Metode hipnoterapi pada penanganan anak phobia di Tranzcare Mampang Prapatan Jakarta Selatan

(1)

i

METODE HIPNOTERAPI PADA PENANGANAN

ANAK PHOBIA DI TRANZCARE MAMPANG

PRAPATAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

MARPUAH

104052001985

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2009 M


(2)

ii ABSTRAK

Marpuah

Metode Hipnoterapi pada Pennaganan Anak Phobia di TranzCare Mampang Prapatan Jakarta Selatan

Metode hipnoterapi merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang menggunakan pendekatan teknik hypnosis sebagai bagian dari proses penyembuhan dengan tujuan untuk menyingkap masalah-masalah yang mungkin mempengaruhi pola berpikir seseorang. Metode ini bekerja di alam bawah sadar untuk memeberikan sugesti baik dan mampu berdamai dengan hal-hal yang menjadi akar permasalahan dan tujuannya bukan untuk melupakan atau menghilangkannya dari pikiran namun untuk merubah persepsi salah yang mungkin selama ini dimiliki dan mendorong seseorang untuk berpikir positif dalam menghadapi masalah yang ada.

Banyak permasalahan yang dihadapi anak, salah satunya phobia, phobia adalah salah satu bentuk gangguan mental yang dapat mempengaruhi perkembangan sensori-motorik dan kognitif si anak dan permasalahan tersebut mencoba dicarikan solusi yang terbaik dan efektif, salah satunya adalah metode hipnoterapi. Hipnoterapi dan hipnoparenting pada anak jelas berbeda dari pengertian dan aplikasinya. Hipnoparenting merupakan aplikasi dari hipnoterapi untuk parenting(memiliki hubungan secara emosional) dalam rangka kesehatan mental anak, pendidikan, dan pengajaran anak dengan baik serta ditangani secara langsung oleh orang tuanya dengan pemberian sugesti secara langsung ketika anak sedang tidur, sedangkan hipnoterapi ditangani langsung oleh terapis berlisensi dalam rangka penyembuhan.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk metode hipnoterapi secara langsung terhadap penanggulangan permasalahan phobia terutama ketika menghadapi klien anak. Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa anak bisa dihipnosis selama ia mampu berkomunikasi dan berpikir abstrak sehingga bisa masuk ke gerbang bawah sadarnya dan memberikan sugesti positif secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin diubah dan tujuan dari terapi ini bukan untuk melupakan atau menghilangkannya dari pikiran namun untuk merubah persepsi salah yang mungkin selama ini mempengaruhi perilakunya.


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, berkah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Shalawat serta salam seantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S. Sos. I Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultasa Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah banyak tenaga dan pikiran penulis curahkan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Banyak kesulitan baik teknis maupun non teknis yang penulis hadapi. Tanpa adanya dukungan dan semangat dari orang yang peduli dengan penulis, tidak akan selesai tugas akhir ini sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat yang mendalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:

1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Arif Subhan, MA., selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA., selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Study Rizal LK. MA., selaku Pembantu Dekan III;

2. Bapak Drs. M. Luthfi, MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam;

3. Ibu Nasichah, MA., selaku Sekretaris Jurusan yang telah membantu mengurus keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

iv

4. Ibu Dra. Hj. Elidar Husein, MA., selaku dosen pembimbing dalam memberi saran serta membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini;

5. Seluruh Dosen-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyumbangkan ilmunya hingga penulis sampai ke tugas akhir ini;

6. Ayah dan Bunda tercinta atas segala doa, pengorbanan, semangat, nasehat, dan kasih sayang yang telah mereka berikan dengan penuh keikhlasan; 7. Kakak-kakak dan Adik-adik serta seluruh keluarga besar H. Maksudi yang

telah memberikan doa, semangat, dan dorongan sehingga selesai tugas akhir ini;

8. Juriah, Marwa Sofa Indah, Yusi Luthfiani, Nurkholisoh, sebagai teman yang telah memberi semangat, dorongan, dan meluangkan waktunya untuk menemani dan selalu siap mengantar penulis saat tugas akhir ini;

9. Seluruh rekan-rekan BPI ’04 (maaf ya, tidak bisa sebutkan namanya satu persatu) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar dapat sama-sama menyelesaikan tugas akhir. Jadi kita semua bisa wisuda bareng ya...

Penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangannya karena kebenaran hanya milik Allah SWT dan kesalahan ada pada penulis. Hanya doa yang dapat penulis berikan semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Dan dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang membaca. Amien.

Jakarta, Januari 2009 Penulis


(5)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 16

A. Metode Hipnoterapi ... 16

1. Pengertian Metode dan Hipnoterapi... 16

2. Teknik-teknik pada Hipnoterapi ... 22

3. Sugesti dan Bahasa... 26

4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam ... 33

B. Anak Phobia ... 37

1. Pengertian Anak dan Phobia... 37

2. Jenis-jenis Phobia pada Anak ... 42


(6)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM TRANZCARE ... 50

A. Sejarah Berdirinya ... 50

B. Visi dan Misi ... 53

C. Sasaran Klien ... 54

D. Program Kerja dan Kegiatan ... 54

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN... 57

A. Identifikasi Klien ... 57

B. Temuan Penelitian Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia... 58

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak phobia... 72

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia... 75

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan... 81

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(7)

vii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia yang sangat pesat dengan segala permasalahannya membawa dampak yang dahsyat terhadap hidup seseorang hingga kecenderungan stres meningkat. Bahkan saat ini seorang anak kecil saja sudah bisa mengeluh bahwa dirinya stres mengenai permasalahan yang ada. Kondisi ini dapat menimbulkan beban psikologis tidak saja sebagai pribadi tetapi juga pada keluarga dan lingkungan yang lebih luas lagi. Akibatnya, wabah kegelisahan seakan-akan sedang melanda masyarakat modern, terutama mereka yang hidup di Negara-negara yang sedang berkembang.

Dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup sosial, permasalahan yang muncul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan. Siapapun pernah, sedang, atau akan mengalaminya. Seseorang mungkin merasa nyaman-nyaman saja, namun bagi sebagian orang disadari atau tidak, hal ini menimbulkan masalah psikologis. Sehingga menjadi mudah marah, takut, malu, tidak percaya diri, dan sebagainya. Anehnya, lebih banyak orang yang tidak menyadari hal ini, karena tidak tahu bahwa dirinya merasa memiliki masalah. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 155:

!

"

#$ %&

"

'( )*


(8)

viii

1%2 ./

"

-*3

456

"

73

89 :

;<=

>+

?@A

"

BC

(

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S. Al-Baqarah: 155)1

Secara tidak disadari, dapat dikatakan melarikan diri dari masalah yang ada. Sebenarnya ingin mengatasi masalah yang ada agar merasa nyaman, tenang, dan santai. Namun, tidak tahu cara melakukannya dan cara mengendalikan diri sendiri agar tetap merasa nyaman dalam menghadapi suatu keadaan. Pilihan pada saat itu mungkin hanya seputar rasa tidak percaya diri, cemas, takut, dan sebagainya. Semakin lama semakin terganggu, hingga seseorang tidak menyadari bahwa cara yang digunakan tidak sesuai dengan dirinya, dan gangguan itu menjadi sangat kompleks, misalnya bisa saja menyangkut masalah fisik.2

Hal ini dilihat dari penelitian ditemukan satu fakta menarik, bahwa sekitar 75 % dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi.3 Sebagian banyak orang sudah tahu tujuannya karena mereka menggunakan cara-cara pintas yang belum tentu dapat menyelesaikan masalah. Akibatnya, cara-cara ini menimbulkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu dan membuat perasaan tidak nyaman. Dan setelah terbiasa, tidak akan menyadari apa yang membuatnya merasa tidak nyaman. Begitu pula bila hal ini terjadi pada anak-anak.

1

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), h. 39.

2

NSK Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2-3.

Adi W. Gunawan, Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. ke-2, h. 11.


(9)

ix

Anak merupakan generasi masa depan sebagai penerus bangsa, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua apabila memiliki anak-anak yang sehat baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi, kadang anak kerapkali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal, penakut (phobia), dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis hanya menekankan ketakutan (phobia) pada anak.

Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan. Penderita tidak tahu mengapa ia takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang dan menjadi bahan ejekan teman si anak, sehingga ia semakin merasa cemas. Di antara phobia yang sering dialami anak-anak adalah: takut berada di tempat tertutup, tinggi, luas (lapang), takut pada teman sebaya (phobia sekolah), di tengah orang ramai, melihat darah, binatang-binatang kecil, dan sebagainya. Perasaan phobia termasuk bentuk perasaan yang timbul pada diri anak jika ia berhadapan dengan objek tertentu. Perasaan phobia ini mencakup tempat yang luas dalam perkembangan kejiwaan anak.4

Dampaknya buruk phobia bagi anak, baik dari segi perkembangan sensori-motorik, perkembangan kognitif, maupun perkembangan sosialnya. Anak akan tumbuh tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil resiko. Akibatnya ia menjadi lambat dalam memperoleh pengalaman baru, atau lambat merespons rangsang pertumbuhan. Secara umum, anak yang

Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. ke-3, h. 40.


