60
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK SERTIPIKAT HAK MILIK
YANG DIKLAIM SEBAGAI MILIK MASYARAKAT ADAT DI KABUPATEN DAIRI
A. Sertipikat Hak Atas Tanah Dalam Perspektif Teoritis
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997, tentang pendaftaran tanah disebutkan pengertian dari Sertipikat adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa sertipikat merupakan surat keterangan pernyataan tertulis dari orang yang berwenang yang dapat
digunakan sebagai bukti pemilikan atau kejadian. Misalnya, sertipikat kelahiran yang lazim disebut Akta kelahiran diartikan sebagai surat bukti adanya kelahiran.
Sertipikat kelulusan lazim disebut ijasah. Demikian juga, jika berkaitan dengan tanah maka disebut sertipikat tanah. Sehingga makna kata sertipikat tanah seperti
halnya sertipikat-sertipikat yang lain, adalah surat bukti kepemilikan tanah. Sertipikat tanah adalah dokumen formal yang memuat data yuridis dan
data fisik yang dipergunakan sebagai tanda bukti dan alat pembuktian bagi seseorang atau badan hukum privat atau public atas suatu bidang tanah yang
dikuasai atau dimiliki dengan suatu hak atas tanah tertentu
94
. Sertipikat hak atas
94
kot-kupang.bpn.go.idSertifikat Hak Dan Kekuatan Pembuktiannya, diakses tanggal 5 Maret 2013, pukul 14.00 Wib
Universitas Sumatera Utara
tanah merupakan tanda bukti hak yang kuat atas pemilikan sebidang tanah oleh subjek hak orang atau badan hukum yang menerima hak atas tanah tersebut.
Secara etimologi sertipikat berasal dari bahasa Belanda yaitu “certificate” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu
95
. Jadi dapat dikatakan sertipikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan
hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan
pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat instansi yang berwenang.
Dapat dikatakan bahwa sertipikat akan mempunyai kekuatan yuridis apabila memang diterbitkan oleh lembaga yang memperoleh kewenangan untuk
itu. Dapat pula dikatakan bahwa sertipikat merupakan suatu dokumen formal yang dijadikan tanda dan instrument yuridis adanya hak kepemilikan atas suatu barang
atau benda thing. Dari sini sudah dapat ditangkap bahwa makna sertipikat tanah dalam
konstruksi yuridisnya
merupakan suatu
dokumen formal
yang dipergunakan sebagai tanda dan atau instrument yuridis bukti hak kepemilikan
atas tanah yang dikeluarkan oleh BPN RI Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia lembagaInstitusi negara yang ditunjuk dan diberikan wewenang oleh
negara untuk menerbitkannya. Dengan memiliki sertipikat maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanah, subyek hak dan obyek haknya menjadi
nyata.
95
Mhd Yamin Lubis Abdul Rahim Lubis, Op Cit., hlm 204
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana disebut bahwa sertipikat adalah surat tanda bukti hak, oleh karena itu kelihatan bahwa sertipikat itu berfungsi sebagai alat bukti. Alat bukti
yang menyatakan tanah itu diadministrasi oleh Negara. Dengan dilakukan administrasinya lalu diberikan buktinya kepada orang yang mengadministrasikan
tersebut. Bagi pemilik tanah, sertipikat adalah merupakan pegangan yang kuat dalam hal pembuktian hak miliknya, sebab dikeluarkan oleh instansi yang sah dan
berwenang secara hukum
96
. Alas hak merupakan bukti penguasaan atas tanah secara yuridis, dapat
berupa alat-alat bukti yang menetapkan atau menerangkan adanya hubungan hukum antara tanah dengan yang mempunyai tanah, dapat berupa riwayat
kepemilikan tanah yang pernah diterbitkan oleh pejabat pemerintah sebelumnya maupun bukti pengakuan dari pejabat yang berwenang. Alas hak secara yuridis ini
biasanya dituangkan dalam bentuk tertulis dengan suatu surat keputusan, surat keterangan, surat pernyataan, surat pengakuan, akta otentik maupun surat dibawah
tangan dan lain-lain
97
Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 tahun 1997, alas hak
tersebut diberi istilah data yuridis, yakni mengenai status hukum bidang tanah, pemegang haknya, dan pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.
Secara perdata, dengan adanya hubungan yang mempunyai tanah dengan tanahnya yang dibuktikan dengan penguasaan fisik secara nyata di lapangan atau
96
Ibid.
97
Ibid., hal 237
Universitas Sumatera Utara
ada alas berupa data yuridis berarti telah dilandasi dengan suatu hak keperdataan, tanah tersebut sudah berada dalam penguasaannya atau telah menjadi miliknya.
Penguasaan atas tanah secara yuridis selalu mengandung kewenangan yang diberikan hukum untuk menguasai fisik tanahnya. Oleh karena itu
penguasaan yuridis memberikan alas terhadap adanya hubungan hukum mengenai tanah yang bersangkutan. Apabila tanahnya sudah dikuasai secara fisik dan sudah
ada alas haknya, maka persoalannya hanya menindaklanjuti alas hak yang melandasi hubungan tersebut menjadi hak atas tanah yang ditetapkan dan diakui
oleh Negara, agar hubungan tersebut memperoleh perlindungan hukum. Proses alas hak menjadi hak atas tanah yang diformalkan melalui penetapan pemerintah
disebut pendaftaran tanah yang produknya adalah sertipikat tanah. Oleh karena itu alas hak yang sebenarnya sudah merupakan suatu legitimasi awal atau pengakuan
atas penguasaan suatu bidang tanah juga mendapat legitimasi dari Negara. Dinyatakan juga bahwa dasar penguasaan atau alas hak untuk tanah
menurut UUPA adalah bersifat derivative artinya berasal dari ketentuan peraturan perundang-undangan dan dari hak-hak yang ada sebelumnya, seperti hak-hak adat
atas tanah dan hak-hak yang berasal dari hak-hak Barat
98
Sertipikat sebagai tanda dan atau sekaligus alat bukti hak kepemilikan atas tanah merupakan produk hukum yang diterbitkan oleh BPN RI didalamnya
memuat data fisik dan yuridis. Sertipikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah berisi data fisik keterangan tentang letak, batas, luas bidang
tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada diatasnya bila dianggap
98
AP. Parlindungan, Pendaftaran tanah di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 1993, halaman 3
Universitas Sumatera Utara
perlu dan data yuridis keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah dan hak-hak pihak lain, serta beban-beban lain
yang berada diatasnya. Surat tanda bukti hak atau sertipikat tanah dapat berfungsi menciptakan
tertib hukum pertanahan. Dengan pengeluaran sertipikat ini menandakan telah ada pendaftaran tanah yang dilakukan. Dan pendaftaran tanah ini akan menciptakan
keuntungan akibat pelaksanaan administrasi yang sah. Dengan ini muncul konsekwensi atasnya yakni sebagai berikut:
1. Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya
2. Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh Negara
3. Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit
4. Meningkatkan pengawasan pasar tanah
5. Melindungi tanah Negara
6. Mengurangi sengketa tanah
7. Memfasilitasi kegiatan rural land reform
8. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrastruktur
9. Mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang berkualitas
10. Dapat menyediakan data statistik tanah yang baik
99
Dalam penerbitan sertipikat bisa terjadi kesalahan atau kekeliruan, apabila terjadi hal tersebut, maka sertipikat tersebut harus diperbaiki atau dibatalkan.
Kekeliruan dapat dilihat dari tiga segi, pertama segi kesalahan mencantumkan data sertipikat, yakni kesalahan mencantumkan data dalam sertipikat, baik
mengenai nama pemegang haknya subjek hak maupun data mengenai luas atau letaknya objeknya, kedua kesalahan pada prosedur penerbitannya formalnya
dan ketiga kesalahan pada penentuan pihak yang berhak atas tanah tersebut materilnya. Kesalahan administratif cukup dilakukan atas hasil penelitian yang
99
Ibid., hal 206
Universitas Sumatera Utara
dituangkan dalam berita acara, sedangkan kesalahan formal dan kesalahan materil tersebut harus diuji oleh lembaga peradilan
100
. Apabila ditemukan kesalahan-kesalahan tersebut, maka instansi Badan
Pertanahan Nasional selaku pihak yang menerbitkan sertipikat tersebut dapat diperintahkan untuk melakukan perbaikan atau pembatalan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Perintah untuk perbaikan tersebut dapat berupa perintah hukum. Perintah hukum tersebut berorientasi pada ide keadilan dan
karenanya tidak boleh ada ide kekuasaan atau paksaan, oleh karena itu sangat tepat perbaikan atau pembatalan sertipikat yang terdapat kekeliruan dalam
penerbitannya haruslah terlebih dahulu diperiksa dan diputus oleh pengadilan
101
. Keadilan dan hak-hak terkait dengan hak hukum sebagai suatu
kepentingan yang dilindungi hukum atas suatu kehendak yang diakui. Meskipun peraturan hukum tidak dapat menciptakan tetapi menjamin hak-hak dan keadilan,
maka peraturan hukum tersebut tidak pula dapat menghapus hak-hak dan keadilan yang ada. Ini berarti, tidak mungkin secara logis untuk menghapus hak milik
pribadi atas benda-benda yang merupakan hak mutlak absolut, dimana pemilik mempunyai suatu hak untuk menuntut dari setiap orang agar tidak mengganggu
kepemilikan atas harta kekayaannya. Hak-hak atas benda termasuk tanah yang mutlak merupakan hak perorangan yang paling utama
102
.
100
Elvina Sagala, Op.Cit.,halaman 42-43
101
Ibid.
102
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Diklaim Sebagai Milik Masyarakat Adat Di Kabupaten Dairi
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 adalah adalah
Negara hukum
konstitusional yang
memberikan jaminan
dan memberikan perlindungan atas hak-hak warga Negara untuk mendapatkan,
mempunyai, dan menikmati hak milik
103
. Sebagaimana tercantum dalam pasal 28H UUD 1945, disebutkan bahwa “Setiap orang berhak mempunyai hak milik
pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun”.
Mempertahankan hak atas tanah yang ada pada seseorang atau badan hukum sebagai subjek yang ditunjuk UUPA dapat diwujudkan dalam 2 dua
bentuk. Pertama,
melakukan serangkaian
tindakan agar
sangat sedikit
kemungkinannya dapat diambil atau dikuasai oleh orang lain. Dalam hal ini mempertahankan hak dimaksud adalah berwujud tindakan-tindakan pencegahan
preventif. Sementara
bentuk kedua,
sebagai tindakan
represif yaitu
penanggulangan dan penyelesaian terhadap akibat diluar sepengatahuan atau kemampuan si pemilik yang berhak atas tanah yang diambil atau dikuasai oleh
pihak lain. Penguasaan atau pemilikan yang dimaksud dapat berwujud penguasaan fisik atau non fisik
104
Upaya pencegahan preventif adalah upaya yang mengandung resiko yang paling kecil dibanding upaya lainnya. Namun orang atau badan hukum yang
berhak atas tanah tersebut harus tetap waspasa dan memantau monitoring secara
103
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, halaman 1
104
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit.,halaman 116
Universitas Sumatera Utara
terus menerus tanah haknya itu. Ada beberapa hal pokok upaya yang lebih menjamin terlindunginya tanah dari gangguan pihak lain, baik terhadap tanah
yang sudah terdaftar bersertipikat apalagi yang belum, antara lain yaitu
105
: 1. Pemilikan tanah itu atas sepengetahuan masyarakat sekitar
Perolehan tanah tersebut baik melalui mutasi atau pengalihan hak seperti jual beli, tukar menukar dan lain sebagainya, harus diupayakan agar
masyarakat sekitar
mengetahuinya. Masyarakat
sekitar ini
dapat difungsikan sebagai pencegah jika sekiranya ada pihak-pihak lain yang
akan mengambil dan menduduki tanah tersebut secara paksa tanpa alas hak yang sah.
