Kegunaan Jaringan Kerja PERT Program Evaluation and Review Technique

1. Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemberian lambing pada network diagram adalah Tubagus H.A, 1997 ; 15 2. Bila nomor-nomor peristiwa terdiri dari bilangan, angka nomor peristiwa awal harus lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir, baik untuk kegiatan maupun dummy. 3. Bila nomor-nomor peristiwa terjadi dari huruf, maka nomor peristiwa dalam sebuah network diagram tidak boleh ada yang sama. 4. Antara dua buah peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan saja atau saru dummy saja. 5. Satu anak panah hanya melambangkan satu kegiatan saja. 6. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.

2.5. Kegunaan Jaringan Kerja

Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengenali jalur kritis critical path dalam hal ini adalah jalur elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. 2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek. 3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau dilaksanakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.6. Metode CPM

Critical Path Method Metode lintasan kritis CPM Critical Path Method pertama kali digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal waktu dan biaya proyek. Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.

2.6.1. Terminologi dalam CPM

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal normal estomate dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat crash estimate. Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.

2.6.2. Menentukan Waktu Penyelesaian

Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut : 1. E earliest event occurence time = Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa. 2. L Latest event occurence time = Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. 3. ES earliest activity start time = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. 4. EF earliest activity finish time = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan. EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya 5. LS latest activity start time = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. 6. LF latest activity finish time = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian proyek. 7. t activity duration time = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan hari, minggu, bulan. Sifat atau syarat umum jalur kritis : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E1 = L1 =0 b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF c. Foat Total : TF = 0 2.6.3. Cara Perhitungan CPM Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event start dan satu terminal event finish. Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke- nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES. Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju forward computation dan perhitungan mundur backward computation. 2. Hitungan Maju Dimulai dari Start initial event menuju Finish terminal event untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan EF, waktu tercepat terjadinya kegiatan ES dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa E. 3. Hitungan Mundur Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan LF, waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan LS dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi L. Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Gambar 2.7. Network Diagram Event Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Keterangan: a = ruang untuk nomor event b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event E dan kegiatan ES yang merupakan hasil perhitungan maju c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event L dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut: 1 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 3 A B C D E F Gambar 2.8. Network Diagram Proyek Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya: A. Perhitungan Maju Aturan Pertama Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya predecessor telah selesai. E1 = 0 Aturan Kedua Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya. EFi-j = ESi-j + t i-j Maka : EF1-2 = ES1-2 + D = 0 + 2 = 2 EF2-3 = ES2-3 + D = 2 + 5 = 7 EF2-4 = ES2-4 + D = 2 + 3 = 5 EF3-5 = ES3-5 + D = 7 + 6 = 13 EF4-5 = ES4-5 + D = 5 + 4 = 9 Aturan Ketiga Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal ES kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal EF yang terbesar dari kegiatan terdahulu. Misalnya: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a b c d Gambar 2.9. Network Perhitungan Maju Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Bila EFc EFb EFa, maka ESd = EFc Maka: EF5-6 = EF4-5 + D = 13 + 3 = 16 Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF Kegiatan Kurun Waktu Hari t PALING AWAL I j Mulai ES Selesai EF 1 2 3 4 5 1 2 2 2 2 3 5 2 7 2 4 3 2 5 3 5 6 7 13 4 5 4 5 9 5 6 3 13 16 Sumber : Alberto D. Pena. 1997 Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah selama 16 minggu. B. Perhitungan Mundur Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Aturan Keempat Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan. LSi-j = LFi-j – t Maka LS5-6 = EF5-6 – D = 16 – 3 = 13 LS4-5 = EF4-5 – D = 13 – 4 = 9 LS3-5 = EF3-5 – D = 13 – 6 = 7 LS2-4 = EF2-4 – D = 9 – 3 = 6 LS2-3 = EF2-3 – D = 7 – 5 = 2 Aturan Kelima Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir LF kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir LS kegiatan berikutnya yang terkecil. a b c d Gambar 2.10. Network Perhitungan Mundur Sumber : Alberto D. Pena. 1997. Project Preparation and Analysis for Local Jika LSb LSc LSd maka LFa = LSb Sehingga: LF1-2 = LS2-3 = 2 dan LS1-2 = EF1-2 – D = 2 – 2 = 0 Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. KEGIATAN KURUN WAKTU t PALING AWAL PALING AKHIR i J MULAI ES SELESAI EF MULAI LS SELESAI LF 1 2 3 4 5 6 7 1 2 2 2 2 2 3 5 2 7 2 7 2 4 3 2 5 6 9 3 5 6 7 13 7 13 4 5 4 5 9 9 13 5 6 3 13 16 13 16 Sumber : Alberto D. Pena. 1997 C. Perhitungan Slack atau Float Aturan Keenam Slack Time atau Total Slack TS = LS – ES atau LF – EF Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Slack Sumber : Alberto D. Pena. 1997

