Bentuk-Bentuk Kontrak Pengadaan BarangJasa Pemerintah

harus adanya keseimbangan antara kedua belah pihak dalam pengertian ekonominya, jadi antara prestasi dan kontra prestasi secara timbal balik adalah seimbang nilainya dan apabila terjadi ketegangan yang secara objektif merugikan atau menguntungkan salah satu pihak, hal ini merupakan resiko yang harus dipikulnya. Sehingga dengan demikian dalam hal terjadi perubahan keadaan perlulah diperhatikan pembagian resiko antara para pihak terhadap suatu kerugian. Perkembangan di Indonesia terlihat dalam Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 April 1955 mengenai Sengketa Kebon Kopi, yang singkatnya berbunyi: Adalah pantas dan sesuai dengan rasa keadilan, apabila dalam hal menggadai tanah kedua belah pihak masing-masing memikul separuh dari risiko kemungkinan perubahan harga nilai uang rupiah, diukur dari perbedaan harga emas pada waktu menggadaikan dan waktu menebus tanah itu. Jadi menurut yurisprudensi di Indonesia resiko atas perubahan keadaan sesuai dengan rasa keadilan dan kepantasan kepatutan adalah dibagi dua.

C. Bentuk-Bentuk Kontrak Pengadaan BarangJasa Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah Pada Pasal 1 Butir 22 dikatakan bahwa “Kontrak pengadaan barangjasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia barangjasa atau pelaksana swakelola”. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuannya, segera setelah diadakan pemilihan pemborong, pihak pengembang segera membuat SPK Surat Perjanjian Kerja terlebih dahulu agar pemborong segera dapat bekerja sesuai dengan bestek dan spesifikasi bangunan yang telah ditentukan dan selanjutnya pihak pengembang membuat surat perjanjian pemborongan. 23 Mengenai isi perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata tidak ditentukan maka para pihak yaitu pihak pengembang dan pemborong bebas menentukan isi dari perjanjian tersebut. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. 24 1 Memenuhi syarat sebagai suatu kontrak. Para pihak bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 2 Tidak dilarang oleh undang-undang. 3 Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. 4 Sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik. 25 Isi perjanjian pemborongan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain berbeda, hanya saja ada hal-hal tertentu dalam perjanjian pemborongan yang harus tercantum dan selalu ada dalam perjanjian pemborongan yaitu mengenai tugas pekerjaan, dasar pelaksanaan pekerjaan, cara pembayaran, 23 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, tanggal 10 Mei 2012. 24 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung : Alumni, 1997, hlm. 29. 25 Munir Fuady, Hukum Kontrak, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 30. Universitas Sumatera Utara pekerjaan tambahkurang, penyelesaian perselisihan, jangka waktu pemeliharaan, sanksi dan force majeurekeadaan memaksa. Apabila dikaitkan dengan unsur dari perjanjian yaitu unsur essensialia maka isi perjanjian yang sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak ini selalu harus ada dalam setiap perjanjian pemborongan, unsur mutlak, tanpa adanya unsur tersebut, perjanjian pemborongan itu tak mungkin dapat terlaksana. Meskipun isi perjanjian pemborongan antara perusahaan berbeda tetapi untuk hal-hal tertentu tetap ada yang menjadi essensialia dari perjanjian tersebut. Jadi dalam perjanjian pemborongan essensialianya adalah syarat tentang pekerjaan dan upah. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa isi perjanjian pemborongan menurut pemborong lebih menguntungkan pihak pengembang, meskipun dibuat atas kesepakatan kedua belah pihak tetapi biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh pihak pengembang. Kalimat yang digunakan pada Pasal-Pasal yang dibuat pada perjanjian kontrak borongan pada PemerintahDinas Pekerjaan Umum Kota Medan tersebut terlihat bahwa isi perjanjian pemborongan lebih menguntungkan pihak pengembang sehingga dapat dikatakan perjanjian pemborongan itu tidak seimbang. Pemborong dalam menyelesaikan pekerjaannya tidak dapat memperpanjang sendiri waktu yang diberikan meskipun dalam keadaan overmacht, tetapi harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada pihak pengembang sesuai dengan kontrak. Universitas Sumatera Utara

D. Wanprestasi Dalam Kontrak Pengadaan BarangJasa