Substansi permasalahan yang di bahas di dalam keenam penelitian diatas adalah berbeda dengan pembahasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu maka
penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang sangat penting, karena teori memberikan sarana untuk dapat merangkum serta memahami
masalah yang dibicarakan secara lebih baik
35
. Defenisi teori menurut Pendapat Gorys Keraf adalah asas-asas umum dan abstrak yang diterima secara abstrak
yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada
36
. Suatu teori merupakan seperangkat konstruk konsep, batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan
sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu.
37
Menurut Soerjono Soekanto, teori adalah suatu sistem yang berisikan proposisi-proposisi yang telah diuji kebenarannya untuk menjelaskan aneka
macam gejala sosial yang dihadapinya dan memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan serta memberikan taraf pemahaman tertentu
38
. Teori akan memberikan sebuah sarana penjelasan yang bermanfaat dan
akan membantu untuk memperbandingkan teori-teori itu dan menilai manfaat
35
Khudzaifah Dimiyati,Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990 Yogyakarta: Gajah Mada University,1990,hlm 14 dikutip dari
bukunya Fred N.Kerlinger,The Foundation of Behavioral Research,Third Edition,1986,by Holt,Renihart and Winston Inc, Diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang, hlm 41.
36
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,2010 hlm 6
37
Khudzaifah Dimiyati, Op.Cit., hlm 41
38
Soerjono Sukanto, Op.Cit., hlm 13
Universitas Sumatera Utara
teori-teori tersebut
39
. Teori hukum mengkaji struktur dan fungsi norma-norma positif dalam sistem hukum positif. Teori hukum masih memfokuskan
perhatiannya secara konsisten terhadap hukum dan sistemnya. Pendapat L.B. Curzon, yang kurang lebih menekankan bahwa lingkup
kajian dalam teori hukum tidak semata-mata hukum, tetapi juga meliputi aspek- aspek lainnya yang tidak lepas dari praktek hukum, seperti tema keadilan dan
sebagainya.
40
Ketika teori hukum umum menyatakan bahwa objek penyelidikannya hukum, diberikan tidak hanya dalam pengertian objektif tapi juga pengertian
subjektif. Teori Hukum Umum membangun sebuah kontradiksi dasar ke dalam fondasinya, yaitu dualisme hukum objektif dan hak subjektif
41
. Dengan demikian teori hukum umum menyatakan bahwa hukum sebagai
hukum objektif adalah norma, kompleks norma, sebuah sistem, dan dalam pada itu menyatakan bahwa hukum sebagai hak subjektif adalah kepentingan atau
kehendak.
42
Pembedaan antara sistem hukum yang baik, yang dalam hal tertentu sejalan dengan moralitas dan keadilan, dan sebuah sistem hukum yang tidak baik
adalah pembedaan yang keliru, karena satu kadar minimum keadilan jelas terwujud setiap kali perilaku manusia dikontrol oleh peraturan yang diumumkan
secara publik dan diterapkan secara yudisial
43
.
39
Khudzaifah Dimiyati, Op.Cit., hlm 42
40
E. Fernando M.Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan, Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai, Buku Kompas, Jakarta 2007, hlm 16
41
Hans Kelsen, Pengantar Stanley L Poulson, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media Bandung 2010, diterjemahkan oleh Siwi L Paulson, hlm 74
42
Ibid.
43
H.L.A. Hart, Konsep Hukum, diterjemahkan M. Khozim, Bandung, Nusa Media, 2011, hlm 319
Universitas Sumatera Utara
Tesis ini menganalisa tentang Perlindungan hukum terhadap pemilik sertipikat
hak atas tanah yang diklaim sebagai milik masyarakat adat di kabupaten Dairi, menggunakan teori Konflik dari Karl Max
44
, dan teori Kepastian Hukum legal certainty dari Ronald Drorkin
45
. “Teori Konflik memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui
proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula
46
. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik menganggap bahwa di dalam masyarakat tidak akan
selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan
47
. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial.
Teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik kepentingan, tapi pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah
kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Teori Kepastian Hukum legal certainty, tujuannya semata-mata untuk mewujudkan kepastian hukum
48
. Meskipun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan tidak memberikan manfaat bagi mayoritas warga masyarakat,
44
Bernhard Limbong, Op.Cit., hlm., 31Terjemahan dari Tom Bottomore.et.al.,Karl Marx: Selected Writings in Sociology and Social Philosphy,Penguins Books, Victoria,1979,hlm
34.
45
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum legal Theory Teori Peradilan Judicial Prudence, termasuk Interpretasi Undang-undang
legisprudence , Kharisma Putra Utama, Jakarta 2009, hlm 284
46
Bernhard Limbong, Op.Cit., hlm 32
47
Ibid.
48
Achmad Ali, Op.Cit., hlm 282
Universitas Sumatera Utara
hal itu tidak menjadi soal, asalkan Kepastian Hukum legal certainty dapat terwujud. Hukum identik dengan kepastian
49
. Pada hakekatnya konflik pertanahan yang akhirnya menjadi sengketa di
Indonesia disebabkan oleh
50
: 1. Kurang tertibnya administrasi pertanahan masa lalu;
2. Ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah; 3. Sistem publikasi pendaftaran tanah yang negatif;
4. Meningkatnya kebutuhan tanah, sehingga harga tanah tidak dapat dikendalikan;
5. Peraturan perundangan saling tumpang tindih, baik secara horizontal maupun vertikal;
6. Masih banyaknya terdapat tanah terlantar; 7. Kurang cermat notaris dan pejabat pembuat akta tanah dalam menjalankan
tugasnya; 8. Belum terdapat persamaan persepsi para penegak hukum;
9. Para penegak hukum belum kurang berkomitmen untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan secara konsekwen dan konsisten;
Kegiatan pendaftaran tanah dilakukan untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Kepastian hukum yang dimaksud dalam kegiatan
pendaftaran tanah antara lain:
51
49
Ibid.
50
Ibid., hlm 65
51
Aartje Tehupeiory, Op Cit., hal 9
Universitas Sumatera Utara
1. Kepastian hukum mengenai orang atau badan yang menjadi pemegang hak subjek hak
2. Kepastian hukum mengenai lokasi, batas, serta luas suatu bidang tanah objek hak
3. Kepastian hukum mengenai haknya. Dalam kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah, ada beberapa syarat
penting untuk menjamin kepastian hukum yaitu:
52
1. Peta-peta kadastral
dapat dipakai
rekonstruksi di
lapangan dan
digambarkan batas yang sah menurut hak; 2. Daftar ukur membuktikan pemegang hak terdaftar di dalamnya sebagai
pemegang hak yang sah menurut hukum; 3. Setiap hak dan peralihannya harus didaftarkan
2. Konsepsi