Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
164
adanya serangan bersenjata, selama menunggu saran dan keputusan dari Dewan Keamanan. Hak untuk mengadakan pembelaan diri ini hanya berlaku pada
keadaan yang mendesak dan tidak dapat dilakukan dengan cara lain, serta tidak secara berlebihan.
Apakah perdagangan dan lalu lintas antarwarga negara dari negara-negara yang bersengketa serta perjanjian yang ada tetap berlaku? Dalam hal ini hukum
internasional memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada para pihak. Pertimbangannya adalah bahwa masalah tersebut merupakan masalah hukum
internasional. Pada umumnya warga negara yang bersengketa membatalkannya karena beranggapan bahwa mereka dapat membantu pihak lawan apabila
kegiatan perdagangan lalu lintas, dan perjanjian masih tetap dilaksanakan.
Secara umum ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yakni penyelesaian secara damai dan apabila penyelesaian secara damai gagal dilakukan,
maka penyelesaian dilakukan dengan cara paksa atau kekerasan.
1 . Penyelesaian Sengketa I nternasional Secara Damai
Penyelesaian secara damai merupakan cara penyelesaian tanpa paksaan atau kekerasan. Cara-cara penyelesaian ini meliputi: arbitrasi, penyelesaian yudisial,
negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi, konsiliasi, penyelidikan, penyelesaian di bawah naungan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Pembedaan cara-cara
penyelesaian itu bukan berarti bahwa proses penyelesaian sengketa internasional satu sama lain saling terpisah. Akan tetapi, terdapat kemungkinan antara cara
yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
a. Arbitrase
Penyelesaian pertikaian atau sengketa internasional melalui arbitrase internasional merupakan pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator yang
dipilih secara bebas oleh para pihak. Mereka itulah yang memutuskan penyelesaian sengketa, tanpa terlalu terikat pada pertimbangan-pertimbangan
hukum. Putusan itu dapat didasarkan pada kepantasan dan kebaikan.
Hakikat arbitrase adalah prosedur penyelesaian sengketa konsensual dalam arti bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase hanya dapat dilakukan melalui
persetujuan para pihak yang bersengketa. Jadi, para pihak bersangkutan yang mengatur pengadilan arbitrase.
Dalam proses arbitrase ada prosedur tertentu yang harus ditempuh. Apabila terdapat sengketa antara dua negara dan para pihak tersebut menghendaki
penyelesaian melalui Permanent Court of Arbitration, mereka harus mengikuti prosedur tertentu dan wajib menaati dan melaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah hukum Internasional. Prosedur itu adalah sebagai berikut: 1 Negara yang bersengketa masing-masing menunjuk dua arbitrator. Salah
seorang di antaranya boleh warga negara mereka sendiri atau dipilih dari orang-orang yang dinominasikan oleh negara tersebut sebagai anggota panel
mahkamah arbitrase.
Di unduh dari : Bukupaket.com
165
Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan I nternasional
2 Para arbitrator tersebut kemudian memilih seorang wasit yang bertindak sebagai ketua dari pengadilan arbitrase itu.
3 Putusan diberikan melalui suara terbanyak Arbitrase terdiri atas
1 seorang arbitrator; 2 komisi bersama antara anggota-anggota yang ditunjuk oleh para pihak yang
bersengketa, yang biasanya warga negara dari negara-negara yang bersang- kutan;
3 komisi campuran yang terdiri atas orang-orang yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa yang ditambah dengan anggota yang dipilih dengan cara
lain. Wewenang arbitrase Internasional bergantung
pada kesepakatan negara-negara yang berseng- keta dalam perjanjian internasional tentang
arbitrase yang berangkutan. Dalam praktiknya arbitrase banyak menangani sengketa hukum,
sengketa mengenai fakta dan hak-hak dalam suatu pertentangan. Batas wewenang arbitrase
ditentukan oleh negara-negara bersangkutan dalam perjanjian arbitrasenya.
Masyarakat Internasional telah membentuk beberapa arbitrase internasional, antara lain
pengadilan arbitrase kamar dagang Internasional yang didirikan di Paris pada tahun 1919, pusat
Arbitrase Dagang Regional yang berkedudukan di Kuala Lumpur pada tahun 1978 untuk Asia
dan di Kairo pada tahun 1979 untuk Afrika, Pusat penyelesaian sengketa penanaman modal
Internasional yang berkedudukan di Washington D.C.
b. Penyelesaian Yudisial