(10)

x

tumbuh dalam kondisi seperti ini bakal susah meraih prestasi optimalnya dan mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan hidupnya.5

Untuk itu sudah menjadi Sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain dalam hidupnya. Kegiatan konseling di daerah perkotaan pada khususnya, makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntutan hidup untuk memperoleh kondisi sehat mental, karena melalui pelayanan konseling orang akan dapat mengatasi serta menghindari berbagai problema yang dihadapinya. Kepekaan pemahaman dan penghayatan dalam menangani masalah phobia merupakan kondisi yang sangat penting bagi konselor yang bekerja di lingkungan hidup yang sedemikian kompleks. Karena setiap individu mempunyai perbedaan, tidak ada dua orang yang sama persis di dalam aspek jasmaniah maupun rohaniah.

Dalam hal ini konselor atau terapis sepatutnya bertanggung jawab menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi phobia yang dihadapi klien. Namun sayangnya, kebanyakan pengobatan atau terapi sulit menjangkau masalah ini, yaitu pikiran, atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Dan metode yang menggunakan pikiran alam bawah sadar adalah hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan re-edukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.6

Pepatah "tak kenal, maka tak sayang" sepertinya cocok untuk menggambarkan hipnoterapi. Memang banyak yang belum kenal terapi ini,

5

Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), cet. ke-5, h. 7.

6


(11)

xi

bahkan langsung ngeri mendengar istilah "hipno"nya. Maklum, metode hypnosis telanjur dicap miring sebagai sarana untuk memperdaya orang lain. Padahal hypnosis yang dipakai dalam kegiatan psikoterapi ini dipakai untuk membuka memori khususnya anak. Diperkirakan ada kejadian-kejadian di masa lalu yang berpengaruh terhadap kondisinya saat ini. Dari sana, semua masalah anak bisa diatasi, seperti phobia, gangguan belajar, sulit makan, sulit tidur, dan sebagainya.

Hipnoterapi adalah suatu aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik (psikosomatis). Sedangkan hypnosis adalah suatu metode berkomunikasi verbal atau nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seorang klien sehingga ia menjadi kreatif (berimajinasi dengan emosional dan terbuka wawasan internalnya) kemudian beraksi (baik persetujuan maupun penolakan) sesuai nilai (system nilai atau nilai dasar spiritual) yang dimiliki.7

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai metode hipnoterapi yang dapat diterapkan dalam menanggulangi problematika kehidupan khususnya yang dialami oleh anak. Selama ini hipnotis masih dianggap magic dan gaib, oleh karena persepsi masyarakat yang menilai bahwa hipnotis adalah alat untuk memperdaya orang.

Akan tetapi, pada kenyataannya hipnotis bisa digunakan untuk penyembuhan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai metode hipnoterapi pada


(12)

xii

penanganan anak phobia menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Sehingga penulis bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) dengan mengambil judul “Metode Hipnoterapi Pada Penanganan Anak Phobia Di TranzCare mampang Prapatan Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat banyak dan luasnya gangguan phobia ini, dan agar lebih jelas penelitian, maka penulis memberi batasan masalah pada phobia yang terjadi pada anak dan metode hipnoterapi yang merupakan salah satu metode yang diterapkan di TranzCare.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi pada klien anak phobia di TranzCare?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi pada penanganan klien anak phobia?

3. Apa kelemahan dan kelebihan dari metode hipnoterapi pada penanganan klien anak phobia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(13)

xiii

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

a. Untuk mengetahui metode hipnoterapi pada klien khususnya anak phobia di TranzCare

b. Untuk mengetahui yang menjadi faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi pada penanganan klien khususnya anak phobia di TranzCare

c. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari metode hipnoterapi pada penanganan klien khususnya anak phobia.

2. Manfaat Penelitian a. Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama mengenai metode hipnoterapi.

2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang metode hipnoterapi.

b. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi lembaga-lembaga lain yang mengkaji metode hipnoterapi.


(14)

xiv

1. Penerapan Metode Hipnoparenting Pada Penanggulangan Permasalahan

Anak Usia Pra-Sekolah Di Rumah Kaki Langit Nurul Amal Center Karawang yang ditulis oleh Syamsul Anwar mahasiswa BPI tahun 2008 yang terfokus pada penerapan hipnoparenting yakni hypnosis yang ditangani langsung oleh orangtuanya dan objek penelitiannya terfokus pada permasalahan anak usia pra-sekolah. Dimana permasalahannya terfokus pada bagaimana penerapan metode hipnoparenting pada penanggulangan permasalahan usia dini.

2. Upaya Membantu Mengatasi Neurosa Fobik Melalui Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang ditulis oleh Nova Ervina Rina Diana mahasiswa BPI tahun 2005 yang terfokus pada anak yang mengalami phobia nasi dengan pencarian solusinya melalui metode bimbingan dan konseling Islam. Dimana permasalahannya bagaimana upaya membantu mengatasi neurosa fobik melalui bimbingan dan konseling Islam.

Sedangkan judul skripsi penulis Metode Hipnoterapi Pada Penanganan Anak Phobia di TranzCare, di sini penulis menggabungkan judul skripsi di atas dengan membahas tentang penanganan phobia yang dialami anak dengan pendekatan metode hipnoterapi.


(15)

xv 1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan.8

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Mardalis :

“Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.”9

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian ini sepenuhnya berdasarkan riset lapangan yang dimaksudkan agar dapat melukiskan kondisi objektif keadaan tersebut. Dalam hal ini yang diteliti adalah Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia di TranzCare.

2. Sumber Data

8

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet. ke-2, h. 1.

9

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. ke-2, h. 7.

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet. X, h. 3.


(16)

xvi

Sumber data adalah unsur utama dalam penelitian. Karena melalui sumber data ini, data-data konkrit dapat diperoleh dan dapat memberikan informasi untuk keperluan penelitian.11 Data ini ada yang primer dan sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara pribadi dengan pihak terkait, sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian. Dan di dalamnya peneliti akan menggunakan kualitatif yakni membahas serta menganalisa yang kemudian menyimpulkan sebagai kesimpulan final apabila sudah memenuhi pertimbangannya.

3. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TranzCare, yang beralamatkan di Plaza Basmar, lantai 3 Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta Selatan 12780. Adapun alasan menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian adalah salah satu metode terapi yang diterapkan bagi klien yang datang ke lokasi ini yakni berkenaan dengan gangguan kejiwaan terutama mengenai phobia. Selain itu lokasi yang mudah di jangkau dan strategis, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan.

Adapun waktu penelitian ini, penulis melaksanakan pada tanggal 20 Maret 2008 sampai 05 Desember 2008.

4. Subyek dan Obyek penelitian

11

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), h. 122.


(17)

xvii

Adapun subyek penelitian adalah terapis yang terlibat langsung bernama Pak Yan Nurindera dan asistennya sekaligus penanggung jawab lembaga TranzCare bernama Sidney Panjiagung mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia. Kemudian obyeknya ialah metode hipnoterapi dalam menangani klien phobia pada anak.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, yakni pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.12 Terkait dengan masalah bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi yang digunakan terapis pada penanganan anak phobia di TranzCare.

b. Interview (wawancara), yakni percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara ini dilakukan secara mendalam atau terstruktur. Susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diperjelas pada saat wawancara berlangsung, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.13 Peneliti melakukan wawancara kepada terapis dan asistennya, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis menyusun pertanyaan terlebih dahulu yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung.

12

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, (Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.141.

13


(18)

xviii

c. Dokumentasi, dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian serta untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini meliputi profil, majalah, internet, dan surat kabar yang berhubungan dengan metode hipnoterapi.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.14

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria:

a. Kredibilitas (kepercayaan) dengan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,15 hal itu bisa dicapai dengan cara membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dalam hal peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh terapis dengan asistennya mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi, dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

b. Ketekunan dan keajegan pengamatan, yaitu menemukan ciri dan unsur yang terkait dengan situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang

14

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, h. 1. 15


(19)

xix

sedang dicari dan memusatkan pada hal tersebut secara rinci.16 dimana peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan perumusan masalah saja.

c. Audity.

8. Teknik Analisa Data

Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori tertentu. Selanjutnya data itu dianalisa secara deskriptif agar mendapatkan hasil yang objektif.17 Tujuannya itu untuk menggambarkan pelaksanaan metode hipnoterapi yang digunakan oleh terapis dalam menangani anak phobia di TranzCare.

Setelah data-data terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisa data yang diperoleh melalui metode dan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisa deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan mendeskripsikan dalam bentuk pemaparan dengan memberikan penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan secara logis.

Penelitian kualitatif ini menghasilkan transkip wawancara, catatan lapangan, gambar, tipe rekaman, dan lain sebagainya.18

9. Teknik Penulisan Skripsi

16

Ibid., h. 329. 17

Lexy J Moleong,h.103. 18

Kristi Purwandani, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, 1999), cet. Ke-6, h.22.


(20)

xx

Adapun teknik penulisan penelitian ini penulis menggunakan pedoman penulisan penelitian, tesis, dan disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA Tahun 2007, cet. ke-1.

F. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini dituangkan ke dalam beberapa bab, dan masing-masing dijabarkan ke dalam sub-sub bab. Dan selengkapnya di susun sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan. Yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teoritis. Yang meliputi pengertian hipnoterapi, sugesti dan bahasa, teknik-teknik dalam hipnoterapi, hipnoterapi dalam pandangan psikoterapi islam, pengertian phobia dan anak, gejala-gejala phobia pada anak, sebab-sebab phobia pada anak, dan jenis-jenis phobia yang terjadi pada anak.

