BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI DASAR MASYARAKAT
ADAT DI KABUPATEN DAIRI MENGKLAIM TANAH YANG SUDAH BERSERTIPIKAT HAK MILIK SEBAGAI MILIK
MASYARAKAT ADAT
A. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KABUPATEN DAIRI
Pegunungan Bukit Barisan melintang di sepanjang Pulau Sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai barat. Tanah Dairi terletak di lintangan ini.
Kedudukannya: di utara berbatasan dengan Karo, di timur laut dengan Karo dan Simalungun, di timur dengan Simalungun dan Samosir, di tenggara dengan
Samosir dan Humbang Hasundutan, di selatan dengan Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah Manduamas yang sejajar dengan Barus, dan Aceh termasuk
Singkil. Adapun perbatasan mulai dari barat daya hingga barat laut adalah Aceh
68
. Tanah Dairi biasa juga disebut ”Tanah Pakpak” sebab penduduk aslinya
memang orang Pakpak. Sejak tahun 2003 Dairi sebagai kabupaten telah dipecah. Hasilnya adalah Kabupaten Pakpak Bharat di belahan selatan. Dengan begitu
wilayah Kabupaten Dairi yang semula sekitar 314.000 hektar kini kurang lebih tinggal setengahnya. Setelah pemecahan ternyata sebutan “Tanah Pakpak” tadi
masih saja jamak dipakai
69
. Kabupaten Dairi memiliki potensi alam yang sangat kaya, seperti
keindahan alam daerahnya, hasil pertanian yang beraneka ragam dan melimpah, serta beberapa daerah memiliki kandungan bahan tambang yang sangat berharga.
68
Sejarah Muasal Suku Pakpak-Pakpak Bharat Blog.mht, diakses tanggal 15 April 2013, pukul 13.00 Wib
69
Ibid.
35
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan keadaan alam dan topografinya sektor pertanian berperan dominan dalam mendukung perekonomian masyarakat. Secara umum, masyarakat
Dairi merupakan petani. Hal ini didukung oleh keadaan tanah yang sangat subur. Hasil pertanian yang sangat terkenal dari Sidikalang adalah kopi. Hampir semua
orang di Indonesia dan di Sumatera Utara pada khususnya sudah mengenal Bubuk Kopi Sidikalang. Kopi Sidikalang terkenal karena rasanya yang khas yang benar-
benar berasa “kopi” ketimbang kopi-kopi pabrik yang lebih berasa “manis”
70
. Sebenarnya Dairi tak seberapa jauh dari ibukota Sumatera Utara. Jarak
Medan-Sidikalang hanya berkisar 150 kilometer. Jarak yang dalam kondisi
normal bisa dicapai sekitar tiga jam dengan kendaraan pribadi. Lintasannya eksotik sehingga pasti disukai para penikmat alam. Katakanlah kita akan melawat
ke Sidikalang. Setelah meninggalkan Medan kita akan disambut alam Karo yang elok. Jalan menuju Berastagi yang menanjak berkelok-kelok kemungkinan akan
kontan mengingatkan kita pada kitaran Cisarua-Puncak-Cipanas, terutama sejak lokasi pemandian Sembahe. Hutan terjaga yang menghampar di sepanjang kedua
sisi jalan menuju Sibolangit merupakan kelebihan kawasan ini dibanding jalur Puncak yang tersohor.
Sejak dari Berastagi ladang menghampar menjadi penampakan yang umum. Pun selewat Kabanjahe dan Merek yang di sisinya
menghampar Tongging dan tepi Danau Toba bagian utara. Nyata betul bahwa agribisnis merupakan penghidup penduduk Karo. Namun, selepas wilayah Karo
atmosfirnya menjadi lain.