2.7. PERT Program Evaluation and Review Technique

KEGIATAN KURUN WAKTU t AWAL AKHIR TOTAL SLACK TS i j ES EF LS LF 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 2 2 2 2 3 5 2 7 2 7 2 4 3 2 5 6 9 4 3 5 6 7 13 7 13 4 5 4 5 9 9 13 4 5 6 3 13 16 13 16 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pengelolaan proyek – proyek berskala besar yang berhasil memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati – hati dari berbagai aktivitas yang berkaitan. Untuk itu telah dikembangkan prosedur – prosedur formal yang didasarkan atas penggunaan network jaringan dan teknik – teknik network. Prosedur yang paling utama dari prosedur – prosedur ini dikenal sebagai PERT Program Evaluation and Review Technique Namun kecenderungan pada dewasa ini adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut menjadi apa yang biasa dikenal dengan dengan PERT-type system. Seperti telah diterangkan di atas, PERT- type system menggunakan network jaringan kerja untuk menggambarkan interelasi antara elemen- elemen proyek. Gambar jaringan rencana proyek ini memperlihatkan seluruh kegiatan aktivitas yang terdapat di dalam proyek tersebut serta logika ketergantungannya satu sama lain. Budi Santosa,1999;21. 2.8. Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau SPA Saat Paling Awal-nya sama dengan SPL Saat Paling Lambat. Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut. Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari Tubagus H.A, 1997 ; 15 . Sifat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat tidak ada mulai paling awal dan tidak ada mulai paling lambat dan harus selesai pada satu saat tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan atau secara formulatif. SPA i = SPL i SPA j = SPL j Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka berlaku rumus: SPA i + L = SPL i SPA j + L = SPL j Keterangan : L = lama kegiatan kritis SPA i = saat paling awal peristiwa awal SPL i = saat paling lambat peristiwa awal SPA j = saat paling awal peristiwa akhir SPL j = saat paling lambat peristiwa akhir Dari uraian diatas dapat disimpulkan : 1. Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis. 2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis mungkin kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis. 3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. SPA i + L = SPL i atau SPA j + L = SPL j Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis. Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 2. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek. 3. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari semua lintasan yang ada. Syarat umum jalur kritis adalah : 1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E1 = L1 = 0. 2. Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF. 3. Float Total : TF = 0. Sehubungan dengan lintasan kritis suatu proyek, perlu diperhatikan bahwa : 1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. 2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis. 3. Kelonggaran waktu slack terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak merupakan bagian “jalur kritis”. Ini memungkinkan kita untuk mengadakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan “kritis”.

2.9. Analisis Biaya Proyek

Dokumen yang terkait

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK MENYUSUN KURVA S UNTUK PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK MENYUSUN KURVA S UNTUK PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN JAVA.

0 3 11

TINJAUAN PUSTAKA MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK MENYUSUN KURVA S UNTUK PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN JAVA.

0 2 8

KESIMPULAN DAN SARAN MEMBANGUN SISTEM INFORMASI UNTUK MENYUSUN KURVA S UNTUK PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN JAVA.

0 3 56

Studi Penjadwalan Dengan Menggunakan Metode Penjadwalan Linier Pada Proyek Gedung Bertingkat.

2 11 36

Studi Analisis Dengan Menggunakan Metoda Penjadwalan Linier Pada Proyek Perumahan.

0 0 24

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA "S" PADA PROYEK PEMBUATAN COLD STORAGE (CONDENCING UNIT) DI CV. BINA TEKNIK - SIDOARJO.

8 16 99

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA “S” PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG SEKOLAH SMP BARUNAWATI SURABAYA OLEH PT. BRAJA MUSTI SURABAYA.

10 36 93

Perbandingan Penjadwalan Proyek Menggunakan Kurva “S” dan CPM Network pada Proyek “X” di Surabaya | Sulistio | JURNAL DIMENSI UTAMA TEKNIK SIPIL 6191 11705 1 PB

0 1 8

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) DAN ANALISIS KURVA "S" PADA PROYEK PEMBUATAN COLD STORAGE (CONDENCING UNIT) DI CV. BINA TEKNIK - SIDOARJO

0 3 16

EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM DAN ANALISIS KURVA “S” PADA PROYEK STUDI DETAIL DESAIN PANTAI LES TEJAKULA DI KAB BULELENG BALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

0 0 17