1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri satu sama lain. Mereka saling berinteraksi dalam keseharian untuk memenuhi
kebutuhan satu sama lain. Hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih dan memiliki ketergantungan yang saling membutuhkan satu sama
lain secara konsisten disebut dengan hubungan interpersonal Sarwono, 2009.
Hubungan interpersonal memiliki bermacam-macam bentuk, salah satunya adalah relasi romantis romantic relationship. Relasi romantis ini
merupakan salah satu tugas perkembangan individu yaitu mencari pasangan. Tugas perkembangan ini juga harus dipenuhi oleh individu dewasa muda
Papalia, Olds Feldman, 2007 . Erikson dalam Santrock, 1994 menyatakan bahwa masa dewasa
awal adalah masa keintiman versus isolasi. Erikson menambahkan bahwa dalam masa ini individu menjalin relasi dengan orang lain. Pada masa dewasa
awal, seseorang akan mencoba untuk menjalin hubungan baik dengan sesama. Hal ini di tambahkan pula oleh Havigurst dalam Hurlock, 1990 yang
menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang menjadi karakteristik masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup. Individu memilih
pasangan hidup mengawalinya dengan menjalin hubungan romantis antara
2
dua individu yang berlawanan jenis yang disebut sebagai berpacaran romantic relationship. Hubungan berpacaran ini memiliki dinamika antara
dua orang yang berbeda karakteristik yang menyebabkan timbulnya permasalahan. Permasalahan yang biasa terjadi dalam hubungan berpacaran
salah satunya adalah masalah cemburu. Cemburu jealousy merupakan suatu pengalaman dengan adanya
ancaman pada hubungan romantis dan menyebabkan adanya perilaku yang dirancang untuk dapat tetap mempertahankan hubungan dengan pasangannya
De Silva dalam Easton Shackelford, 2009. Cemburu dapat pula didefinisikan sebagai suatu respons terhadap ketidaksetiaan partner, baik yang
bersifat nyata maupun imajinasi. Rasa cemburu muncul ketika seseorang merasa terancam akan kehilangan hubungan yang disebabkan oleh orang
yang dianggap sebagai pesaingnya. Kecemburuan pada individu muncul ketika menjalani hubungan bersama pasangannya yang diliputi dengan
perasaan takut, curiga, tidak percaya, cemas, marah, merasa dikhianati, merasa ditolak, terancam dan merasa kesepian Brehm, 1992. Cemburu
dapat pula didefinisikan sebagai suatu respon permusuhan secara emosional yang nyata terhadap pasangan
dan potensi akan adanya ketertarikan pada pihak ketiga Bringle Buunk, 1986.
Cemburu meliputi keseluruhan emosi seperti merasa cemas, takut, merasa tidak aman, marah, sedih, iri, merasa bersalah dan frustasi Zammuner
Fischer dalam Bevan Hale, 2006. Cemburu terdiri dari komponen emosional dan kognitif. Pfeiffer dan Wong menunjukkan bahwa
3
kecemburuan emosional meliputi emosi negatif dari iri hati, kecemasan, ketidaknyamanan, kemarahan, kecemburuan, ketakutan, ktidaknyamanan,
kekhawatiran dan kekecewaan Bevan Hale, 2006. Secara konsisten,
penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki kecemburuan yang sangat besar secara emosional walaupun tidak menutup kemungkinan wanita juga
memiliki kecemburuan secara seksual. Prof. Heymans Kartono, 2006 menyatakan bahwa kaum wanita memiliki perasaan yang pada pengalaman-
pengalaman tertentu sehingga mempunyai emosional yang sangat kuat. Wanita yang memiliki emosi yang kuat akan lebih cepat bereaksi dan lebih
cepat untuk berkecil hati, bingung takut dan cemas. Hal ini menyebabkan wanita lebih mudah merasa depresi. Kecemburuan emosional pada wanita
akan berdampak negatif pada wanita tersebut. Cemburu merupakan salah satu dari tiga prediktor yang kuat terhadap
kekerasan pada wanita O’Leary, Slep, O’Leary, 2007. Cemburu memiliki
konsekuensi secara positif dan negatif. Efek cemburu secara positif dapat dilihat sebagai bentuk cinta, afeksi, perhatian dan kesetiaan terhadap
pasangan Salovey Rodin, 1985. Namun di sisi lain, kecemburuan yang tinggi akan menimbulkan adanya kekerasan, perceraian dalam rumah tangga
bahkan sampai kepada kematian Buss, 2000. Adanya kasus kematian yang disebabkan adanya perasaan cemburu
dilakukan oleh Melanie Jane Smith. Dalam kasus ini Smith membunuh seorang wanita bernama Shiers. Pembunuhan ini dilakukan dengan cara
menyulut api dari luar kamar yang menyebabkan kebakaran di tempat
4
kediaman Shiers dan meninggal karena menghirup asap tersebut. Hal ini disebabkan adanya kecemburuan pada Smith yang menuduh Shiers telah
berhubungan seksual dengan kekasihnya di sadur dari The Telegraph News 9:19PM 10 Apr 2001.