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kendati jarak Medan-Sidikalang tak jauh dan lintasannya eksotik, tak
banyak orang dari ibukota provinsi Sumatera Utara itu yang pernah menjejak bumi Dairi. Biasanya sampai kota wisata Berastagi saja mereka. Yang lanjut
hanya sebatas mereka yang berkampung di Tanah Pakpak atau menjalankan urusan dinas ke sana. Satu lagi, yang akan menghadiri pesta adat. Kalau orang
Medan saja demikian, bisa dibayangkan mereka yang berasal dari tempat lain yang lebih jauh. Namun, keadaan mulai berubah setelah Taman Wisata Iman
TWI, di Sitinjo, pinggir Sidikalang, berdiri tahun 2005. Sejak itu tanah Dairi mulai dijejak oleh turis termasuk dari Jakarta bahkan mancanegara. Sesungguhnya
keterpencilan Dairi sebelum pembukaan Taman Wisata Iman ini merupakan ironi. Terutama kalau kita mengingat sejarah lama
71
. Kata ‘pakpak’ dalam bahasa Pakpak bermakna tinggi. Bisa jadi karena
berdiam di dataran tinggi atau pegunungan maka masyarakatnya dirujuk sebagai orang Pakpak. Ada pula yang menyebut ‘pakpak’ berasal dari nama orang.
Alkisah, tiga pemuda bersahabat karib bertolak dari Singkil. Nama mereka adalah si Gayo, si Karo, dan si Pakpak. Pemuda Gayo melangkah mengikuti sungai Kali
Alas. Ia tiba di tanah Gayo. Melanjut ke Kutacane dia dan menetap selamanya. Pemuda Karo mengikuti Lae Ulun dan tiba di tanah Karo. Di sana ia tinggal
permanen. Adapun pemuda Pakpak, ia mengikuti Lae Renun dan sampai di Pegagan Hilir. Di sana ia bergabung dengan penduduk asli dan membentuk
perkampungan. Seperti kedua sobatnya ia pun menjadi migran yang berdiam menetap. Namanya kemudian diabadikan untuk seluruh kawasan.
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Tanoh Pakpak terbagi atas lima sub wilayah, yakni: Simsim, Keppas, Pegagan semuanya terdapat di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat,
Kelasen Kecamatan Parlilitan - Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas dan Barus - Kabupaten Tapanuli Tengah dan Boang Kabupaten
Aceh Singkil dan Kota Subulussalam. Dalam administratif di 5 Kabupaten yakni: Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hassundutan,
Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara dan Kabupaten Singkel NAD
72
. Wilayah Pakpak Keppas diawali yang dari daerah Sicikeh-cikeh daerah
Parawitasa=Hutan Lindung hinga meluas ke daerah Sitinjo marga Capah ke Simpang Tolu marga Kudadiri, daerah Sidikalang marga Ujung, Sidiangkat
marga Angkat wilayah Bintang-Pancuran marga Bintang. Marga Sinamo dan Gajah Manik pergi dan tinggal ke wilayah Pakpak Simsim.
Pada masa sebelum tiba masa penjajahan di Dairi, maka Struktur pemerintahan yang ada adalah
73
: 1. Raja Ekuten atau Takal Aur, sebagai pemimpin satu suak atau yang terdiri
dari beberapa suku 2. Pertaki, sebagai pemimpin satu kuta atau kapung setingkat dibawah raja
Erkuten 3. Sulang Silima,sebagai pembantu Pertaki pada setiap kuta kampung.
Kesatuan komunitas terkecil yang umum di kenal hingga saat ini disebut Lebuh dan Kuta. Lebuh merupakan bagian dari Kuta yang di huni oleh klen kecil
sementara kuta adalah gabungan dari lebuh-lebuh yang dihuni oleh suatu klen
72
Masyarakat Pakpak Dinasbudpar.mht, diakses tanggal 15 April 2013, pukul 15.00 Wib
73
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
besar marga tertentu. Jadi setiap lebuh dan kuta dimiliki oleh klen atau marga tertentu dan dianggap sebagai penduduk asli, sementara marga tertentu
dikategorikan sebagai pendatang. Selain itu orang Pakpak menganut prinsip Patrilineal dalam memperhitungkan garis keturunan dan pembentukan klen
kelompok kekerabatannya yang disebut marga. Dengan demikian berimplikasi terhadap sistem pewarisan dominan diperuntukkan untuk anak laki-laki saja.
Bentuk perkawinannya adalah eksogami marga, artinya seseorang harus kawin diluar marganya dan kalau kawin dengan orang semarga dianggap melanggar adat
karena dikategorikan sebagai sumbang incest. Berdasarkan
dialek dan
wilayah persebarannya,
Pakpak dapat
diklasifikasikan menjadi lima bagian besar yang disebut Suak, yaitu
74
: 1. Pakpak Simsim, yakni orang Pakpak yang menetap dan memilki hak
ulayat di wilayah Simsim meliputi wilayah Salak, Situje, Situju, Kerajaan, Pergetteng-getteng Sengkut, Tinada dan Jambu. Marga-marganya antara
lain Berutu, Padang, Solin, Cibro, Sinamo, Boang Manalu, Manik, Banurea, Sitakar, Kabeaken, Lembeng, Tinendung dan lain-lain.
2. Pakpak Keppas, yakni orang Pakpak yang menetap dan memiliki hak ulayat di wilayah Sidikalang, Sitelu Nempu, Siempat Nempu, Silima
Pungga-Pungga, Tanoh Pinem, Parbuluan, Lae Hulung. Adapun marga- marganya yaitu Angkat, Bintang, Capah, Ujung, Berampu, Pasi, Maha,
dan lain-lain.
74
Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi GKPPD_ Pakpak.mht, diakses tanggal 15 April 2013, pukul 15.15 Wib
Universitas Sumatera Utara
3. Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang menetap dan memilki hak ulayat di wilayah Pegagan meliputi Sumbul, Tiga Baru, Silalahi, dan Tiga
Lingga. Adapun marga-marganya yaitu Lingga, Matanari, Maibang, Kaloko, Manik Sikettang, dan lain-lain.
4. Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang menetap dan memilki hak ulayat di wilayah Kelasen meliputi wilayah Parlilitan, Pakkat, Barus dan
Manduamas. Adapun marga-marganya misalnya Tinambunan, Tumangger, Turuten, Maharaja, Pinayungen, Anak Ampun, Berasa, Gajah, Ceun,
Meka, Mungkur, Kesogihen dan lain-lain. 5. Pakpak Boang, yakni orang Pakpak yang menetap dan memilki hak ulayat
di wilayah Boang meliputi Aceh Singkil yakni Simpang Kiri, Simpang Kanan, Lipat Kajang dan Kota Subulussalam. Adapun marga-marganya
misalnya Saraan, Sambo, Bancin, Kombih, Penarik, dan lain-lain. Masyarakat Pakpak mengenal hubungan Peradatan “Sulang Silima” yang
agak mirip dengan “Dalihan Natolu” di masyarakat Toba dan “Sangkep EnggelohRakut Sitellu” di masyarakat Karo. Adapun unsur sulang silima itu
adalah
75
: 1. Sukut;
2. Dengan sebeltek Si kaka-en Saudara sekandung yang lebih tua 3. Dengan sebeltek Si kedek-en Saudara sekandung yang lebih muda
4. Kula-kula puang Kelompok pihak pengantin perempuan 5. Berru Kelompok pihak pengantin laki-laki.
75
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sulang silima yang masih dianggap keberadaannya adalah Lembaga Adat Sulang Silima yang dibentuk dan anggotanya dipilih sendiri oleh para marganya.
Walaupun sulang
silima ini
menjadi satu
kesatuan, tetapi
di dalam
pembentukannya juga masih berdasarkan ke 5lima unsur yang diharuskan tetapi sudah menjadi satu kesatuan bukan lagi berdasarkan keturunan keluarga satu
empungnya keluarga. Adapun peranan sulang silima pada saat ini sangat terlihat dalam usaha
untuk pengamanan amanah atau warisan tanah ulayat marganya. Dalam pelaksanaannya sendiri Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung untuk
saat ini dipimpin oleh Raja Ardin Ujung sebagai Ketua. Dimana Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung
ini didirikan berdasarkan Akta Notaris nomor 2 tanggal 25 April 1995. Tujuan pendirian dari Lembaga Adat ini adalah
untuk memelihara dan melestarikan adat kebudayaan Marga Ujung baik moril maupun materil dan ikut serta dalam pembangunan dan memelihara serta
melindungi hak-hak pusaka, warisan adat dan benda-benda budaya milik pusaka Marga Ujung
76
. Apabila ada perbuatan-perbuatan hukum serta permasalahan mengenai
tanah marga, maka penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima sebagai Lembaga Adat Tertinggi suku Pakpak pada masa sekarang ini.
Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Dairi atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga
tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga
76
Wawancara dengan Raja Ardin Ujung, Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung, Tanggal 4 April 2013
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemilik ulayat tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah yang ada sebagai berikut
77
: a. Tanah tidak diusahai : tanah “karangan Longon-longoon” hutan dan tidak
pernah dikunjungi orang, Tanah “Kayu Ntua” tanah yang luas penuh dengan pohon-pohon tua yang besar, Tanah “Talin Tua” tanah pekuburan
untuk selama-lamanya, Tanah “Balik batang” tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi dan Rambah Keddep jempalan lapangan yang luas
dan subur tempat kerbau untuk makan. b. Tanah
yang diusahai:
“Tahuma Pargadongen”
lading ubi,
“Perkemenjemen” ladang kemenyan” dan “Bungus” tanah luas dan banyak terdapat tanaman tua.
c. Tanah Perpulungen yaitu “embal-embal” warisan dan Jalangan tanah yang subur yang tidak diketahui siapa pemilik tanah tersebut dan dapat
digarap. d. Tanah sembahen : tanah yang dijadikan tempat untuk melakukan ritual
khusus menyembah nenek moyang yang mempunyai sifat magis keramat, pada saat ini fungsi tanah ini sudah tidak dipergunakan lagi dan
dijadikan tempat untuk berladang. e. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah itu tetap hak marga,
tanah yang dijaga oleh Permangmang orang yang sangat dihormati dan tidak boleh diganggu.
77
Olivia Banurea, Analisis Yuridis atas jual lepas tanah adat kendala pendaftarannya. Study pada tanah adat suku pak-pak di kabupaten Pak-pak BharatTesis. Fakultas Hukum USU,
2012
Universitas Sumatera Utara
f. Lebbuh : tanah perkampungan untuk setiap marga bermukim. Jenis-jenis tanahlahan menurut penggunaannya sesuai kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Dairi tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Jenis-jenis tanahlahan menurut Penggunaannya sesuai kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Dairi
Ha
No. Kecamatan
Sawah Pekarangan
bangunan Lahan
Tandus Hutan
Negara Sementara
Tidak Diusahakan
Lainnya
1 Sidikalang
726 1.671
200 1.263
126 40
2 Berampu
1.085 327
137 327
55 10
3 Sitinjo
315 715
105 450
5 4
Parbuluan 766
706 100
14.050 1.750
59 5
Sumbul 2.706
668 600
4.733 1.000
103 6
Silahisabu ngan
220 114
1.000 8.103
27 388
7 Silima
Pungga- pungga
703 690
850 4.217
527 241
8 Lae Parira
1.283 329
100 1.269
60 4
9 Siempat
Nempu 753
687 300
665 25
10 10
Siempat Nempu
Hulu 460
344 393
285 83
11 Siempat
Nempu Hilir
420 280
300 3.888
630 22
12 Tigalingga
120 619
600 2.064
100 55
13 Gunung
Sitember 110
58 1.030
10
Universitas Sumatera Utara
14 Pegagan
Hilir 575
528 41
7.159 1.860
400 15
Tanah Pinem
45 447
182 24.000
730 500
Jumlah 10.225
8.137 5.116
73.586 7.313
1.841 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Dairi Tahun 2011
Seiring dengan perkembangan jaman, serta pesatnya kebutuhan akan tanah, maka pengalihan tanah dapat dilakukan asalkan sesuai dengan tata cara
adat istiadat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya Sulang Silima sebagai Kepala Adat.
B. Kedudukan Hukum Adat Dalam Hukum Tanah Nasional