BAB III : Gambaran umum TranzCare. Yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, sasaran klien, dan kegiatan serta program kerja TranzCare.


(21)

xxi

BAB IV : Metode hipnoterapi pada penanganan anak phobia di TranzCare. Yang meliputi identifikasi klien, temuan penelitian metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia, faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia, kelebihan dan kekurangan metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia.


(22)

xxii BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Metode Hipnoterapi 1. Metode dan Hipnoterapi

a. Pengertian Metode

Metode menurut kamus bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.19 Kata “metode” berasal dari bahasa latin yakni methodus yang berarti cara, dalam bahasa yunani methodus berarti cara, jalan, sedangkan dalam bahasa Inggris methode diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti suatu cara.20

Sedangkan menurut M. Arifin metode ialah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21 Metode juga merupakan cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang

19

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. ke-3, h. 415.

20

Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. ke-27, h. 379.

21

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, h. 43.


(23)

xxiii

bersangkutan.22 Dan menurut Arif Burhan, metode adalah menunjukkan suatu proses, prinsip serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.23

Mengacu pada pengertian di atas, maka metode yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah suatu cara kerja yang sistematis untuk mempermudah dalam menemukan masalah dan mencari suatu solusi atas masalah tersebut.

b. Pengertian Hipnoterapi

Dari semua psikoterapi yang berkembang di Indonesia saat ini, hipnoterapi masih berjalan lambat. Alasannya adalah mengenai persepsi masyarakat yang menganggap hipnoterapi sebagai sesuatu yang misterius dan negatif terlebih lagi masyarakat menilai bahwa hipnoterapi adalah salah satu bentuk hal gaib, berhubungan dengan kuasa kegelapan, magic, dan ilmu sesat berbentuk gendam dan sejenisnya dimana prakteknya adalah pemilik ilmu menggunakan kekuatan dalam dirinya untuk mempengaruhi orang lain, dan orang yang ingin dipengaruhi bertindak sebagai objek. Sedangkan dalam hipnoterapi tidak demikian, karena klien dianggap sebagai subjek. Jadi klien sebagai perencana dan penentu dalam proses hipnoterapi.

Akan tetapi untuk bisa mengerti mengenai apa itu hipnoterapi, terlebih dahulu penulis mencoba menyampaikan apa itu hypnosis. Kata

22

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), h. 8.

23


(24)

xxiv

hypnosis dalam bahasa Inggris adalah hypnosis atau hypnotism (hipnotisme). Kata hypnosis menurut kamus Encarta memiliki makna :

“Suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, di mana mereka akan memberikan respons pada pertanyaan yang diajukan dan sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis dan merupakan teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi hypnosis.”24

Menurut Bernheim, hypnosis pada dasarnya adalah suatu bentuk sugesti yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan orang lain. Hypnosis merupakan sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai dengan meningkatnya sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif dengan orang lain.25 Hipnosis juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang menjadi terfokus kepada suatu hal atau kepada orang lain sehingga kesadaran terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang.26

Sulit menentukan kapan dan dimana hypnosis pertama kali digunakan. Akan tetapi, hypnosis telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Dalam banyak kebudayaan dan etnis, hypnosis disebut dengan banyak nama dan dipraktekkan dengan beragam teknik. Bagaimanapun, upaya yang lebih ilmiah mulai berkembang sejak Franz Anton Mesmer tampil di Jerman. Perlu ditambahkan sebelum

24

Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-5, h. 3.

25

YF La Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-1, h. 53-54.

26

Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.


(25)

xxv

dikenal dengan nama hypnosis, nama lainnya adalah magnetisme atau mesmerisme.27 Magnetism dan mesmerism yang awalnya berkembang dengan banyak pergolakan di Eropa terus menyebar ke Inggris dengan nama hypnosis. kemudian James Braid tampil, hypnosis mulai digunakan menggantikan magnetisme dan mesmerisme.28 Dari kata hypnosis mulai berkembang istilah-istilah yang digunakan banyak literatur pada saat ini, seperti hypnosis diri, hipnoterapi, hipnoanalisis, hypnosis panggung, dan hypnosis forensik.

Ada beberapa yang perlu ditekankan di sini yakni: 1) Hypnosis bukan suatu bentuk meditasi

Meditasi tujuan yang ingin di capai hanyalah menenangkan pikiran dan fokus kepada diri sendiri sedangkan hypnosis adalah untuk mengubah suatu perilaku atau pemikiran yang mengganggu selama ini dimana individu menjadi terfokus pada suatu hal atau seseorang di luar dirinya.

2) Hipnosis tidak sama dengan tidur

Pada saat tertidur, individu tidak menyadari keadaaan di sekitarnya sementara dalam proses hypnosis individu tetap fokus dan mampu untuk berinteraksi. Hypnosis seringkali disalahartikan dengan tidur karena individu diminta untuk berkonsentrasi

27

Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 6. 28


(26)

xxvi

membayangkan sesuatu dan akan lebih mudah jika hal tersebut dilakukan dengan mata tertutup.29

Dengan menguasai hypnosis seseorang akan memahami fenomena pikiran alam bawah sadar manusia (sub-conscious mind) sekaligus berkomunikasi secara efektif dengannya. Menurut sigmeund freud (1856-1939), mengumpamakan jiwa atau pribadi manusia sebagai sebuah gunung es di tengah laut yang hanya kelihatan puncaknya. Puncak yang hanya kelihatan sedikit disebut sebagai alam kesadaran (consciousness), agak sedikit di bawah permukaan laut disebut prakesadaran (preconsciousness), dan bagian terbesar dari gunung es yang letaknya di bawah permukaan air laut disebut alam bawah sadar (unconsciousness).30

Secara umum, wilayah kesadaran manusia memiliki tiga kategori. Terdiri dari: Kesadaran Tinggi (Super-Conscious), Kesadaran Normal (Conscious), Bawah Sadar (Sub-Conscious). Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme manusia biasanya terdiri: Conscious 12 % , Sub-Conscious 88 %.31 Alam bawah sadar berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke alam kesadaran. Pusat kesadaran bertugas untuk menentukan dorongan yang boleh muncul ke kesadaran dan dorongan yang harus tetap tinggal di alam bawah sadar.

Sebagian dorongan-dorongan yang terdapat di alam bawah sadar adalah dorongan yang sudah ada sejak lahir. Sebagian lagi adalah

29

Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.

30

Thursan Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), Cet. Ke-2,h.17.

31

Jodhi Yudono dalam Harian Kompas, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis”, diakses tanggal 02 April 2008, dari http://www.hipnotis.net.


(27)

xxvii

dorongan yang berasal dari pengalaman-pengalaman hidup sejak lahir. Dorongan tersebut nantinya akan menentukan sehat atau tidaknya kepribadian seseorang.

Sifat Kesadaran

1. Mempunyai kemampuan mempertimbangkan, mengendalikan, dan mengontrol dorongan serta tingkah laku

2. Mempunyai dorongan/energi mental yang lebih lemah daripada alam bawah sadar

3. Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mencatat peristiwa-peristiwa yang dialami. Hal itu yang menyebabkan seringnya lupa pada hal-hal yang telah dialami. Bahkan sering lupa pada hal-hal yang sudah diusahakan untuk mengingatnya.

Sifat Alam Bawah Sadar 1. Sifat polos

2. Mempunyai dorongan mental lebih kuat 3. Dapat dikendalikan dengan saran dan sugesti

4. Mencatat pengalaman hidup yang dialami sejak lahir 5. Memberi energi pada organ tubuh yang bergerak otomatis.32

Hipnoterapi adalah psikoterapi yang menggunakan teknik hypnosis sebagai bagian dari proses perawatan dengan tujuan untuk menyingkap kejadian-kejadian masa lalu yang mungkin mempengaruhi pola berpikir saat ini.33 Menurut Adi W. Gunawan,

32

Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, h. 18-20. 33

Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org.


(28)

xxviii

hipnoterapi adalah aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik (Psikosomatis).34

Menurut NSK Nugroho, hipnoterapi adalah metode hypnosis yang digunakan untuk terapi yang berkaitan dengan mental atau keadaan psikologis seseorang.35 Dan menurut Dr. H. Tubagus Erwin Kusuma SpKj, hipnoterapi merupakan suatu terapi dengan metode hypnosis sebagai bagian dari penyelesaian masalah yang merupakan bentuk pemberdayaan energi jiwa bawah sadar dari diri seseorang yang menginginkan perubahan.36

Dari pengertian di atas, hipnoterapi adalah suatu perjalanan hypnosis ke dunia alam bawah sadar yang sangat luas dan menyimpan kekuatan yang dapat dialirkan untuk proses penyembuhan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode hipnoterapi adalah suatu cara untuk menemukan akar permasalahan dan mencari solusinya dengan pendekatan hipnoterapi melalui alam bawah sadar.

2. Teknik-teknik Hipnoterapi

Berikut ini adalah teknik-teknik secara umum yang biasa digunakan dalam hipnoterapi. Teknik-teknik ini dapat digunakan secara terpisah atau

34

Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, h. 14. 35

Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 176

36

Larry Yudawan, “Memberdayakan Energi bawah Sadar.” Koran Jakarta, 30 Mei 2008, h. 22.


