53
seks pranikah memiliki variasi yang yang rendah, atau dengan kata lain skor pada masing-masing kelompok responden cenderung seragam.
Dengan menggunakan rumus rating scale azwar 2004 didapatkan hasil bahwa kategori harga diri adalah sebagai berikut:
X μ-1,0σ
: rendah
μ-1,0σ ≤ X μ+1,0σ : sedang μ+1,0σ ≥ X
: tinggi
Keterangan : X : hasil jawaban responden
μ : mean teoritis 12 skor maksimal item +skor minimal itemK σ : satuan standar deviasi [16xskor maksimal subyek-skor minimal
subyek] Skor maksimal subyek : 4 x 42 :168
skor minimal subyek : 1x 42 : 42 μ = ½ 4+142 = 105
σ = 16 168-42 = 21 X 105-1,021 = 84
84 ≤ X 105+1,021 =126 84 ≤ X 126
126 ≥ X Dengan demikian kategori harga diri adalah
Rendah = 83 - 21 Sedang = 125 - 84
Tinggi = 168 - 126
54
Tabel 4.7 Kategori Harga diri
KATEGORI Total
Tinggi Sedang
Rendah 168-126
125-84 83-21
SEKS Tidak
3 47
50 6
94 100
Ya 1
21 28
50 2
42 56
100 Total
1 24
75 100
1 24
75 100
Tabel diatas menjelaskan bahwa kategori rendah berada pada mean 83-21, kategori sedang pada mean 125-84, dan kategori tinggi pada mean
168-126. Dari 100 responden yang berpartisipaasi dalam penelitian ini, ada 75 yang memiliki harga diri rendah, 24 yang memiliki harga diri
sedang dan 1 yang memiliki harga diri tinggi. Subyek wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah banyak yang berada pada
kategori harga diri rendah, yaitu 28 orang dengan rerata 56 , tetapi subyek wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks
pranikah juga berada pada kategori harga diri rendah dengan jumlah yang lebih banyak, yaitu 47 orang dengan rerata 94,0.
Kedua kelompok subjek diidentifikasi sama-sama memilliki harga diri yang rendah tetapi tingkat harga diri wanita dewasa awal yang
melakukan hubungan seks pranikah lebih tinggi daripada wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini semakin
memperkuat bahwa hipotesis diterima yaitu, terdapat perbedaan harga diri pada wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah
55 dengan yang tidak melakukan hubungan seks pranikah, dimana tingkat
harga diri wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah lebih tinggi daripada wanita dewasa awal yang tidak melakukan
hubungan seks pranikah.
Tabel 4.8 Kategori Harga Diri Berdasarkan Suku
KATEGORI Total
Tinggi Sedang
Rendah 168-126
125-84 83-21
SEKS Suku
Ya Jawa
1 8
7 16
7 50
43 54
Tidak Jawa
2 12
14 14
86 46
Ya Toraja
5 8
13 38
62 65
Tidak Toraja
1 6
7 15
85 35
Ya Manado
3 7
10 30
70 67
Tidak Manado
5 5
100 33
Ya Bugis
3 1
4 75
25 40
Tidak Bugis
6 6
100 60
Ya Tionghoa
1 1
100 10
Tidak Tionghoa
9 9
100 90
Ya Batak
2 4
6 34
66 66
Tidak Batak
3 3
100 34
Ya Flores
56
Tidak Flores
5 5
100 100
Ya Banjar
Tidak Banjar
1 1
100 100
Total 1
24 75
100 1
24 75
100
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa kelompok wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah, yang berasal dari suku
jawa adalah, kelompok wanita yang memiliki kategori harga diri paling tinggi diantara suku-suku lainnya. Hal itu terlihat dari adanya 1 orang
yang berada pada kategori harga diri tinggi pada kelompok wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah, 8 orang yang
berada pada kategori harga diri sedang dan 7 orang yang berada pada kategori harga diri rendah. Sedangkan pada kelompok wanita dewasa
awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah oleh suku jawa, justru terjadi sebaliknya. Wanita dewasa awal yang tidak melakukan
hubungan seks pranikah, tidak ada satupun yang berada pada kategori harga diri tinggi, 2 orang yang berada pada kategori harga diri sedang,
dan 12 orang yang berada pada kategori harga diri rendah. Tabel 4.8 juga menunjukkan bahwa kelompok wanita dewasa awal
yang melakukan hubungan seks pranikah, dengan kategori harga diri paling rendah diantara suku-suku lainnya adalah suku Manado. Hal ini
terlihat dari banyaknya jumlah subyek wanita dewasa awal yang berada pada kategori harga diri rendah. Dari total 10 orang yang yang berasal
57
dari suku Manado, 7 orang atau sekitar 70 diantaranya berada pada kategori harga diri rendah, dan hanya 3 orang atau 30 yang berada
pada kategori harga diri sedang. Sedangkan untuk wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah, tidak ada satupun yang
berada pada kategori harga diri tinggi atau sedang. Dari 5 subjek yang berada pada kelompok wanita dewasa awal yang tidak melakukan
hubungan seks pranikah, semuanya berada pada kategori harga diri rendah, atau sekitar 100 yang berada pada kategori harga diri rendah.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian diperoleh hasil bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat perbedaan harga diri pada wanita dewasa
awal yang melakukan hubungan seks pranikah dengan yang tidak melakukan hubungan seks pranikah dimana tingkat harga diri wanita dewasa awal yang
melakukan hubungan seks pranikah lebih tinggi daripada wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Widhya 2013 yang menunjukkan bahwa harga diri wanita dewasa awal yang melakukan
hubungan seks pranikah, baik yang masih aktif maupun yang sudah berhenti melakukan hubungan seks pranikah mengalami harga diri yang rendah, sebab
mereka memiliki kekhawatiran pengalamannya diketahui lingkungan sosial. Paul dan Hayes 2002 menjelaskan bahwa perasaan-perasaan negative