Kasus lain berasal dari seorang wanita bernama Yuliati 25 yang berasal dari Semarang yang merasa curiga dan cemburu karena pasangannya
masih memiliki hubungan dengan mantan istrinya. Kecemburuan ini menyebabkan Yuliati menaiki Tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
Sutet setinggi 50 meter pada tanggal 7 September 2013 Di sadur dari Okezone.news 13:05 Wib.
Berdasarkan data dari Komnas Perlindungan Anak yang menerima pengaduan sebanyak 2.518 kasus perceraian pada tahun 2011. Kasus
perceraian ini terdapat 819 kasus yang penyebab utamanya adalah kecemburuan dan lebih dari setengah kasus perceraian tersebut digugat oleh
wanita disadur dari Gresnews pada Kamis, 29 Maret 2012, 19:10:07 WIB. Kasus tersebut mendukung data survey Danastri dkk, 2013 yang didapatkan
hasil bahwa dari 96 perempuan terdapat 3 orang yang tidak pernah cemburu dan 11 dari 93 perempuan menyatakan bahwa mereka sangat sering cemburu.
Dari hasil survei secara keseluruhan diketahui bahwa sebagian besar perilaku dan karakteristik saingan yang menyebabkan wanita cemburu antara lain
pasangan yang masih memiliki hubungan dan menceritakan mengenai mantan kekasih atau masa lalu, perilaku pasangan yang berlebihan terhadap lawan
jenis secara emosional, subjek yang tidak mendapat perhatian, pasangan yang
5
melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, pasangan yang menghabiskan banyak waktu dengan subjek dan karakter saingan yang memiliki nilai lebih
pada penampilan dan kemampuan inteligensi, serta perilaku saingan yang agresif terhadap pasangan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kecemburuan romantis dikaitkan dengan sejumlah dampak negatif seperti depresi,
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan ketidakpuasan dalam berelasi Pines Aronson, 1983. Pernyataan tersebut juga didukung Guerrero and
Jorgensen 1991 dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa kecemburuan berhubungan negatif dengan kelanggengan pernikahan dan berhubungan
positif dengan masalah perceraian atau perpisahan. Kecemburuan pada wanita merupakan suatu tanda bahwa pasangan
mereka mungkin
memiliki keterlibatan
secara emosional
dan menginvestasikan sumber daya yang dimiliki kepada wanita lain Buss dalam
EastonShackelford, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa wanita memiliki kecemburuan yang sangat besar secara emosional dibandingkan dengan pria
Sagarin dalam EastonShackelford, 2009. Dalam penelitian Easton dan Shackelford 2009 memprediksikan bahwa wanita memiliki presentase yang
sangat besar dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki kecemburuan yang tidak wajar akan menggunakan benda yang terdekat yang menimbulkan
adanya kekerasan, mencoba untuk membunuh dan ketika ia benar-benar membunuh pasangannya. Hal ini didukung dengan adanya penelitian bahwa
6
wanita dua kali lebih banyak melakukan pembunuhan dibandingkan pria yang diakibatkan adanya kecemburuan Harris, 2004
Penelitian dari Miler dalam Wisnuwardani, 2002 menunjukkan bahwa cemburu disebabkan
oleh siapa dan apa yang membuat individu tersebut cemburu. Hansen dalam Bringle dan Buunk 1991 menyebutkan
bahwa kecemburuan juga dapat disebabkan oleh hobi, teman-teman pasangan, pekerjaan, bahkan karena keluarga pasangan. Buunk dalam
Brehm, 1992 menambahkan bahwa wanita merasa cemburu karena keyakinan pada dirinya bahwa apabila hubungan dengan pasangannya
berakhir, ia akan sulit mendapatkan hubungan lain. Hal ini juga ditambahkan oleh Guerrero dan Andersen 1998 yang menyatakan bahwa kecemburuan
cenderung terjadi ketika orang menduga bahwa mereka memiliki resiko kehilangan makna dalam suatu hubungan.
Menurut Miller dalam Wisnuwardani, 2002 tinggi rendahnya kecemburuan individu terkait beberapa hal
yang berhubungan dengan ketergantungan dependency dalam hubungan dengan pasangan. Salah satu
bentuk ketergantungan itu adalah gaya attachment dimana individu yang membutuhkan perhatian akan lebih mudah cemburu dibandingkan dengan
individu yang mandiri .
Bowlby dalam Wigman, Archer Kevan, 2008 mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan kedekatan emosional antara anak dan pengasuhnya.