(29)

xxix

digabung satu sama lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan klien.37

a. Ideomotor Response

Ini adalah cara untuk mendapat jawaban “ya”, “tidak”, atau “tidak tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu jari tangan. Teori di balik teknik ini adalah bahwa orang cenderung memberikan jawaban yang jujur, sesuai dengan jawaban pikiran bawah sadar, melalui respons gerakan fisik (ideomotor Response) daripada dalam bentuk verbal atau ucapan.

Ada dua hal penting dalam menggunakan ideomotor response. Pertama, pertanyaan yang diajukan kepada klien harus bersifat tertutup atau dalam format “ya” atau “tidak”. Kedua, suara terapis harus monoton dan tanpa ekspresi untuk meminimalkan kemungkinan klien terpengaruh oleh suara terapis sehingga tersugesti untuk memberikan jawaban yang tidak tepat.

b. Hypnotic Regresion

Teknik regresi adalah teknik yang membawa klien mundur ke masa lampau untuk mencari tahu penyebab suatu masalah. Teknik ini biasanya menggunakan affect bridge (jembatan perasaan) atau feeling connection.

c. Systematic Desensitization

37


(30)

xxx

Sesuai dengan namanya, teknik ini bertujuan untuk mengurangi sensitivitas klien terhadap phobianya.

d. Implosive Desensitization

Teknik ini digunakan bila klien mengalami abreaction. Yakni, situasi dalam kedamaian untuk menenangkan dirinya. Tujuannya adalah menurunkan tingkat intensitas emosi secara bertahap. Teknik ini juga disebut circle therapy.

e. Desensitization by Object Projection

Teknik ini meminta klien membayangkan emosi, rasa sakit, atau masalahnya keluar dari tubuh klien dan mengambil suatu bentuk yang mewakili masalahnya itu. Teknik ini hanya bagus pada klien yang visual, untuk yang auditori dan kinestetik digunakan proyeksi dalam bentuk suara atau perasaan.

f. The Informed Child technique

Sama halnya dengan Implosive Desensitization, namun kali ini terapis mensugesti bahwa klien kembali ke masa lampaunya denagn membawa serta semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan, dan pengertian yang dimiliki saat dewasa sekarang.

g. Gestalt Therapy

Ini adalah teknik terapi yang dilakukan dengan menggunakan permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri


(31)

xxxi

maupun sebagai orang lain yang menjadi penyebab trauma atau luka batin.

h. Rewriting History (Reframing)

Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan the informed child technique, bagian lanjutannya dilakukan dengan menggunakan gestalt therapy yang memungkinkan klien untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan pada orang yang menyebabkan luka batin. i. Open Screen Imagery

Teknik ini menggunakan layar bioskop. j. Positive Programmed Imagery

Teknik ini dapat digunakan sebelum klien dibangunkan dari kondisi trance (rileks yang dalam). Teknik ini hanya efektif bila dilakukan setelah teknik-teknik lainnya digunakan terlebih dahulu. Teknik ini bisa digunakan bersamaan dengan post hypnotic suggestion dan verbalizing.

k. Verbalizing

Dalam teknik ini klien diminta untuk berbicara atau mengucapkan pemahaman baru atau apa yang menurutnya harus dilakukan. Apabila klien yang mengucapkannya, efeknya akan menjadi sangat kuat daripada bila hal yang sama diucapkan oleh terapis.

l. Direct Suggestion

Sugesti yang bersifat langsung diberikan berdasarkan apa yang diucapkan oleh klien (verbalizing).


(32)

xxxii

m. Indirect Guided Imagery (Ericksonian Methapors)

Karena teknik ini menggunakan metafora, terapis perlu membuat script atau cerita yang telah disipakan sebelumnya. Cerita yang disampaikan sepenuhnya tergantung pada terapis. Namun, penyimpulan makna cerita itu dilakukan klien.

n. Inner Guide

Yang dimaksud dengan inner guide bisa berupa penasehat spiritual, malaikat, mentor, orang, atau bagian dari diri klien yang bijaksana. Dalam teknik ini klien dibantu oleh inner guide untuk menyelasaikan masalah.

o. Part Therapy

Teknik ini digunakan untuk membantu klien menyelesaikan inner conflict atau konflik yang timbul dari pertentangan diantara “bagian-bagian” diri klien.

p. Dream Therapy

Terapi ini menggunakan mimpi sebagai simbol yang dikomunikasikan oleh pikiran bawah sadar. Mimpi yang digunakan untuk analisis dan terapi adalah mimpi yang terjadi selama lebih kurang sepertiga waktu tidur menjelang bangun.

3. Bahasa dan Sugesti a. Bahasa


(33)

xxxiii

Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak yang paling tinggi dan canggih, yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Karena manusia pada fitrahnya atau secara genetis, dilengkapi dengan kemampuan berbahasa. Karena itu gejala berbahasa pada manusia bukanlah suatu kebetulan.

Terlepas dari apapun bahasa adalah mekanisme saraf dalam otak, terutama kulit otak manusia. Bahasa memungkinkan manusia keluar dari tahap insting ke tahap refleksi dan makna. Ia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi melainkan juga menjadi alat berfikir. Untuk itu, Bahasa adalah faktor kunci dalam keberhasilan komunikasi, termasuk komunikasi dalam terapi. Bahasa yang dimaksud disini meliputi baik bahasa verbal (ucapan)maupun nonverbal (ekspresi wajah dan tubuh).

Dalam sesi hipnoterapi, terapis berusaha masuk dan memahami simbol-simbol dari bawah sadar klien. Dalam perjalanan ini, kepekaan terapis menangkap pesan-pesan verbal dan nonverbal klien menjadi sangat penting.

Semua pandangan tentang bahasa mengatakan bahwa setiap orang membentuk realitas hidupnya sendiri. Hasil bentukan ini mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakannya. Pada awalnya, seseorang memang berkonsentrasi pada ucapan baru sesudah itu menyimak untuk menemukan dinamika psikologis di baliknya. Singkat kata, bahasa dalam terapi menunjukan pergerakan dari


(34)

xxxiv

bahasa objektif (ucapan) menuju bahasa subjektif (dinamika psikologis). Bahasa adalah perilaku dan perubahan bahasa adalah perubahan perilaku. Perubahan inilah yang harus ditemukan dalam terapi ketika menganalisis bahasa. Tidak hanya menuntut pengetahuan teoretis yang dihafalkan, tapi juga seni untuk menggunakan atau memadukan berbagai konsep dan teknik secara kreatif.

Sugesti berkaitan erat dengan cara dan teknik menggunakan elemen-elemen bahasa, khususnya kata, kalimat, dan pengucapan. Yang merupakan salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang hipnoterapis adalah suara terapis yang baik. Bila suara tak jelas, klien bisa mengalami kesalahan sensasi dan persepsi atas ucapan terapis. Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa yang dipahami oleh terapis, tetapi bahasa yang dipahami oleh klien.

Keterampilan menggunakan bahasa mulai berjalan ketika hipnoterapis menyambut kliennya, membangun rapport (kepercayaan), membawa klien dalam tidur hipnotik, membangunkannya, dan mengajaknya berbagi pengalaman.38 Gelombang Otak

Hipnoterapi selalu berhubungan dengan cara kerja otak manusia. Terapis yang menangani hipnoterapi harus mengetahui gelombang otak si klien, hal ini bertujuan agar terapi yang

38


(35)

xxxv

dihasilkan berhasil. Kondisi otak secara umum terbagi menjadi empat fase yakni delta, teta, alfa, beta.39

Fase pertama ialah delta, frekuensinya adalah 0,5-3,5 Hz. Fase ini biasa disebut fase tidur, dimana kondisi ini diperlukan agar badan seseorang bisa beristirahat setelah lelah beraktifitas.

Fase kedua adalah teta, frekuensi berkisar antara 3,5-7 Hz. Keadaan ini adalah kondisi setengah sadar ketika pikiran bekerja secara baik, tenang, jernih, dan memunculkan banyak ide kreatif.

Fase ketiga adalah alfa, kisarannya 7 atau 8 hingga 13 Hz. Kondisi ini merupakan relaksasi atau hypnosis ringan dan memungkinkan otak multifokus, artinya dapat memperhatikan beberapa hal secara bersamaan. Keadaan ini memberikan kontribusi besar bagi pikiran untuk menuju alam bawah sadar. Menurut MacGregor kontribusinya ada sekitar 88 persen. Ketika gelombang alfa terjadi, seseorang seperti dalam keadaan melamun. Namun, bukan sekedar melamun. Karena saat itu, otak dibiarkan dalam keadaan rileks.

Fase keempat adalah beta, kisarannya di atas 13 Hz. Kondisi ini seseorang dalam keadaan konsentrasi. Dimana ketika seseorang sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir keras sehingga kerja otak akan lebih terfokus pada satu hal yang sedang dikerjakan dan kinerja logis otak. Fase ini memungkinkan panca

39

Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2002), Cet. ke-3, h. 161-165.