2. Tanahnya diberi batas yang pasti dan jelas. Penetapan batas tanah tidak bias ditetapkan hanya sepihak. Tanda batas
hanya dapat dinyatakan sudah pasti jika pemilik yang berbatasan sepakat atas tanda batas yang dimaksud. Dan jika telah ada bukti-bukti tertulis,
maka ukuran tanah dan tanda batas itu harus bersesuaian dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Tanah tersebut diusahai dan digunakan Penggunaan tanah sesuai dengan sifat dan peruntukan haknya akan
merupakan bukti fisik yang nyata adanya hak seseorang atasnya. Sekalipun yang bersangkutan tidak berdiam diatas tanah tersebut, tetapi dengan
diusahainya atau digunakannya secara baik dan benar akan menghambat niat orang lain untuk mendudukinya. Apalagi penguasaanpemilikannya
105
Ibid., halaman 117
Universitas Sumatera Utara
telah didukung oleh bukti tertulis yang benar. Tanah-tanah yang sudah dimiliki seseorang bahkan meskipun sudah terdaftar atau bersertipikat jika
dengan sengaja tidak dipergunakan sebagaimana menurut sifat dan peruntukannya akan jatuh sebagai tanah terlantar.
4. Berdiam diatasnya. Kalaupun tanah yang dimiliki seseorang itu tidak diusahai atau digunakan
secara baik dan benar, tetapi jika pemiliknya berdiam diatasnya akan mempunyai daya cegah yang tinggi. Karena setiap saat ada pantauan
terhadap usaha-usaha pihak lain yang ingin menguasai dan mendudukinya secara tidak sah.
5. Pendaftaran tanahnya. Tindakan berikut yang lebih baik adalah melakukan pendaftaran tanah ke
Kantor Badan Pertanahan Nasional. Hak milik sangat penting bagi manusia untuk dapat melaksanakan
hidupnya di dunia. Semakin tinggi nilai hak milik atas suatu benda, semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan terhadap benda tersebut. Tanah adalah
salah satu hak milik yang sangat berharga bagi umat manusia. Hak milik tidak terbatas jangka waktunya. Dalam UUPA hak milik atas tanah bersifat turun
temurun. Artinya si pemilik tanah dapat mewariskan tanah tersebut kepada keturunannya tanpa batas waktu dan batas generasi
106
. Dalam pasal 20 UUPA disebutkan sifat-sifat daripada hak milik yang membedakannya dengan hak-hak
lainnya. Hak milik adalah hak yang “terkuat dan terpenuh” yang dapat dipunyai
106
Adrian Sutedi, Op.Cit., halaman 8
Universitas Sumatera Utara
orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti, bahwa hak itu merupakan hak yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu-gugat” sebagai hak eigendom
menurut pengertiannya yang asli dulu. Sifat yang demikian akan terang bertentangan dengan sifat hukum-adat dan fungsi sosial dari tiap-tiap hak. Kata-
kata “terkuat dan terpenuh” itu bermaksud untuk membedakannya dengan hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai dan lain-lainnya, yaitu untuk
menunjukkan, bahwa diantara hak- hak atas tanah yang dapat dipunyai orang hak miliklah yang “ter” artinya : paling-kuat dan terpenuh.
Karena pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, pemilikan hak atas sebidang tanah sesuai pula dengan kodrat hakikat manusia. Manusia pada
hakikatnya bersifat privat dan kolektif. Thomas Aquinas, seorang Teolog dan filsuf ulung Abad Pertengahan mengatakan manusia menurut kodratnya bersifat
individual dan sosial. Itulah sebabnya dalam pemilikan atas suatu benda, termasuk pemilikan atas tanah, kedua dimensi tersebut bisa terpadu secara harmonis.
Mengenai keabsahan dan kehalalan hak milik, telah dikenal dua asas. Pertama asas Nemo plus juris transfere potest quam ipse habet artinya tidak
seorang pun dapat mengalihkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain melebihi hak miliknya atau apa yang dia punyai. Kedua, asas “Nemo sibi ipse
causam possesisonis mutare potest” artinya tidak seorang pun dapat mengubah bagi dirinya atau kepentingan pihaknya sendiri, tujuan dari penggunaan objek
miliknya
107
. Dengan demikian pemilikan atas tanah telah memberikan manfaat
107
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan kegunaan dalam berbagai aspek kehidupan kepada pemiliknya, baik dari aspek ekonomi, aspek sosial, termasuk dalam hubungannya dengan pembangunan.
Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria yang diundangkan tanggal 24 September 1960 yang dikenal
dengan UUPA, merupakan pelaksanaan pasal 33 3 UUD 1945 yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sebelum berlakunya UUPA, hanya bagi tanah-tanah yang tunduk pada hukum Barat
misalnya Hak Eigendom, Hak Erfacht, Hak Opstal dilakukan pendaftaran tanah yang tujuannya untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan kepadanya
diberikan tanda bukti dengan suatu akta yang dibuat oleh Pejabat Balik Nama
108
. Tugas untuk melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia
dibebankan kepada Pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat 1 UUPA ditentukan bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Menurut penjelasan
dari UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtcadaster
artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti
perpajakan
109
. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik
sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum
108
Ibid., halaman 112
109
Mhd Yamin Lubis Abdul Rahim Lubis, Op.Cit.,halaman 167
Universitas Sumatera Utara
di bidang pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap
dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. Selain itu dalam menghadapi kasus-kasus konkrit
diperlukan juga terselenggaranya pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan haknya atas
tanah yang dikuasinya, dan bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan
mengenai tanah yang menjadi obyek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan pertanahan
110
. Pendaftaran tanah pada awalnya diatur dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang sampai saat ini menjadi dasar kegiatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia. Dalam kenyataannya
pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut selama lebih dari 35 tahun belum cukup
memberikan hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan itu maka dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik pada pembangunan nasional dengan
memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan, dipandang perlu untuk mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur pendaftaran tanah,
maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997.
110
Penjelasan Umum PP nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya,
berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya. Pasal 1 1 PP 24 tahun 1997, tentang pendaftaran tanah menyebutkan
“Pendaftaran tanah
adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.
