Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
156
d. Yurisdiksi Mahkamah Internasional
Yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh mahkamah internasional yang bersumber pada hukum internasional untuk menentukan dan menegakkan
sebuah aturan hukum. Yurisdiksi mahkamah internasional ini meliputi kewenangan untuk
1 memutuskan perkara-perkara pertikaian contentious case; 2 memberikan opini-opini yang bersifat nasihat advisory opinion.
Yurisdiksi menjadi dasar mahkamah internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional. Para pihak yang akan beracara di mahkamah internasional
wajib untuk menerima yurisdiksi mahkamah internasional. Terdapat beberapa kemungkinan cara penerimaan tersebut, yakni dalam bentuk berikut.
1 Perjanjian khusus, adalah bahwa para pihak yang bersengketa menyerahkan
perjanjian khusus yang berisi subjek sengketa dan pihak yang bersengketa. Contohnya adalah kasus sengketa Pulau Ligitan dan Sipadan antara Indonesia
dan Malaysia. 2 Penundukan diri dalam perjanjian internasional, adalah bahwa para pihak
telah menundukkan diri pada yurisdiksi mahkamah internasional sebagaimana yang terdapat dalam isi perjanjian internasional di antara mereka.
Ketentuan tersebut mewajibkan peserta perjanjian untuk tunduk kepada yurisdiksi mahkamah internasional jika terjadi sengketa di antara para peserta
perjanjian.
3 Pernyataan penundukan diri negara peserta statuta Mahkamah Internasional, adalah bahwa negara yang menjadi anggota statuta Mahkamah internasional
yang akan beracara di Mahkamah Internasional menyatakan diri untuk tunduk pada Mahkamah Internasional. Mereka tidak perlu membuat
perjanjian khusus terlebih dahulu.
4 Putusan Mahkamah Internasional mengenai yurisdiksinya, dapat diterangkan bahwa ketika terdapat sengketa mengenai yurisdiksi Mahkamah Inter-
apabila ditemukan faktor penentu bukti baru yang berhubungan dengan sengketa yang bersangkutan. Karena putusan mahkamah internasional mengikat pihak-pihak
yang bersengket a, negara pihak bersengket a it u waj ib m em enuhi put usan mahkamah itu. Apabila negara berperkara gagal melaksanakan kewajibannya, negara
lawan berperkara dapat meminta bantuan kepada Dewan Keamanan PBB agar putusan mahkamah internasional itu dilaksanakan. Mahkamah internasional sendiri
tidak dapat mengeksekusi putusannya.
2. Pem ber ian nasihat , m er upakan pendapat m ahkam ah int er nasional dalam
memecahkan masalah hukum, yang diajukan oleh badan yang diberi wewenang untuk itu atau berdasarkan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nasihat mahkamah
internasional bukan merupakan putusan yang bersifat mengikat. Badan yang diberi wewenang unt uk mengaj ukan permohonan nasihat Mahkamah I nt ernasional
dibedakan menjadi dua, yaitu yang dapat mengajukan permohonan langsung dan yang dapat mengajukan permohonan dengan izin majelis umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa terlebih dahulu.
Di unduh dari : Bukupaket.com
157
Bab 5 Sistem Hukum dan Peradilan I nternasional
nasional, sengketa tersebut dapat diselesaikan melalui keputusan mahkamah internasional sendiri. Di sini para pihak dapat mengajukan keberatan awal
terhadap yurisdiksi mahkamah internasional. 5 Penafsiran putusan, didasarkan pada pasal 60 statuta mahkmah internasional,
yang mengharuskan Mahkamah Internasional memberikan penafsiran jika diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak yang beracara. Permintaan
penafsiran dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian khusus antarpara pihak yang bersengketa.
6 Perbaikan putusan, dapat dijelaskan bahwa penundukan diri pada yurisdiksi Mahkamah Internasional dilakukan melalui pengajuan permintaan. Syaratnya
adalah adanya fakta baru novum yang belum diketahui Mahkamah Internasional pada saat membuat keputusan. Hal tersebut sama sekali bukan
karena kesengajaan dari para pihak yang bersengketa. Mahkamah Internasional memutuskan berdasarkan hukum. Akan tetapi,
Mahkamah Internasional dapat memutuskan sengketa berdasarkan kepantasan dan kebaikan apabila pihak-pihak yang bersengketa menyetujuinya.
2 . Mahkamah Pidana I nternasional
Mahkamah pidana internasional berdiri permanen berdasarkan traktat multilateral. Tujuan mahkamah pidana internasional adalah untuk mewujudkan
supremasi hukum internasional dan memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional dipidana. Mahkamah pidana internasional dibentuk berdasarkan
statuta Roma pada tanggal 17 Juli 1998 dan disahkan pada tanggal 1 Juli 2002. Tiga tahun kemudian, yakni pada tanggal 1 Juli 2005 statuta mahkamah pidana
internasional telah diterima dan diratifikasi oleh 99 negara. Mahkamah pidana internasional berkedudukan di Den Haag, Belanda.
a. Komposisi