Uji Autokorelasi Uji Multikolinieritas

linier dan tidak bias Gujarati, 1999:153. Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, sebagai berikut :

4.3.2.1. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Watson dengan jumlah variabel bebas k dan jumlah data n sehingga diketahui d L dan d U maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada tidaknya autokorelasi. Gujarati, 1999:201 k = 2 n = 15 d L = 0,9455 d U = 1,5432 Lampiran 7 d = 2.002 Lampiran 5 Gambar 4.5 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi Sumber : Gujarati Pada Kurva ini di atas menunjukkan bahwa nilai d yang dihasilkan berada diantara d U 1,5432 dengan 4-d U 2,4568 atau berada pada daerah tidak autokorelasi sehingga asumsi autokorelasi terpenuhi. Ada autokore lasi positif Daerah keragu- raguan Daerah keragu- raguan Ada autokore lasi negatif Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif 0,945 d L 1,543 d U 2,456 4-d U 3,054 4-d L 4 2,002 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.2.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variable independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variable independent lainnya. Prasetyo, tt:28. Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang seharusnya tidak terjadi pada korelasi diantara variabel independen. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF yaitu : a. Jika besaran VIF 10 maka terjadi multikolinearitas b. Jika besaran VIF 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Adapun nilai VIF yang dihasilkan oleh ketiga variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.6 : Nilai VIF No. Variabel Bebas VIF 1. 2. 3. Return On Equity X 1 Return On Assets X 2 Earning Per Share X 3 56,671 66,572 3,032 Sumber : Lampiran 4 Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel Return On Equity X 1 dan Return On Assets X 2 lebih dari 10, maka dapat dikatakan bahwa antar variabel tersebut terjadi multikolinieritas. Menurut Gujarati 1999:210 Ada beberapa cara untuk mengatasi kolinearitas ganda Multicollinearity yaitu : a. Adanya informasi sebelumnya a prior information Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Menggabungkan data cross section dengan berkala time series c. Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan kesalahan spesifikasi. Salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan ialah mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi dengan variabel lainnya. d. Transformasi variabel-variabel Model transformasi yang digunakan adalah model regresi dalam bentuk perbedaan pertama. Transformasi atau perubahan bentuk menjadi perbedaan pertama menimbulkan persoalan misalnya tidak memenuhi salah satu asumsi daripada model regresi linear. e. Penambahan data baru Kadang dengan hanya sekedar meningkatkan ukuran sampel , bisa mengurangi masalah kolinearitas. Pada penelitian ini, cara yang digunakan untuk mengatasi multikolinieritas adalah mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi dengan variabel lainnya, dan variabel yang dikeluarkan adalah Return On Assets X 2 dengan nilai VIF tertinggi yaitu sebesar 66,572. Tabel 4.7 : Nilai VIF Setelah Pengujian Ulang No. Variabel Bebas VIF 1. 2. Return On Equity X 1 Earning Per Share X 3 1.203 1.203 Sumber : Lampiran 5 Pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel Return On Equity X 1 dan Earning Per Share X 3 kurang dari 10, maka Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dapat dikatakan bahwa antar variabel tersebut tidak terjadi multikolinieritas.

4.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

10 166 91

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS), Financial Leverage, dan Proceed Terhadap Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 57 118

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Analisis Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 33 86

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 19