penanganan perselisihannya di BPN RI. Dapat dikatakan bahwa sebuah konflik atau sengketa berkembang menjadi perkara bila pihak yang merasa dirugikan
telah menyatakan rasa tidak puas atas keprihatinannya, dengan melakukan pengaduan atau gugatan melalui badan peradilan umum baik secara langsung
maupun melalui kuasa hukum kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian.
Secara mikro sumber konflik sengketa dapat timbul karena adanya perbedaanbenturan nilai cultural, perbedaan tafsir mengenai informasi, data
atau gambaran objektif kondisi pertanahan setempat teknis, atau perbedaan benturan kepentingan ekonomi yang terlihat pada kesenjangan struktur pemilikan
dan penguasaan tanah. Akar konflik pertanahan merupakan faktor mendasar yang menyebabkan timbulnya konflik pertanahan. Akar konflik pertanahan penting
untuk diidentifikasi serta diinventarisasi guna mencari jalan keluar atau bentuk penyelesaian yang akan dilakukan.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, orang sudah sedemikian egois dan tidak ingin lagi mengalah serta cenderung memaksakan kehendak, entah
dengan cara apapun asalkan tujuannya tercapai, termasuk cara-cara yang melanggar hukum dan kepatutan.
B. Strategi Penyelesaian Konflik Pertanahan
Untuk menangani
dan menyelesaikan
sebuah konflik
pertanahan diperlukan kerangka kerja yang tepat dan efektif. Kerangka kerja tersebut dapat
dibagi atas 3 tiga bagian yaitu pengkajian konflik, penanganan konflik, dan penyelesaian konflik. Tindakan pengkajian, penanganan, dan penyelesaian konflik
Universitas Sumatera Utara
pertanahan bertujuan untuk memberikan kepastian hukum akan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di negeri yang penuh sumber daya
alam ini
132
. Setiap masyarakat senantiasa berubah, dan perubahan itu tidak pernah
berakhir karena perubahan sosial merupakan gejala yang inheren melekat pada setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya
karena konflik merupakan gejala yang inheren dalam masyarakat. Konflik berasal dari faktor-faktor yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Ia timbul dari realitas
akan adanya unsur-unsur yang saling bertentangan dalam setiap masyarakat. Dalam kaitannya dengan konflik pertanahan, maka teori konflik sangat
relevan dipergunakan. Karena masalah pertanahan merupakan salah satu masalah yang sering muncul ke permukaan. Dalam proses pengkajian konflik pertanahan,
tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui faktor terjadinya konflik. Selain itu melalui proses ini juga kita dapat memperoleh gambaran untuk menyelesaikan
konflik pertanahan tersebut. Untuk melakukan pengkajian, pertama dilakukan adalah meneliti dan
menganalisis data konflik yang sedang terjadi. Berdasarkan data yang dianalisis tersebut, pokok persoalan dalam konflik dapat dipetakan. Hasil peta konflik
tersebut tentu saja memudahkan kita untuk mencari format yang tepat dalam penyelesaiannya nanti.
Salah satu misi Badan Pertanahan Nasional BPN adalah perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis, dengan mengatasi berbagai sengketa,
132
Ibid., halaman 305
Universitas Sumatera Utara
konflik, dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa,
konflik dan perkara di kemudian hari
133
. Agar tidak terjadi konflik hak atas tanah, langkah pencegahan yang harus
dilakukan adalah: 1 penertiban administrasi pertanahan yang berkaitan dengan sumber
konflik; 2 tindakan proaktif untuk mencegah dan menangani potensi konflik;
3 penyuluhan hukum dan atau sosialisasi program pertanahan; 4 pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; dan
5 pemetaan tanah-tanah yang rawan konflik, baik tanah milik Negara, milik pengusaha, maupun milik masyarakat hukum adat
134
. Dalam menangani konflik pertanahan, hal pertama yang harus dikerjakan
oleh pihak
berwenang adalah
menerima pengaduan.
Pengaduan adalah
pemberitahuan dan atau keterangan yang disampaikan oleh pengadu kepada petugas loket tentang telah terjadi suatu peristiwa atau perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum atas bidang tanah, baik bersifat teknis, administratif, perdata maupun pidana. Hal kedua yang harus dilakukan oleh pihak yang
berwenang adalah mengumpulkan dan lalu mengolah data konflik yang telah ada. Lalu diupayakan musyawarah yaitu mempertemukan kedua belah pihak untuk
mengklarifikasi data yang ada pada masing-masing pihak dalam upaya mengupayakan perdamaian. Perdamaian adalah kesepakatan dari para pihak untuk
133
Ibid., halaman 309
134
Ibid.,halaman 310
Universitas Sumatera Utara
mengakhiri sengketanya. Apabila usaha melalui muyawarah tidak berhasil maka penyelesaian
dilakukan melalui
instansi yang
berwenang yaitu
melalui pengadilan.
Pengaduan kasus pertanahan disampaikan kepada Kepala BPN RI, Kakanwil danatau Kepala Kantor Pertanahan baik secara lisan maupun tertulis
atau melalui www.bpn.go.id. Pengaduan yang diajukan secara lisan atau melalui www.bpn.go.id harus ditindaklanjuti dengan pembuatan permohonan secara
tertulis. BPN memberikan layanan informasi kasus pertanahan dan dapat diberikan
pada pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan penggolongan informasi sesuai ketentuan perundang-undangan. Peraturan Kepala BPN menetapkan batas
waktu penanganan perkara paling lama tiga bulan sejak diterimanya pengaduan atau informasi sengketa. Batas waktu penyelesaian dapat diperpanjang dengan
persetujuan Kakan, Kakanwil, atau Deputi BPN. Penanganan konflik ataupun kasus pertanahan bertujuan untuk memberikan kepastian hukum atas penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Dalam rangka membangun kepercayaan publik trust building terhadap
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, salah satu yang perlu dan harus dilakukan adalah melakukan percepatan penanganan dan penyelesaian kasus-
kasus pertanahan, sebagaimana diamanatkan dalam Tap MPR IX2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, di dalam pasal 2
disebutkan bahwa
Pembaruan agraria
mencakup suatu
proses yang
berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan,
Universitas Sumatera Utara
penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Peran Badan