BAB IV TANGGUNGJAWAB HUKUM PEMBORONG TERHADAP
PEMERINTAH DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANGJASA PEMERINTAH
A. Hak dan Kewajiban Pemborong
Telah sama-sama diketahui bahwa manusia
adalah membawamenyandang hak dan kewajiban di dalam hubungan hukum. Memang
bukan manusia saja yang menyandang subyek hukum melainkan badan hukum pun dapat dikatakan sebagai penyandang hak dan kewajiban.
Tujuan hukum membawa manusia ke arah suasana yang serba berkeadilan, berketenangan di dalam interaksi sosial dalam masyarakat seperti
pepatah latin mengatakan “Ubi Sosiates, Ibi Ius” atau dengan kata lain “masyarakat dan hukum itu tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan”. Oleh karena
itu dalam suatu perjanjian para pihak masing-masing memiliki hak dan kewajiban seperti halnya perjanjian pengadaan barangjasa pemerintah.
1.Hak Pemborong
Dalam hal ini yang menjadi hak dari pemborong adalah menerima uang atas pembayaran secara tepat waktu dan tepat jumlah yang harus dijamin oleh
pemberi kerjapengembang Dalam hal pembayaran pada umumnya dipergunakan berupa uang
tetapi berkat kemajuan tekhnologi dan dilihat dari praktisnya pembayaran dapat dilakukan dengan surat berharga, misalnya cek, wesel ataupun bilyet
Universitas Sumatera Utara
giro namun pihak pemborong atau penerima uang sendiri berhak untuk menolak pembayaran yang dilakukan dengan cek, wesel dan bilyet giro namun tidak
merupakan pembayaran yang sah sebelum surat berharga tersebut dibayar oleh bankir.
2. Kewajiban Pemborong Mengenai kewajiban kontraktor Sri Soedewi Masjchun Sofwan
mengatakan : “Kewajiban kontraktor ialah melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan
dalam perjanjian bestek. Bestek adalah uraian tentang rencana kerja dan syarat- syarat yang ditetapkan disertai dengan gambar”.
30
c. memperoleh paling kurang 1 satu pekerjaan sebagai Penyedia BarangJasa dalam kurun waktu 4 empat tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah
Dalam KUHPerdata hanya memuat beberapa Pasal yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak dan sebagian besar hak dan kewajiban ditentukan
dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah pada Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa : Penyedia
BarangJasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatanusaha;
b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan BarangJasa;
30
Sri Soedewi, Hukum Bangunan, Yogyakarta : Liberby, 1982, hlm. 70.
Universitas Sumatera Utara
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak; d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia
BarangJasa yang baru berdiri kurang dari 3 tiga tahun; e. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam Pengadaan Barang Jasa; f. dalam hal Penyedia BarangJasa akan melakukan kemitraan, Penyedia
BarangJasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasikemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan
tersebut; g. memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;
h. memiliki Kemampuan Dasar KD untuk usaha non-kecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;
i. khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket SKP sebagai berikut: SKP = KP – P
KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan: 1
untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket KP ditentukan sebanyak 5 lima paket pekerjaan; dan
2 b untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket KP ditentukan
sebanyak 6 enam atau 1,2 satu koma dua N. P=
jumlah paket yang sedang dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat
bersamaan selama kurun waktu 5 lima tahun terakhir. j.
tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan danatau direksi yang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia BarangJasa;
k. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir SPT Tahunan serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 bila ada transaksi, PPh Pasal 25Pasal 29 dan PPN bagi Pengusaha Kena Pajak paling kurang 3
tiga bulan terakhir dalam tahun berjalan. l.
secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak; m. tidak masuk dalam Daftar Hitam;
n. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan
o. menandatangani Pakta Integritas. Namun demikian dalam kontrak perjanjian pemborongan yang dilakukan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan biasanya disebutkan bahwa kewajiban dari pemborong adalah :
1. Sesuai dengan ketentuan kontrak, kontraktor wajib melaksanakan,
menyelesaikan, memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian dan kesungguhan serta menyediakan segala tenaga kerja termasuk pengawasnya,
bahan-bahan peralatan kontraktor, pengangkutan ke atau dari lapangan dan di
Universitas Sumatera Utara
dalam atau di sekitar lokasi pekerjan, serta melaksanakan segala sesuatu baik yang bersifat sementara yang dipergunakan untuk melaksanakan,
menyelesaikan perbaikan sebagaimana yang dirinci dalam kontrak dan ditafsirkan secara wajar dalam kontrak.
2. Melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan
kontrak sampai diterima baik oleh asisten dan setelah berkonsultasi dengan Dinas Pekerjaan Umum kecuali apabila menurut hukum atau secara fisik
mungkin dilakukan.
31
B. Tugas-tugas Pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Yang Berkaitan Dengan Pengadaan BarangJasa