(36)

xxxvi

idera berperan sangat penting, informasi yang masuk melalui panca indera di proses sedemekian rupa oleh otak, kemudian ditanggapi. b. Sugesti

Dalam pengetahuan hypnosis, sugesti dapat diartikan secara sederhana sebagai :

“Suatu rangkaian kata-kata, atau kalimat, yang disampaikan dengan cara tertentu, dan dalam situasi tertentu, sehingga dapat memberikan pengaruh bagi mereka yang mendengarnya, sesuai dengan maksud dan tujuan sugesti tersebut!“40

Yang dimaksudkan dengan “memberikan pengaruh” adalah bahwa pikiran bawah sadar menyetujui sugesti dimaksud. Ia juga merupakan kunci dari hipnoterapi. Sugesti atau pengaruh bisa berbentuk positif (bermanfaat), seperti menimbulkan rasa optimistis, semangat, dan rasa percaya diri. Bisa juga berbentuk negatif (merugikan), seperti menimbulkan rasa pesimis, takut, tidak percaya diri, bahkan menimbulkan penyakit.41

Sugesti negatif, contohnya, seorang anak yang sering ditakut-takuti terhadap objek tertentu, seperti tempat gelap, hantu, dan binatang tertentu. Anak tersebut dapat menjadi pribadi yang penakut dan mengalami phobia. Ketakutan itu akan menetap di alam bawah sadarnya sampai dewasa. Kesadaran akal pikirannya dapat memahami kelainan yang dideritanya, tetapi tidak mampu mengontrol, apalagi mengatasi ketakutan yang dirasakannya.

40

Yan Nurindera, “Sugesti”, diakses tanggal 01 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. 41


(37)

xxxvii

Suatu rangkaian kata atau kalimat, agar benar-benar menghasilkan efek sugesti, maka ada beberapa yang perlu diperhatikan yakni:

Client Language Preference

Pergunakan kata dan kalimat yang dipahami oleh Subyek, dalam hal ini adalah “bahasa ibu” dari Subyek, serta kosa kata & istilah yang dipahami oleh Subyek.

Pacing – Leading

Secara sederhana dalam kaidah hipnosis, Pacing berarti “fakta” dan Leading berarti “saran”. Kalimat-kalimat hypnosis adalah kalimat saran yang diselipkan diantara kalimat fakta.

Repetition

Lakukan pengulangan-pengulangan di kata dan kalimat penting, karena pengulangan akan lebih efektif dalam “menembus” pikiran bawah sadar.42

Selanjutnya cara membawakan sugesti ini juga sangat berpengaruh terhadap efektifitas sugesti, dalam hal penggunaan intonasi, jeda, dan sebagainya.

Ada dua tipe sugesti, yaitu physical suggestibility dan emotional suggestibility. Dari penelitian didapatkan data bahwa 60% populasi bersifat emotional suggestible. Berita baik mengenai hal ini adalah bahwa terapis dapat membantu klien dengan mudah untuk mengatasi masalah mereka karena 75% dari masalah klien

42


(38)

xxxviii

sebenarnya bersifat emosional. Berita buruknya, mereka ini biasanya termasuk kelompok yang sulit dihipnotis. Sebab, teknik induksi yang digunakan biasanya diperuntukkan orang yang physically suggestible.43

Suatu sugesti dikatakan efektif apabila:

1) Pola komunikasi yang ada dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam bereaksi (bertindak dan berperilaku).

2) Klien dapat mengimajinasikannya informasi tersebut (membayangkan, merasakan, menikmati) secara emosiaonal dengan mudah.

3) Klien tidak mengingkari sugesti tersebut (conscious menyetujui) dan bila sugesti tersebut suatu penanaman nilai, klien dapat dengan mudah memodifikasi program-program untuk digunakan sebagai dasar tindakan atau perilaku.44

Jenis-jenis Sugesti

Menurut Bernheim, perubahan perilaku sebenarnya bisa dicapai cukup dengan sugesti sederhana dan untuk mencapai kesembuhan terapis tidak harus mengantar klien sampai trance yang dalam.45

Ada enam tipe sugesti yang umum digunakan dalam hipnoterapi, 46 yaitu:

43

Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h. 34. 44

Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, h. 190. 45

La kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 109. 46


(39)

xxxix

1. Sugesti untuk relaksasi, dimaksudkan untuk membuat klien berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarahkan konsentrasinya pada bagian tubuh tertentu.

2. Sugesti untuk memperdalam, dalam sugesti ini klien diajak masuk lebih dalam lagi ke bawah sadarnya dengan perhatian semakin terfokus pada dunia batinnya dan perlahan-lahan digiring ke dalam tidur hipnotik.

3. Sugesti langsung, sugesti yang diberikan secara langsung tanpa perumpamaan atau analogi dengan bahasa yang sederhana. 4. Sugesti untuk gambaran mental, sugesti ini membuat gambaran

mental klien menjadi hidup dengan membawa kondisi klien ke tempat aman dan nyaman dan bisa dicapai bila klien berada dalam keadaan santai.

5. Sugesti tidak langsung, sugesti ini menggunakan metafora atau bentuk cerita sehingga klien dapat mengambil kesimpulan dari cerita tersebut.

6. Sugesti posthipnotik, sugesti ini diberikan selama klien dalam keadaan trans atau tidur hipnotik dan ditujukan untuk bawah sadar klien.

4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam

Dalam konteks kejiwaan manusia, Islam adalah sebuah agama yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sebagai falsafah dan sandaran hidup. Di dalamnya mengandung ajaran yang


(40)

xl

membimbing dan menggiring akal pikiran, jiwa, qalb, inderawi, dan jasmani kepada kefitrahan yang selalu cenderung untuk berbuat ketaatan dan ketauhidan kepada Yang Maha Pencipta, yaitu kecendrungan positif yang tidak pada eksistensinya di dalam diri setiap manusia.

Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional di mana seorang secara sengaja menciptakan hubungan professional dengan klien, yang bertujuan: (1) menghilangkan, mengubah, atau menemukan gejala-gejala yang ada, (2) memperantai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan (3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian.47

Dan menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya Peranan Agama dalam Kesehatan Mental menyebutkan, “Psikoterapi (perawatan jiwa) tidak ditujukan kepada orang-orang yang menderita penyakit jiwa saja, akan tetapi lebih banyak diperlukan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak sakit, akan tetapi tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari dan tidak dapat menyelasaikan persoalan-persoalan yang disangkanya rumit, dan karena persoalan-persoalan itulah yang banyak menghilangkan rasa bahagia”48

47

H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: PT. Sinar Bintang, 1991), h. 156-157.

48

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), cet. ke-16, h. 73.


(41)

xli

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik itu penyakit fisik, mental, moral, maupun spiritual yang dilakukan oleh seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkan dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bertujuan untuk mengembalikan, memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi sebagai fitrahnya.

Lalu bagaimana pandangan psikoterapi Islam mengenai hipnoterapi? Hipnoterapi tidak berkaitan dengan alam gaib dan tidak bersifat magic seperti yang sudah penulis paparkan pada penjelasan sebelumnya karena pada prinsipnya hipnoterapi memanfaatkan mekanisme penyembuhan psikis yang pada dasarnya sudah ada dalam tubuh manusia yakni alam bawah sadar.

Hipnoterapi ini diterapkan berpusat pada klien (client-centered) dan bukan therapist centered. Maksudnya, klien sebagai perencana dan penentu dari metode ini. Namun tidak semua penyakit mental sembuh melalui hipnoterapi, yaitu bila klien menolak untuk di hipnoterapi atau sistem hipnoterapi ini berlawanan dengan sistem nilai dalam diri seseorang, post hypnotic response pada orang itu tidak berfungsi. Dari pemaparan di atas jelas bahwa hipnoterapi tidak dimaksudkan untuk mengubah keyakinan ataupun kepercayaan yang dianut karena klien sebagai pusatnya.


(42)

xlii

Dalam suasana relaks, atau ketika tubuh berelaksasi, otak berada dalam keadaan terangsang secara siaga, dan menjadi “pintu masuk” bagi kekuatan bawah sadar. Karena itu, keadaan alfa yang dipicu oleh reaksi relaksasi tubuh akan membukakan informasi bawah sadar manusia sekitar 88 persen. Relaksasi yang dilakukan dengan cara apapun akan membuat tubuh menjadi tenang.49

Dalam proses hipnoterapi ada unsur relaksasi, di mana proses ini bisa diiringi dengan berdoa dan zikir. Ketika dalam keadaan relaksasi, otak menampakkan gelombang alfa, di mana kondisinya dalam keadaan relaks, tetapi siaga melakukan sesuatu. Untuk merelaksasikan diri bisa melalui duduk tafakur dan berdzikir, di mana hal ini dapat membangkitkan respons relaksasi.

Penelitian Herbert Bensons, menunjukkan bahwa zikir itu dapat menjadi salah satu frasa fokus (kata-kata yang menjadi titik perhatian) dalam proses penyembuhan diri dari kecemasan dan ketakutan. Frasa fokus ini kemudian dikombinasikan dengan respons relaksasi.50 Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 28:

*D=

EFG

"

H" J* "

KD( MNO P

QS

E

73 U+V

WG

"

XY

73Z[+V

WG

"

KD(

4NO P

O\

%)

"

B](

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’d: 28)

49

Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, h. 168-172. 50


(43)

xliii

Dari pernyataan di atas, hipnoterapi dapat diterima dalam psikoterapi Islam karena proses hipnoterapi tidak mengubah keyakinan seseorang dan tidak berkenaan dengan magic ataupun gendam (ilmu hitam) seperti yang selama ini disalahartikan oleh banyak kalangan. Proses hipnotherapi juga bisa diiringi dengan zikir dan doa (Al-Qur’an dan As-Sunnah) jika memang dirasa perlu untuk menambah keyakinan yang kuat (keimanan), bahwa sesungguhnya yang menyembuhkan adalah Allah SWT bukan terapis karena hipnoterapi adalah sebagai alat bantu dalam proses penyembuhan.

B. Anak Phobia

1. Pengertian Anak dan Phobia a. Pengertian Anak

Pada umumnya orang berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

Dalam kamus bahasa Indonesia, anak diartikan sebagai keturunan yang kedua dan manusia yang masih kecil,51 dimana ia dilahirkan dari sepasang laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan.

Untuk dapat mengenal anak lebih dekat ada dua pendekatan yakni :

51

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 38.


(44)

xliv 1) Pendekatan Agama (Islam)

Anak adalah suatu karunia terbesar yang Allah berikan kepada orang tua, sekaligus sebagai amanat yang harus dipertanggungjawabkan di Hari Kemudian.

Imam Al-Ghazali berkata :”Anak adalah amanah orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak selalu menerima segala yang diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Apabila ia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak akan terbentuk. Namun, apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan, dosanya akan ditanggung langsung oleh orang tuanya sebagai penanggung dari amanah Allah.52

Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yaitu :

_`;a b ?*

*D= EFG

"

H" J* "

H"c

E

de%2

V

g

" h

*

gi

E

j5

5J

"

h

& * !

"

_` >k *l

m_

?k *

ojXp m

qi"

a

F

rY

*s tA

*

FG

"

G

*

g*3*

*s

2*

*

*s ju v 

B

(

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan

52

Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1999), cet. ke-4, h. 35.


(45)

xlv

tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6)

2) Pendekatan Psikologi

Secara psikologis anak merupakan pribadi yang unik dan khas, yang berbeda sekali dengan pribadi manusia dewasa, ia memiliki sifat-sifat serta dinamika khas pula. Anak juga merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunitas dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai, berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Anak yang hidup dalam sosial tertentu, ia akan dideterminir secara sosial. Karena itu anak bisa dipengaruhi orang lain, dan bisa dididik. Anak tidak mungkin berkembang dengan sendirinya tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, sebab mempunyai relasi atau kaitan dengan orang lain. Dan hanya dalam relasi dan komunikasi dengan orang lain anak bisa tumbuh dan berkembang menuju pada kedewasaan.53

b. Pengertian Phobia

Phobia adalah perasaan takut yang irasional, berlebihan, dan bersifat terus menerus terhadap sesuatu atau situasi. Emosi takut adalah sesuatu yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang. Emosi

53

Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 48.


(46)

xlvi

ini sebenarnya positif karena mempunyai makna antisipatif terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan menurut Dadang Hawari, phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek aktivitas atau situasi tertentu, yang menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya, rasa ketakutan ini disadari oleh orang yang bersangkutan sabagai suatu ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal, namun ia tak mampu mengatasinya.54

Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka sangat reseptif dalam mengembangkan rasa takut pada hal-hal yang tidak dikenalnya.

Beberapa ketakutan, seperti takut mati atau takut bahaya, adalah wajar. Sedangkan ketakutan lain seperti takut darah atau kegelapan, adalah ketakutan yang berkembang akibat pengalaman traumatik. Suatu ketakutan akan menjadi phobia apabila emosi takut ini terpicu oleh satu atau beberapa faktor yang irasional dan tidak diketahui. Emosi takut ini sedemikian sering dirasakan sehingga mengganggu kenyamanan hidup seseorang.55

Jadi pada phobia ketakutan itu berhubungan dengan konflik. Phobia merupakan ketakutan terhadap obyek, apakah itu membahayakan atau tidak, apakah itu terlihat dalam gambar, didengar ataupun hanya dibayangkan.

54

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan JIwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yoso,1997), cet. ke-3, h. 64.

55


(47)

xlvii

Rasa takut menghinggapi setiap orang utamanya anak-anak. Ada banyak hal yang mesti diwaspadai berkaitan dengan rasa takut. Orang tua mesti menyikapi rasa takut anak secara tepat. Rasa takut yang tak tertangani dengan tepat akan terbawa dalam tahap-tahap perkembangan anak selanjutnya.

Rasa takut sebenarnya adalah emosi yang sangat normal. Pada saat merasa takut membuat seseorang menjadi waspada dan siap bertindak serta lebih siaga untuk bertindak melindungi diri.

Rasa takut yang mencekam, yang terus menerus dialami anak, akan mengganggu perkembangan anak. Secara fisik anak yang selalu ketakutan akan sering mengalami tekanan darah dan detak jantung yang meningkat sehingga bisa mengganggu kesehatan anak. Rasa takut yang berlebihan juga akan menghambat anak untuk melalukan eksplorasi, menghambat adaptasi, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini orang dewasalah yang perlu mengambil inisiatif membantu anak menghadapi rasa takut. Karena keterbatasannya sering kali anak tidak mampu memahami sumber rasa takut yang dialami, anak juga tidak bisa mengekspresikan dengan tepat dan tidak mampu mengatasi rasa takutnya. Sikap yag tepat dari orang tua akan membantu anak mengenali emosinya dan kemudian mengatasinya.sebaliknya sikap yang tidak tepat justru memperburuk kondisi anak.56

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa takut adalah umum pada anak-anak, dalam perkembangannya makin bertambahnya

56

Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta: Kanisisius, 2008), cet. ke-5, h. 11.


(48)

xlviii

usia anak, takut dapat lebih merupakan “anxiety” (gangguan panik), sedangkan “anxiety” dengan takut yang berlebih-lebihan serta diikuti konflik intrapsikis dapat mengarah phobia.

2. Jenis-jenis Phobia pada Anak

Rasa takut yang dialami anak sesungguhnya bervariasi. Cara mengatasinya pun mesti disesuaikan. Sumber-sumber rasa takut secara garis besar dipilah berdasarkan sumber rasa takut yang sifatnya subjektif dan objektif.

Setiap orang baik dewasa maupun anak-anak memiliki rasa takut. Jika ketakutan yang dirasakan seseorang sama dengan umum dirasakan orang lain itu wajar. Seseorang yang tidak pernah merasa takut justru perlu dikhawatirkan karena sebenarnya perasaan takut itu merupakan reaksi seseorang terhadap rangsangan atau bahaya dari luar. Rangsangan itu kemudian menggerakkannya untuk melindungi diri atau menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat melukai atau menimbulkan bahaya bagi dirinya.

Rasa takut yang muncul dalam diri seseorang mempunyai dua sisi. Pertama, sisi positif. rasa takut menyebabkan seseorang melindungi dirinya dari ancaman luar. Contohnya, takut pada harimau. Ketakutan pada harimau itu merupakan suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak mendekati harimau, yang kapan saja bisa menerkamnya. Kedua, sisi negatif. Rasa takut menyebabkan seseorang memiliki perasaan-perasaan menegangkan yang membuatnya tidak nyaman. Contohnya, ketakutan


(49)

xlix

pada harimau itu dibawa sampai ke alam bawah sadarnya, yang mungkin akan membuatnya menjadi terlalu obsesif untuk membunuh semua harimau di hutan.

Setiap orang dapat mengalami berbagai perasaan takut, dan diantaranya, wajar dialami oleh anak-anak. Namun, jika rasa takut itu terbawa dalam tahap-tahap perkambangan anak selanjutnya, rasa takut itu akan berdampak buruk bagi anak, baik dari segi perkembangan sensori-motorik, perkembangan kognitif, sampai perkambangan sosialnya. Anak tumbuh menjadi pribadi yang penakut, tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil resiko. Akibatnya, ia menjadi lambat dalam memperoleh suatu pengalaman atau informasi baru. Secara umum, ada dua golongan jenis-jenis phobia yng dialami anak:

a. Benda-benda yang secara objektif menimbulkan ketakutan. Biasanya bisa dilihat,didengar, dan dirasakan. Misalnya,takut pada binatang (anjing dan kucing ),takut masuk sekolah pertama kali, takut pada dokter, atau takut pada sesuatu yang dapat mengeluarkan suara keras dan mengejutkan (kilat dan guruh)

b. Hal-hal yang subjektif, yaitu perasaan dan sikap yang menyebabkan ketakutan. Misalnya, takut pada ketinggian, takut ditinggal sendirian di rumah, takut kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan kasih sayang, takut gelap, takut hantu,takut mengenal lingkungan baru,dan takut penolakan orang lain.57

57


(50)

l

Bagi anak-anak, rangsangan baru dan tidak disangka sebelumnya dapat menimbulkan perasaan takut karena mereka belum tahu bagaimana harus memberikan reaksi yang tepat. Orang tua berperan membimbing anak-anak supaya mereka dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap segala sesuatu hal yang dihadapinya, baik itu sesuatu yang dapat diduga atau tidak.

Ketakutan yang dialami anak juga dapat menimbulkan kecemasan. Pada situasi tertentu, kecemasan hampir sama dengan ketakutan, dan merupakan ketakutan pada taraf ringan. Tetapi, sebenarnya ketakutan dan kecemasan adalah dua hal yang berbeda. Ketakutan disebabkan oleh suatu objek atau situasi tertentu, sedangkan kecemasan terjadi tanpa suatu alasan yang jelas atau dapat disebabkan oleh suatu situasi yang sebenarnya tidak menakutkan. Kecemasan dapat mencakup semua tingkatan pengalaman yang terletak antara ketenangan dan ketakutan juga bisa diungkapkan sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan dan dalam tingkat yang berlebihan, yang tidak sesuai dengan keadaan yang dapat menimbulkan ketakutan. Menjadi sesuatu yang tidak wajar apabila rasa takut itu sering muncul sehingga menghalangi fungsi kepribadian anak secara normal.

Mereka yang takut berlebihan, biasanya menampakkan tanda-tanda: mukanya memerah, pupil matanya melebar, menggerak-gerakan otot muka, gelisah, beraktivitas secara berlebihan, menggigit benda-benda yang ada disekitarnya (atau bahkan anggota tubuhnya sendiri), mengompol,


(51)

li

muntah, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, dan menunjukkan sikap ketergantungan yang berlebihan.58

Sebenarnya ketakutan anak-anak terhadap sesuatu, merupakan hal yang biasa dan wajar, karena diusianya, mereka masih belajar mengenal dunia luar. Ketakutan yang mereka alami merupakan bentuk ketakutan yang beralasan, karena ada objek yang membuat mereka takut. Namun, bila dibiarkan berlanjut ketakutan tersebut dapat berkembang menjadi ketakutan yang tidak lagi rasional atau phobia. Dan itu dapat mengganggu perkembangan emosi anak-anak yang berpengaruh pada masa dewasanya kelak.

Dalam sebuah penelitian di amerika dikemukakan bahwa terdapat 10-15% anak-anak mengalami phobia, dan terdapat 5% anak-anak tersebut yang mengalami phobia yang ekslusif. Anak-anak dengan phobia yang ekslusif ini akan mengalami ketakutan yang lebih sering terhadap objek phobianya dan ketakutan tersebut tidak bisa hilang dengan mudah dan akan terus berlanjut dalam periode waktu yang lama. Akan tetapi, bila seseorang berinteraksi dengan subjek fobia, hal tersebut bisa menyebabkan fiksasi. Dalam istilah psikologi, fiksasi adalah seseorang menjadi terkunci, karena ketidakmampuan orang yang bersangkutan mengendalikan perasaan takutnya.59

Pola kepribadian dasar seseorang terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya pengalaman-pengalaman kurang menguntungkan yang

58

Ibid., h. 22. 59


(52)

lii

menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari.

Pada masa sekolah, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa tidak percaya diri dan akhirnya timbul phobia sekolah atau phobia sosial.60

Tidak ada seorangpun yang tahu pasti mengapa sebagian anak memiliki phobia, sedangkan anak yang lain tidak. Hal ini dilihat pada keturunan, bisa berupa ayah, ibu, saudara yang lain yang memiliki phobia. Dan phobia sering terjadi sekali tapi ekstrim penyebab biasanya ada pengalaman traumatik dan phobia bisa terjadi bila dilakukan terus menerus oleh orangtuanya dengan ditakut-takuti jika si anak tidak menuruti perkataan orangtuanya sehingga menimbulkan phobia.

Setiap anak merespons perasaan takutnya secara berbeda. Sebagian anak sangat terbuka tentang perasaan takutnya, sedangkan anak lain menunjukkan kegelisahan dan ketakutannya dalam perilaku mereka. Contohnya : menyangkal adanya masalah (ini biasanya terjadi pada anak laki-laki), menjadi atau tampak kebas, bermain dengan lebih agresif, seringkali menciptakan ulang situasi traumatik ketika bermain,

60

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1989), cet. ke-5, h. 13-14.


(53)

liii

menghindari situasi-situasi baru, mengembangkan gejala tubuh seperti sakit, nyeri, atau gangguan tidur dan nafsu makan.61

Adapun gejala-gejala phobia yang terjadi pada anak menurut WF. Maramis bahwa ketakutan ini dapat mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, berkeringat, mual, dan panik.62 Sedangkan menurut A. Supratik dalam bukunya “Mengenal Prilaku Abnormal” mengatakan, phobia gejalanya disertai pusing-pusing, sakit perut dan sebagainya.63

3. Sebab-sebab Phobia pada Anak

Secara umum anak mengalami ketakutan dan faktor penyebabnya64 sebagai berikut:

a. Intelegensi

Anak yang terlalu cepat dewasa mempunyai ciri khas rasa takut yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih tua, dan anak-anak yang terbelakang mentalnya mempunyai ciri khas rasa takut seperti yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih muda.

b. Jenis kelamin

Pada semua tingkat usia dan ditinjau sebagai suatu kelompok, anak-anak perempuan memperlihatkan ketakutan lebih banyak

61

James J. Crist, Saat Takut dan Cemas: Apa yang Harus Aku Lakukan, (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2005), h. 121.

62

W. F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga Press, 1994), cet. ke-4, h. 60.

63

A. Supratik, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), h. 43. 64

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Graha Aksara Pratama, 1978), edisi ke-6, h. 42.


(54)

liv

dibandingkan dengan anak laki-laki. Di samping itu, ketakutan anak-anak perempuan kepada objek tertentu. Seperti ular dan binatang kecil lebih diterima secara sosial.

c. Status sosial ekonomi

Anak-anak dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah pada semua tingkat usia mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas menengah dan keluarga kelas tinggi. Mereka terutama takut pada kekerasan, yang merupakan hal yang tidak terlalu ditakuti pada anak-anak dari keluarga kelas menengah dan tinggi.

d. Kondisi fisik

Jika anak-anak dalam keadaan letih, lapar dan kurang sehat, mereka bereaksi dengan ketakutan yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan normal, dan mereka lebih mudah takut terhadap berbagai macam situasi yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan rasa takut.

e. Hubungan sosial

Berada bersama anak lain yang sedang ketakutan juga menimbulkan rasa takut. Jika jumlah individu di dalam kelompok bertambah, maka ketakutan akan dirasakan bersama dan jumlah rasa takut dari setiap anak akan bertambah.


(55)

lv

Anak pertama cenderung mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian, karena mereka dibayangi sikap orang tua yang terlalu melindungi. Semakin banyak anak yang lebih muda berhubungan dengan kakak mereka semakin banyak ketakutan yang mereka alami.

g. Kepribadian

Anak yang emosinya tidak tentram cenderung lebih mudah merasa takut dibandingkan dengan anak yang tentram. Anak yang berkepribadian ekstrovert belajar rasa takut lebih banyak dengan cara menirukan orang lain dibandingkan dengan anak berkepribadian introvert.

Dan hal ini akan berlanjut jika ketakutan beralih pada phobia dan ada beberapa faktor yang mengakibatkan anak menjadi phobia, antara lain: pernah mengalami traumatis dan shock hebat; pengalaman ini didasari oleh rasa malu dan rasa bersalah di mana pengalaman ini ditekan hingga kedalam alam bawah sadarnya untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut; jika mengalami stimulus yang serupa, respon ketakutan itu akan timbul kembali, meskipun pengalaman yang lalu sudah terlupakan.65

65

Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. ke-6, h. 120.


(56)

lvi BAB III

GAMBARAN UMUM TRANZCARE

A. Sejarah Berdirinya

TranzCare adalah suatu pusat pemberdayaan diri yang langsung ditangani oleh Yan Nurindra, seorang Human Achievement Specialist terkemuka Indonesia. TranzCare secara operasional sudah dirintis berdiri sejak tahun 2005. akan tetapi, baru mulai berjalan sekitar tahun 2007. pada awalnya memang sebagai tempat konsultasi dengan metode hypnosis, kemudian dikembangkan oleh Yan Nurindra selain sebagai tempat konsultasi juga sebagai pelatihan-pelatihan, workshop, seminar, dan lain sebagainya yang berkenaan dengan pengembangan dari hypnosis itu sendiri.66

TranzCare berasal dari kata trance artinya relaksasi yang dalam, dimana ketika memasuki kondisi hypnosis dalam memberikan sugesti positif di alam bawah sadar seseorang harus dalam kondisi trance. Sedangkan, Care artinya penyembuhan. Untuk itu, TranzCare sebagai lembaga yang memberikan pelayanan penyembuhan dengan metode hypnosis melalui trance (relaksasi yang dalam).67

Yan Nurindra merupakan pakar di bidang Neuro Linguistic Programming (NLP), Psychocybernetics, dan Hypnotherapy, serta menaruh minat yang tinggi terhadap Esoterism & Spiritualism sebagai bagian dari metodologi pemberdayaan diri dalam menangani kliennya. Beliau juga

66

Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. 67


(57)

lvii

merupakan Professional Member dari National Federation of Neuro Linguistic Psychology (NFNLP), National Guild of Hypnotists (NGH), dan International Association of Counsellors & Therapists (IACT), yang berpusat di USA.

Yan Nurindra adalah President dari The Indonesian Board of Hypnotherapist (IBH), organisasi Hypnotherapist pertama & terbesar di Indonesia. Melalui TranzCare Life Empowerment Center, beliau memberikan Life Coaching secara pribadi kepada siapapun juga yang membutuhkan bantuan ini.

Yan Nurindra berlatar belakang pendidikan Teknik Elektro, dan E-Commerce. Sejak belia ia sudah tertarik dengan berbagai hal yang terkait dengan esoterism, spiritualitas, dan pemberdayaan diri.Yan Nurindra bekerja di sektor formal lebih kurang 11 tahun, ia merupakan salah satu ahli Computer Banking Indonesia yang turut berkontribusi terhadap pembangunan Teknologi Informasi di berbagai Bank pemerintah. Yan Nurindra mempelajari hipnotisme sejak belia, tentu saja dimulai dari dunia hipnotis tradisional yang banyak tersebar di berbagai wilayah mistik di Indonesia, mulai dari hipnotis yang melibatkan mantra-mantra, sampai dengan hipnotis yang mempercayai adanya kekuatan magnet di tubuh manusia.68

Pada tahun 90an beliau mulai “mengenal” Western Hypnosis untuk pertama-kalinya, dari seorang pesulap tua yang juga seorang pegawai Bappenas, yaitu Bp. Sam (alm). Pesulap tua ini pernah terkenal pada tahun 60an. Selanjutnya ia banyak belajar dari para guru-guru Western Hypnosis

68


(1)

Jawaban: Tekniknya itu,,,dengan komunikasi verbal dan non verbal yang sangat persuasif, dan pada umumnya emang udah betul-betul bisa memahami komunikasi. Kalo anak efektifnya usia minimal sekitar 7-8 tahun. Kalo Untuk kaya anak-anak balita baik dipergunakan hipnotis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Yah,,intinya sama saja kaya orang dewasa hanya mungkin perbedaannya dalam proses pra-induksinya aja yang perlu disesuaikan dengan si anak. 4. Kapan sebaiknya waktu menghipnosis anak?

Jawaban: kalo kapan itu,,,bagusnya saat anak mulai tidur, karna tidur di awal itu belumlah tidur dikatakan sempurna (posisinya delta), dan kondisi ini memiliki sifat paling reseptif (posisi teta), yaitu merespon kondisi luar. Walaupun kondisi teta itu belum dikatakan tidur sempurna akan tetapi bagi anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, nah,, kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang diberikan, tapi sugesti ini justru didengar dengan baik oleh pikiran bawah sadar si anak, sehingga proses itu ngaruh ke perubahan perilakunya si anak.

! ! "


(2)

6. Bagaimana dampak dari Hipnotherapi bagi anak-anak?

Jawaban: dampaknya saya rasa sangat-sangat berpengaruh ya,,apalagi pemberian sugesti yang baiknya itu dilakukan berulang-ulang sehingga si anak bisa diarahkan kearah yang lebih baik nantinya. Contohnya,, bisa diarahkan menjadi rajin belajar, doyan makan, dan lain sebagainya.

7. Apa fungsi dan tujuan Hipnotherapi?

Jawaban : nah,,tujuannya itu sebagai alat bantu aja buat penyembuhan tanpa harus ada efek samping. Justru bukan untuk melupakan atau menghilangkannya,,melainkan untuk merubah persepsi yang salah yang pengaruhi pola pikirnya.

8. Apa kelebihan dan kelemahan dari proses Hipnotherapi?

Jawaban: saya rasa ya,,,emmm..sangat efektif dan efisien tapi kalo penggunaannya tepat ya..pada klien yang bener-bener butuhin. Karna g pake obat-obatan,, mungkin akan berpengaruh sama efek sampingnya. Truz kalo kelemahannya mungkin yah,,, tentang anggapan orang tua yang salah, kayak ada yang bilang kalo hipnotis itu bisa pake buat bayi,,nah ni ga bener karna hypnosis itu bisa efektif kalo si anak bisa paham betul-betul komunikasinya. Kedua, Untuk menjalani terapi ini dibutuhin kemampuan berpikir abstrak. Sugesti bisa aja si dilakuin buat bayi atau balita kalo tujuannya buat parenting gitu, misalkan,, orang tua berusaha menenangkan anaknya yang lagi nangis karna jatuh truz ibunya cium si anak nah,,si anak itu ga ngerasain sakit lagi..ini namanya bukan hipnotis tapi sugesti.. truz mungkin kebanyakan orang tua itu khawatir


(3)

menjalani terapi ini karna nganggap anaknya dikuasai sama orang atau dikibulin ma orang. Ini juga kurang tepat, sebab anak itu justru masih bisa lakuin kayak penilaian buat dirinya, bikin keputusan sendiri, dan ngarahin tingkah lakunya sendiri. Mungkin itu pengaruh dari tontonan teve kayak yang diterapin ma romy Rafael yang bentuknya hipnotis panggung. Lalu banyak juga orang tua cemas kalau-kalau anaknya tidak bisa "bangun" lagi. Anggapan ini ga bener. Sebab selama sesi proses itu berlangsung, hakikatnya anak dalam kondisi sadar. Si anak bisa ngarahin dirinya sendiri untuk keluar dari fase ini meskipun ditinggal sama saya atau bisa juga pingsan,,si anak ni masih bisa bangun koq dengan sendirinya.

9. Apa faktor pendukung dan penghambat dari metode Hipnotherapi?

Jawaban: Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis (Kejiwaan) klien, tingkat keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap seorang hypnotist. Dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan proses hipnoterapi tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil. Selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa untuk fokus serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan berjalan dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang anak memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses


(4)

hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing anak yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi. 10.Bagaimana pandangan konseling Islam tentang metode Hipnotherapi?

Jawaban: emmm,,,jelas-jelas g langsung dengan berhubungan dengan alam ghaib ya,,, contohnya kayak gendam. Truz juga emang udah diuji secara ilmiah dalam ilmu psikologi,,pasti mbak dah belajar kan soal alam bawah sadar teorinya Sigmeund Freud. Nah,,hipnotis ini pendekatannya pake alam bawah sadar. Dan justru karna hipnoterapi ini hanya sebagai alat bantu aja untuk proses penyembuhan si klien yang datag kemari,, dan saya juga sering bilang kalo yang sembuhin itu diri anda sendiri, sedangkan saya cuma ngarahin. Kalo emang diperluin bisa dikombinasiin sama teknik zikir dan doa.

11.Sampai kapan pengaruh metode Hipnotherapi bisa bertahan pada klien? Jawaban: hampir sebagian besar yang datang ke sini itu,,bilang bertahan jauh

lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya. tapi,,, tentu saja harus ada faktornya,,yah paling tidak lingkungannya yang membentuk dia balik lagi kaya awalnya.

12.Apa tingkat kesulitan metode Hipnotherapi pada penanganan anak?

Jawaban: sebenernya,,yah,,tidak ada kesulitan sama sekali si,,intinya selama si anak bisa berkomunikasi aja. Intinya, si klien dalam keadaan bersedia, memahami komunikasi, dan yang terakhir adalah itu fokus.


(5)

Jawaban: yah,,minimal dilakukan dengan 1 kali sesi terapi jika phobianya ringan ya... truz sesi terapinya sekitar 4 kali-10 kali-anlah dan kadang juga ada klien yang datang tiap minggunya,,pokoknya tergantung dari jenis permasalahannya aja sampe bener-bener sembuh.

14.Apakah ada bahasa khusus ketika memberikan sugesti pada anak?

Jawaban: tentu ada,, dimulai dari kata-kata dan kalimat yang sederhana dan jelas maksudnya, truz bahasanyapun bisa dipahami,,nah,,ekspresi itu jangan ekspresi kaya marah,bete,,pokoknya ekspresinya itu harus yang menyenangkan si anak sekaligus menghindari ekspresi negatif dimana si anak sedapat mungkin memberikan respon kepada kita, sedapat mungkin hindari kata "coba" contohnya ni “bisa ga ade bayangin waktu jalan-jalan sama mama” seperti itu, kemudian berikan saran pake tanda-tanda tertentu contohnya kaya petik jari,,truz gunain sugesti langsung dan tidak langsung, diulang-ulang sugestinya,dan terakhir gunakan bentuk imajinasi atau pengalaman kita.

Interviewer


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Bidang Studi Aqidah Akhlak : studi kasus kelas II madrasah tsanawiyah negeri(mtsn)1 pela mampang prapatan jakarta selatan

2 11 76

Korelasi minat belajar al-Qur'an Hadis dengan prestasi belajar siswa MTS al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan

0 3 108

Pengaruh pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak anak di MTs Sa'adatuddarain Mapang Jakarta selatan: studi kasus di MtS Sa'adtudarain Mampang Jakarta Selatan

0 15 84

Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Distributor MLM terhadap Kepatuhan Pajak (Studi Kasus pada Distributor MLM di Wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan)

1 19 119

Pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstra kurikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan Jakarta Selatan

1 27 63

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Susu Sapi Segar dan Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2015

1 21 107

Aktivitas ekonomi rumahtangga pengusaha dan pekerja industri kecil tahu di Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

0 5 197

Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan

0 3 106

POTENSI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROOF GARDEN DI KAWASAN MAMPANG PRAPATAN DAN SEKITARNYA, JAKARTA SELATAN (Development Potential of Roof Garden Technology in Mampang Prapatan Area and Surroundings, South Jakarta) | Kinasih | Jurnal Manusia dan Lingkungan 184

0 0 10