Adapun kelekatan ini berkaitan atau berkelanjutan hingga individu memiliki hubungan di masa dewasa dengan orang lain. Secara umum kualitas dalam
7
hubungan pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi selama masa kanak-kanak, khususnya dalam hubungan anak-pengasuh Collins
Read, 1990. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Hazan dan Shaver dalam Collins Read, 1990 yang menyatakan bahwa penggunaan teori
kelekatan bayi digunakan sebagai kerangka kerja untuk meneliti bagaimana hubungan cinta dewasa terkait dengan interaksi orang tua-anak pada masa
awal. Kelekatan ini terdiri dari dua tipe yaitu kelekatan yang aman dan tidak aman.
Hazan dan Shaver mulai menerjemahkan tipologi yang dikembangkan oleh Ainsworth et al. dalam Collins Read, 1990 bahwa terdapat tiga jenis
kelekatan pada hubungan orang dewasa. Dalam penelitiannya tersebut terdapat kategori yang mencirikan diri responden yaitu kelekatan aman
secure, kelekatan cemas anxiety dan kelekatan menghindar avoidant. Individu yang memiliki kelekatan aman memiliki hubungan yang ditandai
dengan kebahagiaan, kepercayaan, dan persahabatan, sedangkan individu yang memiliki kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang ditandai oleh
emosi tinggi dan rendah, kecemburuan, dan obsesif terhadap pasangan mereka. Orang dewasa dengan kelekatan cemas memiliki keragu-raguan yang
berlebihan pada dirinya dan merasa disalahpahami oleh orang lain, sedangkan orang dewasa aman merasa disukai dan percaya bahwa orang lain secara
umum memiliki tujuan dan niat yang baik. Seseorang yang memiliki gaya kelekatan yang aman memiliki harga
diri yang tinggi sehingga ia merasa aman untuk berhubungan dengan orang
8
lain sehingga ia akan lebih menghargai komitmen dan akan membentuk hubungan yang lama serta menghindari permusuhan atau konflik. Hal ini
menunjukkan bahwa kelekatan aman memiliki kecemburuan yang kecil dikarenakan individu merasa nyaman dalam hubungan interpersonal Baron
Bryne, 2005. Seseorang yang memiliki gaya kelekatan tidak aman akan cenderung
memiliki perasaan yang kurang nyaman dalam menjalani hubungan dengan pasangannya sehingga mereka tidak memiliki kepercayaan yang besar
terhadap pasangannya serta tidak memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasangannya yang menyebabkan mereka tidak terlalu menginginkan
hubungan yang terlalu dekat atau intim terhadap pasangannyaBaron Bryne, 2005.
Seseorang yang memiliki gaya kelekatan kecemasan cenderung memberikan segalanya bagi pasangan yang ia cintai. Mereka memiliki kadar
kecemasan yang tinggi yang karena mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain yang mencintai dirinya dan meninggalkannya. Mereka
khawatir pasangannya tidak mencintai dirinya seperti ia mencintai pasangannya yang menyebabkan ia merasa cemas, takut akan kehilangan
orang yang ia sayangi sehingga timbullah rasa cemburu yang berlebihan terhadap pasangannya Baron Bryne, 2005.
Penelitian Bringle dan Evenbeck dalam Mathes, Phillips, Skowran Dick III, 1982 menunjukkan bahwa skala self-report Jealousy berkorelasi
9
positif dan signifikan dengan indikasi harga diri yang rendah, kecemasan, ketidakpuasan dalam hidup.
Menurut Rydell dan Bringle 2007 kecemburuan terdiri dari dua jenis yaitu kecemburuan reaktif dan kecemburuan dengan curiga. Kecemburuan
reaktif harus lebih erat berkaitan dengan faktor eksternal misalnya, ketergantungan,
situasi sosial,
hubungan kepercayaan,
sedangkan kecemburuan dengan curiga berkaitan erat dengan faktor internal misalnya,
ketidakamanan, harga diri. Hal ini juga ditambahkan Mathes dan Savera 1981 bahwa salah satu bentuk spesifik dari ketidakamanan dan kesepian di
masa lalu mengakibatkan peningkatan pada kecemburuan. Buunk, Guerrero, Sharpsteen dan Kirkpatrick dalam Knobloch,
Solomon Cruz, 2001 menyatakan bahwa kecemasan dalam suatu hubungan secara khusus meningkatkan kecemburuan yang dialami. Secara
konsisten penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki gaya kelekatan cemas lebih cemburu dibandingkan dengan orang-orang yang
memiliki gaya kelekatan yang aman. Penelitian menyatakan bahwa wanita lebih banyak memiliki kelekatan yang cemas dibandingkan dengan pria yang
identik dengan kelekatan menghindar MikulincerGoodman, 2006. Dari berbagai penelitian, peneliti menarik kesimpulan bahwa gaya
kelekatan tidak aman merupakan salah satu penyebab adanya kecemburuan pada individu yang mempengaruhi kualitas hubungan dengan pasangannya.
10
Dengan demikian, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara kecemburuan yang terjadi pada wanita yang menjalin hubungan berpacaran
dengan gaya kelekatan yang dialami oleh pasangan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH