tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih penguasaan dan tumpang tindih pemilikan tanah
145
.
D. Peran Lembaga Adat Sulang Silima Dalam Menangani Sengketa Pertanahan Di Kabupaten Dairi
Adat adalah merupakan pencerminan dari pada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang
bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri yang satu dengan yang lainnya tidak
sama. Justru karena ketidaksamaan inilah kita dapat mengatakan, bahwa adat itu merupakan unsur yang terpenting yang memberikan identitas kepada bangsa yang
bersangkutan
146
. Menurut C. Van Vollenhoven Adat adalah kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang tidak tertulis yang tidak mempunyai sanksi. Jika adat itu mempunyai sanksi akibat hukum maka disebut Hukum Adat, ini disebut juga
dengan teori Sanksi
147
. Dr. Sukanto mengartikan hukum adat sebagai kompleks adat-adat yang
kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifisir dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, jadi mempunyai akibat hukum
148
. Sedangkan Ter Haar menegaskan hukum adat lahir dan dipelihara oleh keputusan-keputusan, keputusan para warga
masyarakat hukum, terutama keputusan berwibawa dari kepala-kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum
149
, disebut juga dengan Teori Keputusan. Adat menjadi hukum melalui proses keputusan oleh para fungsionaris
145
Bernhard Limbong, Op.Cit., hlm 310
146
Surojo Wignjodipuro, Op.Cit., hlm 1
147
meganlaw.tumblr.comhukum20adat, diakses tanggal 26 Juli 2013, pukul 20.00 Wib
148
Surojo Wignjodipuro, Op.Cit., hlm 2
149
Ibid., hlm 3
Universitas Sumatera Utara
hukum dalam arti luas yang mempunyai kewibawaan serta mempunyai pengaruh dan dalam pelaksanaannya di taati dengan sepenuh hati.
Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga
menghasilkan kebudayaan. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial, yang menjadi wadah dari pola-pola interaksi sosial atau hubungan interpersonal
maupun hubungan antar kelompok sosial
150
. Menurut Ter Haar, bahwa masyarakat hukum persekutuan hukum
adalah: 1 kesatuan manusia yang teratur; 2 menetap di suatu daerah tertentu; 3 mempunyai penguasa-penguasa; 4 mempunyai kekayaan yang berwujud
ataupun tidak
berwujud; dimana
para anggota
kesatuan masing-masing
mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau
kecendrungan untuk
membubarkan ikatan
yang telah
tumbuh itu
atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-
lamanya
151
. Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat genealogis menurut
asas kedarahanketurunan ialah masyarakat hukum adat
yang anggota- anggotanya merasa terikat dalam suatu ketertiban berdasarkan kepercayaan bahwa
mereka semua berasal dari satu keturunan yang sama
152
. Jika diselidiki adat istiadat, maka terdapatlah peraturan-peraturan yang bersangsi yaitu kaidah-kaidah
yang apabila dilanggar ada akibatnya dan mereka yang melanggar dapat dituntut dan kemudian dihukum
153
.
150
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1983, hlm 91
151
Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat,Suatu Pengantar, PT. Pradnya Paramita Jakarta, 2003, hlm 22
152
Ibid.,hlm 23
153
Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Jakarta, CV.Rajawali,1981, hlm 2
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Pakpak mengenal hubungan Peradatan “Sulang Silima” yang agak mirip dengan “Dalihan Natolu” di masyarakat Toba dan “Sangkep
EnggelohRakut Sitellu” di masyarakat Karo. Adapun unsur sulang silima itu adalah
154
: 1. Sukut;
2. Dengan sebeltek Si kaka-en Saudara sekandung yang lebih tua 3. Dengan sebeltek Si kedek-en Saudara sekandung yang lebih muda
4. Kula-kula puang Kelompok pihak pengantin perempuan 5. Berru Kelompok pihak pengantin laki-laki.
Dalam masyarakat adat Pakpak yang masih sangat dipengaruhi oleh hukum adat, kepala adat sebagai pimpinan dari suatu lebbuh atau Kuta dari
marga-marga yang ada di Pakpak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan aturan-aturan adat yang ada pada masyarakat Pakpak
155
. Dulunya kepala adat di Pakpak disebut dengan Pertaki atau Kappung
Kepala Kampung dialah yang menjadi pimpinan dan penanggung jawab dari suatu lebbuh atau kuta dengan Sulang Silima sebagai pelaksana tugasnya, seiring
perkembangan zaman dan perkembangan daeran istilah Pertaki ini perlahan – lahan menghilang keberadaannya dan Sulang Silima yang dianggap sebagai ketua
154
Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi GKPPD_ Pakpak.mht, diakses tanggal 15 April 2013, pukul 15.15 Wib. Dalihan Natolu diakui sebagai Lembaga Adat Oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Tobasa dengan adanya Perda khusus tentang Lembaga adat Dalihan Natolu, yang fungsinya antara lain menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada
Pemerintah, menyelesaikan perselisihan masyarakat hukum adat, melestarikan adat istiadat. Sedangkan Sulang Silima belum ada Perda khusus dari Pemerintah Daerah, tetapi sebagai
Lembaga Adat yang ada dan diakui di dalam masyarakat, fungsinya memelihara dan melestarikan adat istiadat, menyelesaikan masalah di masyarakat adat, melindungi warisan adat.
155
Olivia Banurea, Op.Cit.,hlm 38
Universitas Sumatera Utara
adatnya. Lambat laun Sulang Silima juga mengalami
perubahan, Sulang Silima yang sekarang hanya beranggotakan dari marga – marga Pakpak yang ada
156
.
Pada sekarang ini istilah Pertaki atau Kappung kepala kampung sudah tidak dipergunakan lagi tetapi sudah diganti menjadi Kepala Desa sesuai dengan
Pengaturan Pemerintahan dalam Undang – undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dulunya dialah yang berkuasa penuh dalam pelaksanaan
hukum adat terutama masalah pertanahan setelah Pertaki atau Kappung Kepala Kampung tidak lagi digunakan yang berpengaruh saat ini adalah Sulang
Silima
157
. Sulang Silima yang menjadi penentu dan pembuat keputusan dan sumber
dari segala sumber hukum adat Pakpak yang menyangkut hukum pertanahan, hukum perkawinan, hukum pewarisan dan juga mengatur tentang kekerabatan
pada masyarakat Pakpak, dimana dalam pelaksanaannya diluar dari ke 5 lima unsur yang ada dalam Sulang Silima diangkatlah satu orang dengan marga yang
sama sebagai Kepala Adat, fungsi Kepala Adat disini hanyalah sebagai perantara masyarakat dengan ke 5 lima unsur Sulang Silima, kepala adat disini tidak
berhak untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan adat, kepala adat ini hanya berfungsi dengan baik pada saat acara – acara adat saja, sedang peranan dari
Sulang Silima sama dengan peranan Pertaki atau Kappung Kepala Kampung sebelumnya
158
. Ke 5 lima unsur yang ada di Sulang Silima bukan satu ketetapan yang mana isi dari ke 5 lima unsur masih merupakan satu keluarga
156
Ibid.
157
Olivia Banurea, Op.Cit.,
158
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dari satu garis keturunan Sulang Silima yang sekarang dikenal di Kabupaten Dairi dan masih dianggap keberadaannya adalah Lembaga Adat Sulang Silima yang
dibentuk dan anggotanya
dipilih sendiri oleh para marganya. Walaupun Sulang Silima ini menjadi satu kesatuan, tetapi di dalam
pembentukannya juga masih berdasarkan ke 5 lima unsur yang diharuskan tetapi sudah menjadi satu kesatuan bukan lagi berdasarkan keturunan keluarga satu
empungnya kakek. Adapun peranan dari Sulang Silima pada saat ini sangat terlihat dalam usaha untuk pengamanan amanah atau warisan tanah ulayat marganya
159
.
“Sulang Silima” tidak sama dengan masyarakat hukum adat, akan tetapi merupakan bentuk hubungan kekerabatan. “Sulang silima” adalah hubungan
kekerabatan kindship keluarga luas pada masyarakat Pakpak, yakni jaringan hubungan darah genealogical based relationship dan perkawinan. Berdasarkan
hubungan darah dapat diambil pengertian bahwa seseorang dinyatakan sebagai kerabat bila memiliki pertalian atau ikatan darah dengan seseorang lainnya, seperti
ayah dan anak atau kakak adik, dan senina denggan sebeltek. Selain dari hubungan darah, kekerabatan juga dibentuk karena perkawinan, yakni seorang
menjadi kerabat bagi yang lain atas ikatan perkawinan, contohnya kakak atau adik ipar, berru atau kula-kula. Lingkup kekerabatan tersebut biasanya paling kecil
adalah keluarga inti, lalu keluarga luas, dan komunitas. Setiap keluarga atau keluarga luas extended family Pakpak mengenal sulang silima, yakni sanina,
kula-kula, berru, kula-kula ni kula-kula, berru ni berru bere
160
.