Dalam Pasal 5 PP 24 tahun 1997 disebutkan bahwa Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Pendaftaran tanah tersebut menurut pasal 19 ayat 2 meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
Ketentuan pasal 23,32 dan 38 UUPA yang mengharuskan dilaksanakannya pendaftaran tanah oleh pemegang hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan.
Sedangkan di dalam pasal 9 PP nomor 24 tahun 1997, objek pendaftaran tanah meliputi:
a. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;
b. tanah hak pengelolaan;
Universitas Sumatera Utara
c. tanah wakaf; d. hak milik atas satuan rumah susun;
e. hak tanggungan; f. tanah Negara.
Keharusan bagi pemegang hak mendaftarkan haknya dimaksudkan agar menjadikan kepastian hukum bagi mereka dalam arti demi kepastian hukum bagi
pemegang haknya. Tujuan pendaftaran tanah yang semula menurut pasal 19 1 UUPA hanya
bertujuan tunggal semata-mata untuk menjamin kepastian hukum, maka berdasarkan pasal 3 PP nomor 24 tahun 1997 dikembangkan tujuan pendaftaran
tanah yang juga meliputi : a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan, b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Dalam rangka untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak
atas tanah, sedangkan untuk melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan aspek fisik dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, dinyatakan terbuka untuk umum asas publisitas, sementara dalam hal mencapai
tujuan tertib administrasi pertanahan, maka setiap bidang tanah atau rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah, dan hak milik
satuan rumah susun wajib didaftar
111
. Berkaitan dengan tujuan pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam
pasal 3 PP nomor 24 tahun 1997 diatas, AP. Palindungan mengatakan bahwa: a. dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah maka kepada pemiliknya
diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum; b di zaman informasi ini maka kantor
Pertanahan sebagai kantor di garis depan haruslah memelihara dengan baik setiap informasi yang diperlukan untuk suatu bidang
tanah, baik untuk pemerintah sendiri sehingga dapat merencanakan pembangunan Negara dan juga bagi masyarakat sendiri. Informasi itu penting
untuk dapat memutuskan sesuatu yang diperlukan dimana terlibat tanah, yaitu data fisik dan yuridisnya, termasuk untuk satuan rumah susun, informasi
tersebut bersifat terbuka untuk umum artinya dapat diberikan informasi apa saja yang diperlukan atas sebidang tanah bangunan yang ada; c sehingga itu
perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan sesuatu hal yang wajar
112
. Agar tersedia data hak atas tanah yang benar dan masyarakat dapat
memperolehnya dengan mudah, maka Pemerintah mengadakan suatu lembaga pengumuman
113
. Lembaga pengumuman inilah yang lazim disebut pendaftaran tanah. Dengan adanya lembaga pengumuman pendaftaran tanah ini akan
terjaminlah kepastian hukum mengenai hak atas tanah, baik yang menyangkut subjek maupun objek haknya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
pendaftaran tanah dapat menjamin kepastian hukum adalah:
111
Ibid., halaman 169
112
AP. Parlindungan, Op.Cit.,halaman 2
113
Mhd Yamin Lubis Abdul Rahim Lubis, Op.Cit., halaman 170
Universitas Sumatera Utara
1. tersedianya peta bidang tanah yang merupakan hasil pengukuran secara kadastral yang dapat dipakai untuk rekonstruksi batas di lapangan dan
batas-batasnya merupakan batas yang sah menurut hukum. 2. Tersedianya daftar umum bidang-bidang tanah yang dapat membuktikan
pemegang hak yang terdaftar sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum.
3. Terpeliharanya daftar umum pendaftaran tanah yang selalu mutakhir, yakni setiap perubahan data mengenai hak atas tanah seperti peralihan hak
tercatat dalam daftar umum
114
. Terhadap peta bidang tanah yang merupakan hasil pengukuran tersebut
dapat dikatakan memenuhi kaidah yuridis apabila bidang tanah yang dipetakan batas-batasnya telah dijamin kepastian hukumnya berdasarkan kesepakatan dalam
penunjukan batas oleh pemilik dan pihak-pihak yang berbatasan Pasal 17 PP 24 tahun 1997, ditetapkan oleh pejabat yang berwenang pasal 18 PP 24 tahun
1997, dan diumumkan secara langsung kepada masyarakat setempat untuk memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk menyampaikan keberatannya
pasal 26 PP 24 tahun 1997. Terkait dengan lembaga pengumuman, dalam sistem pendaftaran tanah
dikenal adanya sistem publikasi yaitu sistem publikasi negatif dan sistem publikasi positif. Sistem publikasi negatif maksudnya adalah Negara tidak
menjamin kebenaran data yang disajikan dalam sertipikat, oleh karena itu belum tentu seseorang yang tertulis namanya pada sertipikat adalah mutlak sebagai
114
Ibid., halaman 171
Universitas Sumatera Utara
pemilik. Sedang sistem Publikasi Positif adalah sebaliknya. Tetapi manapun yang digunakan sebenarnya tidak menjadi persoalan, karena baik sistem publikasi
negatif atau sistem publikasi positif sama-sama memiliki keuntungan dan kelemahan.
UUPA secara implisit ditegaskan bahwa dalam pendaftaran tanah di Indonesia diterapkan sistem negatif, oleh AP. Parlindungan menyebutnya azas
negatif. Hal ini didasarkan kepada pertimbangan berbagai hal seperti sejarah kepemilikan tanah yang pada umumnya dahulu tidak tercatat secara akurat dan
tidak pula didokumentasi secara sentral yang aman dan permanen, ditambah lagi karena demikian luasnya wilayah Indonesia, disamping pertimbangan lain bahwa
pada umumnya Negara-negara di dunia menerapkan sistem tersebut. Sementara azas pendaftaran tanah di Indonesia telah diterapkan di dalam Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 1997
115
. Kelemahan dari stelsel negatif antara lain:
1. Buku tanah tidak memberikan jaminan yang mutlak. 2. Peranan yang pasif dari pejabat balik nama
3. Mekanisme yang sulit dan sukar dimengerti oleh orang-orang biasa Sedang keuntungan yang mendasar dalam stelsel negatif adalah adanya
perlindungan pada pemilik yang sebenarnya. Kemudian bila dilihat keberatan yang terdapat dalam stelsel positif antara
lain sebagai berikut: 1. Peranan aktif pejabat-pejabat balik nama akan memakan waktu yang lama
115
Tampil Ansari Siregar, Undang-undang Pokok Agraria dalam bagan, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum USU Medan, 2006, halaman 229.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemilik yang berhak dapat kehilangan haknya diluar kesalahannya dan diluar perbuatannya.
3. Apa yang menjadi wewenang pengadilan diletakkan di bawah kekuasaan administratif.
Sedang keuntungan dari stelsel positif adalah: 1. Menjamin dengan sempurna bahwa nama yang terdaftar dalam buku tanah
tidak dapat dibantah walaupun ia ternyata bukan pemilik yang berhak. Atau kepada buku tanah diberikan kepercayaan yang mutlak.
2. Pejabat balik nama memainkan peranan yang sangat aktif. Mereka menyelidiki bahwa hak yang didaftar itu dapat didaftar, apakah formalitas-
formalitas yang diperlukan telah dipenuhi atau tidak, serta identitas para pihak memang orang yang berwenang
116
. Untuk pendaftaran tanah di Indonesia, yang sering dikategorikan
menganut sistem campuran keduanya yaitu sistem negatif yang bertendensi positif, maksudnya Negara tidak menjamin mutlak kebenaran data yang disajikan
dalam sertipikat, namun selama tidak ada orang lain yang mengajukan gugatan ke pengadilan yang merasa lebih berhak, maka data dalam sertipikat adalah tanda
bukti hak yang kuat pasal 19 ayat 2 UUPA. Bukti kita menganut sistem publikasi negatif bertendensi positif adalah
dilakukannya pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksaan Tanah A untuk hak milik, hak guna bangunan, dan hak pakai dan Panitia B untuk hak guna usaha
terhadap setiap permohonan pendaftaran tanah, artinya Kantor pertanahan tidak
116
Mhd Yamin Lubis Abdul Rahim Lubis, Op.Cit., halaman 173
Universitas Sumatera Utara
akan gegabah saja menerima permohonan pendaftaran tanah, tetapi selalu melalui suatu pemeriksaan oleh Panitia A atau Panitia B
117
. Dengan demikian apabila telah dilakukan pemeriksaan tanah sebagai
bagian dari proses pendaftaran tanah, maka akan jelas bahwa pemegang hak subjek maupun tanahnya objek telah terdaftar dan pemegang tersebut benar-
benar berhak atau mempunyai hubungan hukum dengan tanahnya. Bukti bahwa pemegang hak berhak atas tanahnya adalah pemberian tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat yang dinamakan sertipikat tanah. Dengan kata lain, hak-hak atas tanah dibukukan dalam buku tanah dan diterbitkan
sertipikat sebagai tanda bukti pemilikan tanahnya. Sertipikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dalam hal ini Kantor Pertanahan KabupatenKota merupakan bukti yang dianggap benar selama tidak dibuktikan sebaliknya, bahkan Pasal 32 ayat 2
Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 telah menegaskan bahwa apabila sertipikat sudah diterbitkan selama 5 lima tahun berturut-turut, maka apabila ada
pihak lain yang menggugatnya tidak dapat lagi melaksanakan gugatannya dan pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut menjadi
pemilik tanah yang sebenarnya, artinya sertipikat tersebut menjadi bertendensi positif dan tidak dapat
dilakukan gugatan terhadap hak atas tanah tersebut. Penjelasan pasal 32 ayat 1 PP 24 tahun 1997 disebutkan bahwa Sertipikat
merupakan tanda bukti yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima
117
Mhd Yamin Lubis Abdul Rahim Lubis, Op.Cit., halaman 174, dikutip dari AP. Parlindungan, Komentar Atas undang-undang pokok Agraria halaman 116.
Universitas Sumatera Utara
sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam sertipikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam buku
tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil dari buku tanah dan surat ukur tersebut.
Dengan adanya pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat, maka akan tercapailah kepastian hukum akan hak-hak atas tanah, karena data yuridis dan data
fisik yang tercantum dalam sertipikat tanah tersebut diterima sebagai data yang benar. Diterimanya sebagai data yang benar adalah baik dalam melaksanakan
perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam berperkara di pengadilan. Karena sertipikat sebagai alat pembuktian yang kuat di dalam bukti
pemilikan, maka sertipikat menjamin kepastian hukum mengenai orang yang menjadi pemegang hak milik atas tanah, dan kepastian hukum mengenai lokasi
dari tanah, batas serta luas suatu bidang tanah, dan kepastian hukum tersebut dapat diberikan perlindungan kepada orang yang tercantum namanya dalam
sertipikat terhadap gangguan pihak lain serta menghindarkan sengketa dengan pihak lain atau kepada siapa sertipikat itu berhak menguasainya
118
. Jaminan kepastian hukum tidak hanya ditujukan kepada orang yang
tercantum namanya dalam sertipikat sebagai pemilik tanah, tetapi juga merupakan kebijakan pemerintah dalam menciptakan tertib administrasi pertanahan yang
meletakkan kewajiban kepada pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah- tanah yang ada di seluruh Indonesia. Jika hukum memutuskan akan mendapatkan
pengakuan dan perlindungan terhadap pemilikan seseorang atas suatu barang,
118
Elviana Sagala, Op Cit., halaman 50
Universitas Sumatera Utara
maka hukum akan melindungi orang tersebut dari gangguan orang lain, karena disini hukum berhadapan dengan persoalan yang bersifat faktual, sehingga ukuran
untuk memberikan keputusan bersifat faktual juga. Sertipikat hak atas tanah merupakan perbuatan pemerintah bersegi satu
yang lahir karena hukum dan bersifat konkrit karena ditujukan bagi mereka yang tercantum dalam sertipikat tersebut serta tidak memerlukan instansi yang lain. Hal
ini berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang nomor 51 tahun 2009 tentang Peradilan tata Usaha Negara yang menyebutkan:
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.