seperti rasa malu, rasa bersalah, rasa berdosa, kotor, tidak berharga, takut, khawatir dan lainnya memang cenderung akan muncul saat pertama kali
58
melakukan hubungan seks pranikah, tetapi perlakuan yang sangat baik oleh pasangan mereka pada hubungan seksual berikutnya membuat perasaan-perasaan
negative tersebut kemudian terganti oleh perasaan bahagia, aman, dan diinginkan. Perasaan berharga pada wanita dewasa awal yang melakukan hubungan
seks pranikah kemudian mampu menjadi lebih tinggi karena mereka merasa bahwa penampilan fisik mereka menjadi lebih menarik setelah mereka melakukan
hubungan seks pranikah MacCorquodale ,1979. Adanya kepercayaan dan keintiman Robinson, 2013 yang terbangun karena melakukan hubungan seks
pranikah, juga mendukung mereka memiliki perasaan bahwa ada penerimaan, kesetiaan dan komitmen di dalam hubungannya dengan pasangannya Chang,
1994 Keputusan untuk tetap melakukan hubungan seks pranikah meskipun
mengetahui bahwa hal tersebut memiliki resiko yang besar, menunjukkan bahwa wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah memiliki self-
determination yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari adanya rasa percaya diri padawanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah bahwa mereka
memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Mereka mampu membuat pilihan-pilihan dan memutuskannya, seperti memastikan ada birth control dan
safesex atau tidak ketika melakukan hubungan intim Chang, 1994. Hasil penelitian ini menemukan bahwa walaupun wanita dewasa awal
yang melakukan hubungan seks pranikah memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah,
tetapi ternyata kedua kelompok ini sebenarnya sama-sama berada pada kategori
59
harga diri rendah. Menurut Faturochman 2001 wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah, memiliki harga diri yang rendah sebab
mereka mendapatkan banyak stigma yang buruk dari masyarakat tradisional karena dianggap telah menyalahi norma.
Menurut penelitian Chang 1994 di Taipei, wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah memiliki perasaan rendah diri sebab
mereka memiliki kebutuhan yang besar akan perasaan disayangi, dicintai, dan dibutuhkan. Hal ini terlihat dari adanya keinginan pada wanita yang masih virgin
untuk melakukan hubungan seks pranikah. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hubungan seks pranikah mereka akan memiliki perasaan dibutuhkan,
dicintai , dan disayangi yang jauh lebih dalam seperti yang mereka ketahui dimiliki oleh wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah
dengan pasangannya. Selain itu Chang 1994 juga menjelaskan bahwa wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah merasa dirinya
kurang diterima oleh kelompok sosialnya. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa faktor penerimaan lingkungan sosial menjadi salah satu faktor penting
dalam menentukan tingkat harga diri seseorang. Apabila dicermati dengan baik, terlihat bahwa kedua kelompok sama-sama
berada pada kategori harga diri yang rendah, tetapi wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada
wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah. Artinya adalah bahwa wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah
60
memandang dirinya sedikit lebih baik dibandingkan dengan wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah.
Hadiwardoyo 1994 mengatakan bahwa ungkapan dan perwujudan kasih sayang antara pria dan wanita pada umumnya memuat juga kemesraan,
kehangatan, rasa tertarik, bahkan hawa nafsu seksual, sehingga yang terjadi pada wanita yang lebih sering berada pada posisi dependen adalah mengaburkan makna
cinta dan seks. Seks pranikah jadi dipandang sebagai bentuk untuk menyatakan cinta, menyatukan kehidupan serta penerimaan diri sepenuhnya oleh pasangan
Hadiwardoyo, 1994. Maka dari itu tidak mengherankan bila hasil penelitian ini menunjukan, wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks pranikah
memiliki harga diri yang lebih tinggi, sebab konsep tentang cinta dan seks yang mereka pahami secara tidak langsung telah membuat mereka memiliki harga diri
yang sedikit lebih baik dibandingkan wanita dewasa awal yang tidak melakukan hubungan seks pranikah.
Lebih jauh Munti 2005 menjelaskan bahwa fenomena bergesernya kehidupan seksualitas dari cengkraman tradisi yang dialami lebih dulu oleh
masyarakat di barat, turut mempengaruhi masyarakat lain yang lebih tradisional. Hal ini dikarenakan semakin kecilnya jarak dan semakin mudahnya informasi dan
komunikasi di peradaban yang canggih ini, orang-orang diseluruh dunia jadi lebih menyatu, lebih global. Apa yang terjadi di belahan bumi lainnya, apa yang
menjadi kebiasaan-kebiasaan masyarakat di barat bisa dengan mudah diketahui dan ditiru Munti, 2005. Anthony Giddens dalam Munti, 2005 menyebut hal ini
61
sebagai global village, dimana setiap kejadian disuatu tempat akan sangat mempengaruhi kejadian di tempat lain. Munti, 2005.
Jadi tidak mengherankan bila zaman sekarang ada wanita-wanita di Indonesia yang merasa dirinya lebih modern, bebas dan keren serta lebih diterima
dalam pergaulan dan merasa lebih dicintai ketika melakukan hubungan seks pranikah layaknya sebagian besar masyarakat di barat. Rendahnya pengetahuan
akan fungsi globalisasi, menyebabkan akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan.