Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Di pulau Jawa, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi. Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana sumber : BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1815 – 2011 telah terjadi ± 5.500 kejadian bencana, 2 dengan porsi kejadian terbanyak adalah banjir sebanyak 3.450 kejadian disusul oleh tanah longsor sebanyak 1.282 kejadian. Sedangkan bencana geologi yang meliputi gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi hanya menyumbang sekitar 4 dari seluruh kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi walaupun kecil, bencana geologi ini telah menimbulkan korban fatalitas mencapai ±265.431 jiwa, serta nilai kerugian yang sangat besar. Dalam sepuluh tahun terakhir bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh 2004, Yogyakarta 2006, Tasikmalaya 2009, Sumatra Barat 2010, gempa dan tsunami Mentawai 2010, tanah longsor Wassior di Papua Barat 2010 dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta 2010 menyebabkan korban ratusan jiwa dan ratusan triliun rupiah dalam nilai ekonomi. Gambar 1.2 daftar korban bencana Sumber : BNPB Fakta menyebutkan, tanah air Indonesia akan terus berada di kawasan cincin api pasifik Ring of fire, tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia, yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu yang berarti Indonesia akibat kondisinya tersebut sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di antaranya mengalami luka kerugian fisik material, bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai konflik sosial pasca-bencana. Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu yang berarti ancaman bencana akan senantiasa mengintai akibat kondisinya tersebut. Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di antaranya mengalami luka-luka atau bahkan meninggal dunia. Selain membawa kerugian fisik material, bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai bencana. Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire Sumber : National geographic, 2011 Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang 3 yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus ancaman bencana akan senantiasa mengintai Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di gal dunia. Selain membawa kerugian fisik material, bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh- contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu persis datangnya bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang 4 berpotensi dilanda bencana khususnya gempa, letusan gunung api, dan banjir musiman dapat dikenali berdasarkan kondisi geografis dan geologis, serta catatan empirik peristiwa-peristiwa sebelumnya. Pengurangan resiko bencana sangat prioritas bagi Negara-negara rawan bencan dan Indonesia menduduki peringkat pertama untuk bencana tsunami dan longsor dengan jumlah orang terdampaknya Kompas, 2011 Dalam kaitan ini, pemerintah berkewajiban dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik mencegah,meredam, mencapai kesiapan maupun menanggapi dampak buruk dari kejadian bencana itu sendiri yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana UU 242007. Pemerintah juga menjamin terselenggaranya penanggulangan secara terpadu dan terkoordinasi, yang artinya pemerintah harus memberikan informasi tentang bencana alam kepada masyarakat untuk pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan. Oleh sebab itu Pemerintah melalui BNPB melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi bencana seperti yang tertera dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008. Pengurangan risiko bencana oleh Pemerintah melalui BNPB atau BPBD dilakukan melalui pengenalan dan pemantauan mengenai risiko dan ancaman bencana, juga melakukan perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dan pengembangan budaya sadar bencana, juga penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan 5 penanggulangan bencana. Dalam National progress report on the implementation of the Hyogo Framework for action 2009-2011, Indonesia telah melakukan beberapa pencapaian terhadap parameter strategic goals yang telah ditentukan. Pada tahapan pencapaian strategis yang menyangkut kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan, dan program dengan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan, Indonesia telah melakukan kemajuan dalam pengurangan resiko bencana ke dalam proses pembanguna nasional. Meskipun upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, baik oleh Pemerintah melalui departemenlembagainstansi terkait serta lembagaorganisasi non pemerintah serta masyarakat, namun kejadian bencana tetap menunjukkan peningkatan baik intensitasnya maupun dampak kerugiannya. Untuk itu upaya-upaya pengurangan resiko bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan praktis tentang karakteristik bencana dan upaya-upaya mitigasinya kepada seluruh pemangku kepentingan stake holder. Badan Nasional Penanggulangan Bencana disingkat BNPB adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu,serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana 6 yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan. BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 BNPB . Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.sebagai salah satu badan pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masalah penanggulangan bencana baik pencegahan atapun pasca bencana adalah tugas pokok dari BNPB indonesia.go.id. Menurut Rika Dwi Kurniasih 2012 ; sistem manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan menggunakan Arccasper, memberi kemudahan masyarakat sekitar untuk mencari rute evakuasi jika terjadi bencana tsunami dengan menyiapkan sistem peringatan dini untuk menuju tempat evakuasi.kelemahan dari system ini adalah terbatasnya informasi hanya untuk wilayah kota Palu dan tidak menampilkan daerah ancaman dan resiko bencana. Adapun penelitian yang saya kembangkan adalah daerah jangkauan yang menyeluruh yaitu seluruh Indonesia, 7 adanya informasi spasial ancaman dan resiko bencana, informasi spasial sudah dapat diakses melalui mobilesmartphone. Menurut Argo Mulyanto 2011; Pengembangan model SIG untuk menentukan rute evakuasi yang menyajikan menyusun model sistem informasi geografis SIG untuk menentukan rute evakuasi bencana. Di dalam penelitian Argo Mulyanto masih sangat terbatas dan belum berbasis web dan mobile. sedangkan penelitian yang saya kembangkan sudah berbasikan Web dan Mobile . Menurut Fadri Mustofa 2013: Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana krb III gunung merapi, Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan perumusan Standard Operating Procedure SOP, aktivasi kembali Tim Pengurangan Risiko Bencana PRB serta pembangunan sarana fisik. kelemahan sistem ini belum menampilkannya peta spasial ancaman dan resiko bencana maupun ancaman bencana yang membantu dalam memberikan informasi tentang mitigasi bencana. sedangkan penelitian yang saya kembangkan memberikan informasi spasial tentang ancaman dan resiko bencana maupun pantauan bencana, mencakup wilayah yang lebih luas dan menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh semua pihak di Indonesia, tidak terbatas di suatu daerah tertentu . 8 Menurut Pramadhi Dharma, Arna Fariza, Rizki Yuniar Haqqun 2012 Sistem informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me. Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit, daerah penyebaran lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya. Peneliatian ini sebatas mengetahui daerah bencana lumpur lapindo, sistem informasi ini berbasis mobile J2ME sebagai pembangun sistem. Sedangkan penelitian yang saya kembangkan meliputi keseluruhan bencana dan berbasis mobile berplatform android. Dari penelitian mengenai bencana yang terjadi di Indonesia maupun upaya mitigasi penanganan bencana yang telah dilakukan sebelumnya, dijelaskan bahwa upaya penyampaian informasi tentang kebencanaan yang merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan adalah hal pasti yang harus dilakukan dan dikembangan dengan benar. BNPB yang merupakan lembaga resmi Indonesia yang menangani kebencanaan ataupun upaya mitigasi secara tidak langsung membutuhkan sistem informasi yang bisa bersinergi dalam upaya penanggulagan bencana, guna memberikan informasi tentang ancaman dan resiko bencana kepada masyarakat Indonesia secara terpadu, efektif dan interaktif . Dan teknologi saat ini yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk menyampaikan informasi adalah teknologi mobile, teknologi dapat menampilkan informasi yang berguna, inovatif dan efisien, dan dengan teknologi mobile itu sendiri 9 dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Jadi sistem informasi berbasis mobile bisa menjawab akan kebutuhan dari BNPB akan faktor-faktor bencana diatas. Pada masa saat ini vendor-vendor dari telepon genggam pintar atau smartphone kebanyakan memproduksi smartphone berbasis android. Hal ini karena android itu adalah sistem operasi yang open source sehingga bebas didistribusikan dan dipakai oleh vendor manapun. Safaat: 2011 Android juga mampu teintegrasi dengan berbagai layanan Google seperti Googlemaps, dalam menampilkan sebuah informasi lokasi secara peta visual. Dilihat dari latar belakang diatas, ada ketertarikan untuk melakukan penelitian dalam rangka merancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam yang interaktif agar BNPB dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat terhadap ancaman bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi spasial ancaman dan resiko bencana kepada pengguna dan masyarakat. Refleksi atas bencana alam boleh jadi anakronis tapi jelas bukan anathema, karena ancaman bencana akan terus ada, seperti kata orang bijak, gempa tak menimbulkan bencana, tapi bangunan yang robohlah yang menimbulkan bencana. Gunung berapi juga tidak menimbulkan bencana, tapi kelambanan kita menjauhinya saat ia murkalah yang mendatangkan bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi dan menampilkan peta daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia. 10 memberikan layanan untuk masyarakat tentang informasi terbaru bencana yang terjadi. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti mengajukan judul skripsi “RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA Studi kasus: Daerah Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapati perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menganalisis dan merancang bangun sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia? 2. Bagaimana membangun aplikasi broadcast service yang mampu menampilkan informasi spasial ancaman dan resiko bencana alam berbasis smartphone ?

1.3 Batasan Masalah