Dengan demikian hubungan hukum antara orang dengan tanahnya melahirkan kepemilikan dan secara perdata pemilikan atas tanah oleh warga
masyarakat cukup dibuktikan dengan dasar penguasaan atau alas hak secara tertulis, namun dalam sistem Hukum Agraria, maka pemilikan tanah saja tidak
cukup untuk diberikan jaminan kepastian hukum oleh Negara Pemerintah, tetapi harus ditindaklanjuti dengan legalisasi hak atas tanah melalui proses penetapan
hak dan pendaftaran tanahnya yang hasilnya sertipikat tanah. Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 1997, maka tidak ada lagi yang berwenang mengeluarkan sertipikat selain instansi Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini Kantor
Pertanahan KabupatenKota dan Pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional memberikan perlindungan hukum dan Jaminan kepastian hukum bagi pemilik
Universitas Sumatera Utara
sertipikat hak atas tanah sesuai dengan aturan dalam pasal 19 UUPA dan pasal 3 dan 4 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997.
Apabila data diterima sebagai hal yang benar, maka terjaminlah kepentingan si pemilik tanah, artinya selain untuk mengetahui status sebidang
tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya, pendaftaran tanah juga berfungsi melindungi si pemilik.
Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 berusaha memberikan kepastian hukum terhadap pemilik atau yang menguasai tanah untuk melakukan
pendaftaran tanah. Hal ini terlihat dengan adanya sistem pendaftaran secara sporadis dan sistem pendaftaran secara sistematik. Dalam pendaftaran tanah yang
dilakukan dengan cara sporadis, pemilik tanah yang aktif untuk melakukan pendaftaran tanah
119
. Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan tanah
120
. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : a. pengumpulan dan pengolahan data fisik;
b. pembuktian hak dan pembukuannya; c. penerbitan sertipikat;
d. penyajian data fisik dan data yuridis; e. penyimpanan daftar umum dan dokumen
121
.
119
Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, halaman 169
120
Pasal 11 PP Nomor 24 tahun 1997
121
Pasal 12 1 PP Nomor 24 tahun 1997
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi : a. pendaftaran peralihan dan pembebanan hak;
b. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya
122
. Dari uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa fungsi sertipikat itu
adalah: 1. Sertipikat hak atas tanah berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19 ayat 2 huruf c Undang- undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960
2. Sertipikat hak
atas tanah
memberikan kepercayaan
bagi pihak
Bankkreditor untuk memberikan pinjaman uang kepada pemiliknya 3. Bagi Pemerintah, dengan adanya sertipikat hak atas tanah mempermudah
Pemerintah untuk melakukan perencanaan pembangunan dalam hal pengembangan kota karena data dan fungsi tanah dapat diperoleh dengan
mudah melalui Badan Pertanahan Nasional tingkat Pusat, Kanwil BPN di tingkat Provinsi dan Kantor Pertanahan di KabupatenKota.
4. Sertipikat akan bertendensi positif bila 5 tahun tidak ada gugatan maka tidak dapat lagi dilakukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32
ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, untuk itu Pemerintah harus melindungi dan wajib untuk mempertahankan kepemilikan hak-hak
atas tanah yang namanya tertulis dan fungsi peruntukannya dalam sertipikat tersebut
123
.
122
Pasal 12 2 PP Nomor 24 tahun 1997
123
Elviana Sagala, Op Cit., halaman 53
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan pada Bab I tesis ini, maka dapat dilihat bahwa pemilik sertipikat hak atas tanah
atas nama ‘X’ telah melakukan gugatan pidana terhadap pihak ‘Y’ yang dalam hal ini mengatasnamakan diri sebagai keturunan dari pemilik tanah ulayat Marga
Ujung, yang telah “dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak menjual, menukarkan, atau menjadikan tanggungan
sesuatu utang sesuatu hak rakyat dalam memakai tanah pemerintah atau tanah partikulir atau sesuatu rumah pekerjaan, tanaman atau bibit di tanah tempat orang
menjalankan hak rakyat memakai tanah itu, sedang diketahuinya bahwa orang lain berhak atau turut berhak atas barang itu”. Pihak yang menamakan diri pemilik
tanah ulayat dari marga Ujung ‘Y’ pada bulan April 2010 telah mendirikan membuat plang diatas tanahlahan dengan ukuran luas kurang lebih 300 meter
persegi milik ‘X’, yang bertuliskan “Tanah ini milik Marga Ujung” kemudian pada bulan Mei 2010 didirikan tembok permanen setinggi 1 satu meter, dan
mendirikan bangunan rumah permanen yang bertujuan untuk menetapkan menyatakan tanahlahan tersebut telah dikuasai oleh Marga Ujung dan
menyatakan sebagai keturunan dari pemilik ulayat tanah marga Ujung maka pihaK ‘Y’ mengklaim sebagai pemilik tanah lahan
tersebut padahal yang bersangkutan sama sekali tidak memiliki alas hak atas tanah lahan tersebut. Jika
penguasaan atas tanah dimaksud hanya didasarkan atas kekuasaan, arogansi atau kenekatan semata, pada hakekatnya penguasaan tersebut sudah melawan hukum.
Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 5 Tahun 1999, Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Hukum Adat, pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa Masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.
Kemudian dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Hak ulayat dan yang serupa itu dari masyarakat hukum adat untuk selanjutnya disebut hak ulayat,
adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para
warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul
dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun menurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.
Terhadap tanah yang diklaim masyarakat adat sebagai miliknya tidak memenuhi unsur yang terdapat di dalam pasal 1 ayat 1 tersebut diatas, karena terdapat
hubungan turun temurun yang terputus antara masyarakat hukum adat dengan wilayah yang bersangkutan, oleh
karena itu masyarakat hukum adat tidak memiliki kewenangan terhadap tanah tersebut.
Ayat 2 disebutkan Tanah ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Terkhusus untuk
bidang tanah yang dimiliki oleh ‘X’, bukan merupakan tanah ulayat dan tentunya diatasnya tidak terdapat hak ulayat.
Sertipikat hak atas tanah yang dimiliki oleh ‘X’ pemilik tanah dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri Kepala Sub Direktorat Agraria
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Dairi, tanggal 20 Nopember 1975 dan yang bersangkutan tidak pernah memindahtangankan tanah lahan tersebut kepada orang lain. Maka pemilik tanah
sudah menguasai tanah lahan tersebut sejak tahun 1975. Kemudian di tahun 2010 muncul pihak yang menamakan diri masyarakat adat marga Ujung dan mengklaim
dengan sangat yakin bahwa tanah lahan tersebut adalah milik ulayat marga Ujung. Padahal masyarakat adat Marga Ujung dalam hal ini diwakili ‘Y’ pada
dasarnya tidak memiliki alas hak sama sekali. Perbuatan ini jelas telah melanggar ketentuan hukum dan dapat diancam pidana sesuai dengan Pasal 2 Undang-
undang Nomor 51 tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah tanpa izin yang menyatakan Dilarang memakai tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang
sah
124
. Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, Pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa Pelaksanaan
hak ulayat sepanjang pada kenyataannya masih ada dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat.
Terhadap tanah yang diklaim sebagai milik masyarakat adat Marga Ujung ini, sebenarnya tidak memenuhi unsur yang ada didalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan
Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tersebut diatas, karena terhadap tanah tersebut sudah menjadi milik perorangan
dan sudah bersertipikat, dan bukan tanah milik ulayat lagi, sehingga hak ulayat tidak dapat dilaksakan lagi karena pada kenyataannya sudah tidak ada lagi. Oleh
124
Wawancara dengan Binahar Hutapea,Notaris Kabupaten Dairi, tanggal 20 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
karena itu ketika ada pihak yang mengklaim tanahlahan tersebut sebagai miliknya pada dasarnya tidak memiliki dokumen-dokumen legal yang bisa membuktikan
kepemilikan tanahnya. Mereka biasanya hanya bersandar pada kepemilikan historis mengandalkan kebiasaan-kebiasaan lokal. Kepemilikan tanah secara
adat hak ulayat tetap meninggalkan persoalan karena bukti-bukti tertulis, seperti sertipikat tanah, untuk memastikan kepemilikan tanah tidak lengkap bahkan tidak
ada sama sekali. Pemilik hak atas tanah tersebut, pada awalnya sudah mengupayakan
membicarakan secara adat dan kekeluargaan perihal penyerobotan tanahlahan tersebut kepada pihak yang menyatakan sebagai masyarakat adat marga Ujung,
tapi tetap disangkal dan tetap dikatakan bahwa tanah itu adalah tanah ulayat Marga Ujung. Karena upaya secara kekeluargaan dan secara adat tidak dapat
menemukan penyelesaian, maka akhirnya Pihak pemilik sertipikat hak atas tanah melaporkan Pihak yang mengaku pemilik ulayat Marga Ujung dalam hal ini atas
nama ‘Y’ ke Pihak Kepolisian. ‘Y’ didakwa dengan dakwaan alternatif yaitu 1
dikenakan pasal 385 ayat 1 KUHP atau 2 dikenakan pasal 2 UU nomor 51 prp
tahun 1960 tentang larangan pemakaian tanah tanpa izin. Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 385 ayat 1 KUHP yaitu 1
barang siapa; 2 dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain; 3 dengan melawan hak, menjual, menukar atau menjadikan tanggungan
utang sesuatu hak rakyat dalam memakai tanah pemerintah adat tanah partikulir atau sesuatu rumah, pekerjaan, tanaman atau bibit di tanah tempat orang
menjalankan hak rakyat. Dan ternyata unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 385
Universitas Sumatera Utara
ayat 1 KUHP telah dipenuhi, oleh karena itu dakwaan alternatif yang kedua tidak perlu dipergunakan lagi.
Disimpulkan bahwa terjemahan Pasal 385 ayat 1 KUHP adalah kejahatan Stellionnaat penggelapan atas barang-barang tidak bergerak. Berdasarkan fakta
yang terungkap di persidangan ternyata timbul suatu permasalahan yaitu mengenai pengsengketaan kepemilikan sebidang tanah dan hal ini tentunya masuk
ke dalam hukum perdata, namun sebagaimana fakta yang terungkap dalam persidangan, atas perbuatan Pihak yang menamakan diri Pemilik tanah ulayat
Marga ujung atas nama Junianto Ujung tersebut cukup bagi Majelis Hakim untuk menilai bahwa perbuatan Pihak Junianto Ujung tersebut adalah suatu
perbuatan yang tidak menghormati dan menghargai suatu hak orang lain atas pemilikan sebidang tanah.
Prinsipnya kepemilikan suatu barang yang tidak bergerak seperti tanah, hanya dapat dilihat dari suatu surat yang menyatakan bahwa tanah tersebut adalah
milik seseorang, sedangkan suatu sebab peralihan kepemilikan juga harus tertuang dalam surat tersebut, dan hal ini pula yang membedakan terhadap barang
bergerak, dimana prinsip pada kepemilikan barang bergerak yaitu yang menguasai benda bergerak tersebut adalah pemiliknya beziter adalah eigenaar.
Setelah proses pemeriksaan selesai sampai ke sidang di pengadilan, maka akhirnya Hakim Pengadilan Negeri Sidikalang memutuskan melalui Putusan
Nomor 232Pid.B2011PN.SDK bahwa ‘Y’ telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana “dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri dengan melawan hak memakai tanah di tanah orang
Universitas Sumatera Utara
lain menjalankan hak rakyat, sedang diketahuinya bahwa ada orang lain yang berhak atas tanah itu. Dan menjatuhkan pidana terhadap ‘Y’ dengan pidana
penjara selama 6 enam bulan. Pemidanaan bukanlah semata-mata pembalasan terhadap
perbuatan pihak
yang bersalah,
tetapi juga
bertujuan untuk
mempertahankan ketertiban dan rasa adil dalam masyarakat serta mendidik agar perbuatan yang salah tersebut tidak terulang lagi.
Dari putusan ini dapat dilihat bahwa terdapat perlindungan hukum dan kepastian terhadap pemilik sertipikat hak atas tanah. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 19 UUPA bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, tujuan pendaftaran tanah ialah dalam rangkaian menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan
rechtkadaster. Dengan memiliki sertipikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanah, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata.
Apabila suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikatnya secara sah atas nama orang atau Badan Hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad
baik dan secara nyata menguasai tanah tersebut, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut haknya, apabila
dalam jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat tersebut tidak mengajukan keberatan tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor
Pertanahan atau tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat. Inilah yang disebut Rechtsverwerking
125
.
125
Mhd.Yamin Lubis Abd.Rahim Lubis, Op.Cit., hlm 147
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu keefektivitas dari lembaga Rechtsverwerking tersebut terletak pada Hakim sebagai pemutus perkara para pihak yang bersengketa yang
menjadikan tanah yang sudah bersertipikat sebagai objek perkaranya, sebaliknya Hakim juga harus memperhatikan ketentuan tersebut karena Lembaga yang
berasal dari Hukum Adat maka lembaga dimaksud dinyatakan merupakan hukum yang hidup dalam kenyataan kehidupan dalam masyarakat
126
. Dengan demikian, jika hakim telah benar-benar memperhatikan dan
menerapkan ketentuan Rechtsverwerking tersebut dalam putusannya pada sengketa-sengketa pertanahan, maka dua kepentingan akan terpenuhi yakni
pertama kepentingan para pemilik sertipikat bahwa dengan memiliki sertipikat akan menjamin kepastian hukum baginya, kedua kepentingan bagi penguatan asas
publikasi negatif dalam pendaftaran tanah di Indonesia yang mengarah ke positif, sehingga sertipikat benar-benar merupakan alat pembuktian yang kuat dan tujuan
pendaftaran tanah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam pemilikan dan penguasaan atas tanah dapat
terpenuhi
127
. Hak-hak atas tanah berdasarkan sistem UUPA terikat kepada beberapa
asas atau prinsip, terutama asas menguasai Negara, asas kebangsaan prinsip nasionalitas, prinsip unifikasi, prinsip kesamaan kedudukan antara laki-laki dan
wanita untuk memperoleh hak atas tanah, prinsip terjadi dan hapusnya hak, prinsip fungsi sosial tanah, kewajiban-kewajiban subjek dalam penggunaan tanah
126
Ibid.
127
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan lain-lainnya. Semua asasprinsip dimaksud melekat pada masing-masing hak atas tanah tersebut
128
. Asas Fungsi sosial ditemukan pada pasal 6 UUPA dinyatakan bahwa
semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Menurut Penjelasan Umumnya yang dimaksud dengan fungsi sosial hak atas tanah adalah hak atas tanah apa pun
yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan
atau tidak
dipergunakan semata-mata
untuk kepentingan
pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada
haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyai maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Tetapi dalam
pada itu, ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum masyarakat. Undang Undang
Pokok Agraria
memperhatikan pula kepentingan-kepentingan
perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapai tujuan pokok :
kemakmuran, keadilan, dan kebahagian bagi rakyat seluruhnya pasal 2 ayat 3. Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak
atas tanah maka sertipikat tanah berfungsi sebagai pembuktian yang kuat. Sertipikat tanah merupakan tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya sepanjang data tersebut sesuai dengan data yang terdapat di dalam surat ukur dan
buku tanah yang bersangkutan.
128
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit., hlm26
Universitas Sumatera Utara
Dalam menyelenggarakan pendaftaran tanah sebagai kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah, maka kepentingan pihak-pihak yang dilindungi
adalah
129
: 1. Kepentingan pemegang hak atas tanah. Agar ia dengan mudah
membuktikan bahwa ialah yang berhak atas tanah yang bersangkutan. Caranya, dengan pendaftaran tanah maka akan diterbitkan surat tanda
bukti hak berupa sertifikat. 2. Kepentingan pihak lain. Kepentingan bagi calon pembeli dan calon
kreditur, agar mereka dapat dengan mudah memperoleh data yang dapat dipercayai
kebenarannya. Caranya,
karena administrasi
di Kantor
Pertanahan terbuka untuk umum, jadi siapapun yang berkepentingan bisa minta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT.
Tujuan hukum bukan hanya keadilan tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan. Pemenuhan keadilan dalam suatu peraturan perundang-undangan
belum cukup karena masih memerlukan syarat kepastian hukum. Kepastian hukum akan tercapai bila suatu peraturan dirumuskan secara jelas sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda serta tidak terjadi tumpang tindih antara peraturan yang ada, baik secara vertikal maupun horizontal. Mewujudkan
sistem hukum yang baik akan menjadi sebuah hal yang sulit jika substansi aturan yang mendasarinya pun terdapat kesimpangsiuran akibat ketidaksinkronan aturan
yang ada.
129
Aartje Tehupeiory, Op Cit., halaman 7
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui bahwa Hak kepemilikan atas tanah merupakan hubungan hukum kepemilikan secara hakiki diakui keberadaannya, dijunjung
tinggi, dihormati, dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun. Hak kepemilikan merupakan sumber kehidupan dan kehidupan bagi pemiliknya, oleh karenanya
orang yang mempunyai hak yang sah secara hukum harus mendapatkan perlindungan oleh negara.
Hak milik property rights merupakan suatu hak yang mempunyai hubungan kepemilikan yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan hak-hak
kepemilikan lainnya. Hubungan tanah dengan pemiliknya menimbulkan hak dan kewajiban maupun wewenang atas tanah yang dihaki.
Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria UUPA sebenarnya termaktub satu ketentuan akan adanya jaminan bagi setiap warga
Negara untuk memiliki tanah serta mendapat manfaat dari hasilnya pasal 9 ayat2
130
.
130
Benhart Limbong, Op Cit., halaman 265
Universitas Sumatera Utara
93
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN KANTOR PERTANAHAN DAN