159
Ibid.
160
http:m.suarakomunitas.netbaca17346serobot-lahan-perladangan-barisan-manik- 2.html, diakses tanggal 16 Mei 2013, Pukul 15.00 Wib
Universitas Sumatera Utara
Sulang silima merupakan struktur sosial dari satu satuan sosial, katakanlah keluarga luas. Pada masyarakat Pakpak, Sulang silima terbentuk karena hubungan
perkawinaan sehingga membentuk lima kelompok kekerabatan, yaitu denggan sebeltek atau senina semarga, kula-kula pemberi anak gadis, berru penerima
anak gadis, dan diperluas lagi kelompok kulakula ni kula dan berru ni berru bere
161
. Dalam setiap pengambilan keputusan adat, misalnya saat kelahiran,
perkawinan dan kematian pada masyarakat Pakpak selalu melibatkan seluruh kelompok kekerabatan tersebut. Hubungan kekerabatan Sulang silima adalah
abstrak, tidak bisa dilihat mata, namun hubungan dan peran antara kelompok kekerabatan tersebut dapat terlihat dalam interaksi sosial pada aktifitas adat. Bila
ada perbuatan – perbuatan hukum serta permasalahan mengenai tanah marga, maka penyelesaian diserahkan kepada Sulang Silima sebagai lembaga adat
tertinggi suku Pakpak pada masa sekarang ini. Terhadap permasalahan sengketa tanah antara ‘X’ dengan Pihak yang
menamakan diri masyarakat adat, Lembaga adat Sulang silima Marga Ujung Kabupaten Dairi sudah berusaha untuk menjadi fasilitator penyelesaian sengketa
tanah yang ada dengan mengupayakan penyelesaian secara musyawarah dan adat istiadat
162
. Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Kabupaten Dairi ‘Raja Ardin Ujung’ menyatakan bahwa memang tanah yang dimiliki oleh ‘X’
memang dulunya adalah tanah ulayat marga Ujung, tapi pada tahun 1975 telah ada penyerahan dari Lembaga adat kepada ‘X’, lalu ‘X’ melakukan pendaftaran tanah
161
Ibid.
162
Wawancara dengan Raja Ardin Ujung, Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung, Tanggal 4 April 2013
Universitas Sumatera Utara
dan terbitlah sertipikat Hak Milik. Maka jika terhadap tanah yang sudah bersertipikat hak milik atas nama ‘X’ tersebut, ada pihak yang menamakan diri
sebagai pemiliknya dan melakukan pengambilalihan tanah secara tidak berdasar maka hal tersebut merupakan arogansi dan tentu saja telah melawan hukum.
Fungsi lembaga adat Sulang Silima di Kabupaten Dairi mempunyai kemiripan dengan Lembaga adat Dalihan Natolu di Kabupaten Toba Samosir,
tetapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir telah memberikan pengakuan terhadap lembaga adat Dalihan Natolu dengan memberlakukan Peraturan Daerah
Kabupaten Toba Samosir Nomor 13 tahun 2000 tentang pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat
163
. Perda nomor 13 tahun 2000 tersebut mengatur hal yang menjadi hak dan
kewengan Lembaga adat Dalihan Natolu, salah satunya adalah hak dan wewenang untuk mewakili masyarakat hukum adat Batak Toba ke luar guna menyelesaikan
persoalan yang menyangkut kepentingan mereka termasuk masalah tanah, guna meningkatkan kemajuan dan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.
Mengingat masih kuatnya pengaruh hukum adat terhadap dinamika kehidupan masyarakat hukum adat Batak Toba hingga saat ini, pemerintah Kabupaten Toba
Samosir berupaya memberdayakan dan melestarikan Lembaga Adat Dalihan Natolu. Tujuannya supaya lembaga adat ini dapat berperan aktif dalam membantu
pemerintah. Di Kabupaten Dairi sendiri belum ada Peraturan daerah yang khusus mengatur Lembaga Adat Sulang Silima. Lembaga Adat ini masih sebatas
Lembaga yang ada dan diakui di masyarakat Pakpak.
163
Elsa Syarif, Op Cit., halaman 271
Universitas Sumatera Utara
120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN