus disertai bukti surat yang dipercaya. Semua yang tidak terbukti dianggap milik suami. Hibah antara suami istri menurut pasal 1678 BW terlarang. Ketentuan ini berlaku juga untuk golongan Cina, tidak berlaku untuk 117 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara 75 golongan Timur Asing yang lain Arab, India dan lain lain, dapat dilihat pasal 2 ayat 6 dan 7S. 1924556. jual beli antara suami istri juga terlarang. Menurut hukum Islam tidak terlarang. 118 3. penerima hibah menjadi tidak cakap hukum. Dalam hal pemberi hibah tidak cakap hukum, dalam hukum adat pada dasarnya tidak mengenal mengenai kecakapan dalam penerimaan hibah namun diadakan terobosan dengan hibah wasiat yaitu suatu hibah yang baru diberikan setelah pewarispenghibahmeninggal dunia atas dasar wasiat yang telah dibuatnya. 119 Namun dalam hal ini pemberian hibah tersebut bukan setelah pemberi hibah wafat melainkan setelah penerima hibah atau si anak telah beranjak dewasa atau telah memenuhi syarat yang telah ditentukan pemberi hibah untuk menerima hibahnya tersebut. 4. hibah orang tua kepada anaknya baik yang adil maupun tidak adil Sedangkan masalah anak dengan orang tua terkadang adakalanya si anak tidak mengetahui maksud dari orang tuanya memberikan hibah kepadanya sehingga si anak menelantarkan tanahnya sehingga tidak dapat digunakan kembali atau bahkan karena lama tidak diurus. Sehingga pemberi hibah, dalam hal ini orang tuanya dapat menarik kembali atau melakukan pembatalan terhadap hibah yang diberikannya tersebut. Kemudian perlu diperhatikan pula bahwa orang tu juga harus adil dalam membagi hibah kepada anak anaknya, sebagaimana yang pernah 118 Andi Tahrir Hamid, Op.Cit hal 71-73 119 Sudarsono.Op.Cit Universitas Sumatera Utara 76 dicontohkan rasul kita sebagaimana sabda Nabi” takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kamu di antara anak anak mu, bukankah kamu gembira jika mereka sama sama mendapat kebajikan?” maksud disini ialah ketika seseorang datang kepada Rasul dan seseorang itu memberikan sesuatu hanya kepada salah seorang dari tiga anaknya, dan rasulpun menganjurkan agar ketiga anak itu diberi juga secara adil. 5. Tidak boleh memberikan barang, dimana barang tersebut masih didalam pemakaian orang yang akan memberikannya. Contoh, bila sang ayah ingin memberikan tanah ladang kepada anaknya, sementara ladang tersebut masih ada pohon yang akan menghasilkan buah, atau yang sedang berbuah, sementara sang ayah masih memerlukan, atau mengambil hasil pohon tersebut, maka pemberian semacam ini, hukumnya batal. Begitupun terhadap rumah. Harus dikosongkan dulu isi rumah, baru silahkan diberikan pada sang anak. 6. Tidak boleh pemberi memberikan hartanya, disaat ia sedang sakit berat, atau sakratul maut, dan apabila ingin memberikan lebih dari sepertiga hartanya, haruslah atas izin dari ahli warisnya. Hibah hukum dasarnya Sunnah, karena ini merupakan suatu kebaikan. Namun dengan syarat, bukanlah sekedar untuk peminjaman atau pemanfaatan belaka, atau penggantian kelaknya. Apabila pemberian seumur hidup ini bersyarat, maka hukumnya batal. Menurut Pasal 212 Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa hibah tidak dapatditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya. Universitas Sumatera Utara 77 Menyangkut para pihak yang dapat mengajukan suatu pembatalan hibah adalah pemberi hibah, orang yang punya hubungan perdata, istri 120 . Pemberi hibah dapat melakukan permohonan pembatalan hibah apabila dikemudian hari tidak tercapai maksud dan tujuan sebagaimana ia inginkan dalam memberikan hibah tersebut. Hal ini dapat pula terjadi apabila dikemudian hari penerima hibah tidak berkelakuan baik terhadap pemberi hibah. Ahli waris dapat mengajukan pembatalan hibah disini dalam hal pemberian hibah yang dilakukan pewaris melebihi batas maksimal pemberian hibah yaitu 13 bagian dari harta warisan. Dengan demikian ahli waris dapat mengajukan pembatalan hibah atas haknya terhadap harta warisan yang berkurang karena adanya hibah. Namun disini ada pengecualian yaitu ahli waris semenda tidak dapat mengajukan pembatalan hibah dikarenakan hubungan antara pewaris dengan semenda tidak termasuk kekerabatan dekat. Seorang istri atau janda dapat mengajukan suatu pembatalan hibah atas harta yang telah dihibahkan oleh suaminya. Hal ini dikarenakan terjadinya kekurangan biaya hidup keluarga setelah sepeninggal suaminya. Sehingga untuk mencukupi hal tersebut, seorang janda dari pemberi hibah dapat mengajukan pembatalan hibah dengan alasan tersebut. 120 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara 78

BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MEDAN DALAM

PUTUSAN NO. 887PDT.G2009PN MDN MENURUT HUKUM ISLAM

A. Putusan Hakim Pengadilan Agama

Setelah membaca surat dalam bekas perkara gugatan, setelah mendengar keterangan para pihak yang berperkara, setelah melihat dan memperhatikan surat- surat bukti yang dajukan oleh pihak-pihak yang berperkara dan setelah melalui tahap persidangan di Pengadilan Agama Medan, usaha Penggugat berhasil karena majelis hakim pengadilan Agama dalam rapat musyawarahnya memutuskan gugatan Perdata No. 887Pdt.G2009PN Mdn. Berikut sebagai putusannya 121 : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian. 2. Menyatakan batal hibah yang dilakukan Tergugat I kepada Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V atas objek sengketa sebagaimana tersebut pada Akta Hibah .. Notaris di Medan No. .. tanggal .. Juni 2009. 3. Menyatakan Akta Hibah ... Notaris di Medan No... tanggal .. Juni 2009 tidak berkekuatan hukum. 4. Menyatakan tidak dapat diterima Niet Ontvangkelijk Verklaard gugatan Penggugat yang selebihnya. 5. Membebankan kepada Tergugat-Tergugat untuk membayar semua biaya perkara secara tanggung renteng sebesar Rp.761.000,- tujuh ratus enam puluh satu ribu rupiah. 121 Lembar putusan perkara dari Pengadilan Agama Medan 78 Universitas Sumatera Utara 79 B. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Medan Dalam Menentukan Putusan Atas Pembatalan Hibah perkara Nomor 887Pdt.G2009PA Mdn

1. Kewenangan Pengadilan Agama

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Palsu (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 776/Pdt.G/2009/PA/Mdn)

2 58 123

Analisis Hukum Tentang Pembatalan Hibah (Studi Putusan Pengadilan Agama No : 887/PDT.G/2009/PA. MDN)

13 145 141

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

2 91 165

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Kajian Yuridis Pembatalan Penetapan Itsbat Nikah (Studi Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2686/Pdt.G/2009/PA.Lmj)

1 23 11

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 2 14