Wawancara Studi Pustaka Metode Pengumpulan Data .1 Observasi

60

3.3.1.2 Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Bapak Agus dan Bapak Felix selaku Bagian pusat data dan informasi pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bapak Satria selaku bagian pusat data dan informasi pada Badan Meteorologi Geofisika. Wawancara ini berguna untuk memperoleh data yang diperlukan dalam perancangan dan pembuatan sistem. Dalam wawancara yang dilakukan diketahui bagaimana alur sistem informasi bencana yang dilakukan sistem berjalan.

3.3.1.3 Studi Pustaka

Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Data-data dan informasi yang diperoleh berasal dari buku-buku dan artikel guna membantu dalam penelitian sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana sehingga menjadi acuan pembahasan dalam penelitian ini. Metode ini juga dilakukan dengan menelusuri literatur yang ada. Pada penelitian ini menggunakan referensi beberapa skripsi dengan topik kebencanaan dan Mitigasi yang terdahulu dengan mempelajarinya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Data-data dan informasi yang digunakan dalam penelitia ini adalah standarisasi pedoman umun pengkajian resiko bencana tahun 2012 pada PerKa BNPB nomer 02,dan menurut regulasi dalam undang-undang Pasal 36 ayat 1 dan 2, UU No. 24 Tahun 2007 tentang 61 Penanggulangan Bencana dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dengan cara yang demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode yang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis: 62 Judul, Peneliti, Tahun Kerangka berfikir dasar teori yang digunakan Permasalahan Solusihasil Pengembangan Model SIG Untuk Menentukan RuteEvakuasi Bencana Banjir Studi kasus: kec. Semarang barat, kota semarang oleh Argo Mulyanto Jurusan perencanaan wilayah dan kota Fakultas teknik universitas diponegoro Semarang 2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam melakukan analisis, metode yang digunakan berupa metode analisis jaringan dan simulasi model. Analisis jaringan dilakukan didalam software arcview GIS untuk menemukan rute evakuasi efektif dengan cara menganalisis atribut- atribut jalan. Tingginya angka kerawanan korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir, sehingga perlu adanya upaya mitigasi bencana. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penentuan rute evakuasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu kita dalam memecahkan permasalahan tersebut. Munculnya teknologi informasi berupa arcview GIS dapat mempermudah kita dalam menentukan rute evakuasi yang baik. Hasil dari penelitian ini adalah model SIG yang dapat digunakan untuk menentukan rute evakuasi bencana banjir, yang bermanfaat bagi korban banjir untuk mencari rute menuju shelter dan bagi pengguna jalan dalam menemukan rute untuk menghindari banjir. Model hasil penelitian ini merupakan model interaktif yang dapat menemukan rute evakuasi berbeda untuk setiap lokasi yang berbeda. Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana krb III gunung merapi, oleh Fadri Mustofa Jurusan ilmu administrasi negara universitas gadjah mada stakeholder analysis Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan 63 Yogyakarta 2013 perumusan Standard Operating Procedure SOP, aktivasi kembali Tim Pengurangan Risiko Bencana PRB serta pembangunan sarana fisik. Analisis kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan Di kecamatan turi, pakem, dan cangkringan kabupaten Sleman yogyakarta oleh Dwi Syamsiati 2013 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara terhadap Tokoh kunci, dimana yang mengetahui dan bertanggung jawab terhadap konsep Kebencanaan di tiap institusi dan mengumpulkan dokumen pendukung. Hasilnya dapat Diketahui bahwa di sektor kesehatan belum ada hubungan kerjasama satu sama lain. proses tanggap darurat bencana khususnya bidang kesehatan masih belum maksimal. Kesiapsiagaan institusi kesehatan dan peran tim-tim kesehatan yang ada belum terpetakan dan belum saling mendukung satu sama lain dalam satu lingkup kawasan rawan bencana. Belajar dari peristiwa erupsi Merapi 2010 maka kesiapsiagaan dalam lingkup makro bidang kesehatan apakah akan lebih baik atau tidak. Hasil dari analisis mengenai kesiapsiagaan bidang kesehatan dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Saat Erupsi Merapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan ikut terlibat aktif dalam tanggap darurat Merapi, namun belum ada bentuk kerja sama antarinstitusi secara formal. 2. PascaerupsiMerapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan meningkatkan kesiapsiagaannya terhadap bencana. 64 Optimalisasi pemanfaatan knowledge management pada tdmrc dalam upaya peningkatan pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami oleh Vika Oktavia Jurusan Sistem Informasi Bina Nusantara, 2011 Metode analisis yang digunakan adalah Regenerasi Linear Berganda untuk mengetahui hubungan pemahaman masyarakat tentang informasi kebencanaaan dengan variable-variable seperti tingkat pendidikan,media informasi,frekuensi dan jenis kegiatan Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami,dan apakah media yang digunakan dalam penyebaran informasi mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana Tsunami. Dan apa saja hal-hal yang menjadi Critical Success Factor pelaksanaan knowladge management di TDRMC Ada pengaruh yang cukup signifikan dari semua variable independent pendidikan,media informasi,frekuansi kegiatan dan jumlah kegiatan terhadap variable dependen pemahaman akan mitigasi bencana tsunami.media sebagai salah satu dasar penyebaran mitigasi bencana berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman atas informasi bencana. Frekuensi kegiatan sebagai salah satu dasar penyebaran informasi mitigasi bencana kurang berpengaruh terhadap pemahaman atas informasi mitigasi bencana. 65 Konsep jaringan jalan pada kota yang rawan bencana gempa dan tsunami oleh Johannez hansen Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota-2006 pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan menggunakan network aalyst Pada kawasan pusat kota dan permukiman pesisir pantai bisa dibuat jalan alternatif untuk mengurangi arus lalulintas yang melalui jalan- jalan di pusat kota. Kondisi eksisting dan rencana pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga yang mengakomodir upaya mitigasi bencana sesuai scenario.Simulasi digunakan untuk pencarian rute tercepat, pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan Kondisi eksisting jaringan jalan Kota Sibolga berdasarkan analisis belum mengakomodir upaya mitigasi bencana sehingga dibutuhkan pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga sesuai skenario kombinasi dengan melakukan intervensi pengembangan pada setiap simpul jalan. Intervensi yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi eksisting jaringan jalan, kebutuhan pengembangan, dan ketersediaan lahan untuk pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga. Berdasarkan hasil simulasi setelah adanya intervensi pengembangan jaringan jalan maka penduduk pada kawasan pantai dapat bergerak ke zona aman dalam waktu yang kurang dari 15 66 menit sehingga ada pengurangan waktu tempuh yang signifikan. Dengan waktu tempuh pergerakan mitigasi bencana yang kurang dari 15 menit maka penduduk akan aman dari bencana. Manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan Menggunakan arccasper extension arcgis 10 oleh Rika Dwi Kurniasih Universitas Hasanudin 2012 Metode analisis yang digunakan menggunakan tools Capacity-Aware Shortest Path Evacuation Routing yang digunakan untuk menghitung jarak terpendek rute evakuasi dari setiap pengungsi atau kelompok pengungsi menurut lokasi mereka Kota Palu menjadi salah satu kota dengan resiko bencana tsunami yang besar. Tingkat resiko bencana tsunami inilah yang mengharuskan Kota Palu memiliki manajemen rute evakuasi untuk memudahkan melakukan evakuasi terhadap penduduk di sekitar pantai atau pesisir menuju kedaerah aman Kota Palu sebagai salah satu kota yang memiliki tingkat kerentanan bahaya tsunami yang cukup tinggi, memerlukan manajemen evakuasi bencana agar dapat 67 menuju area aman atau tempat pengungsian sementara. meminimalisir korban, pembagian lima area evakuasi dan jalurnya masing- masing dapat mempermudah masyarakat untuk memilih jalur evakuasi tercepat dari lokasi tempat tinggal mereka, hal ini perlu karena dalam kepanikan orang akan cenderung bertindak secara spontan jika manajemen rute evakuasi mereka telah di berikan dengan mudahnya mereka dapat memilih jalur mana yang terdekat dan ke tempat evakuasi . Zonasi kawasan pesisir pantai makassar Berbasis mitigasi bencana oleh Baharuddin Koddeng Program studi Analisis Kondisi Kebencanaan ,Analisis keruangan GIS ,Potensi Bahaya Hazard Potency, Super Impose Overlap Bagaimanakah karakteristik Fisik Spasial pantai Kota Makassar dikaitkan dengan tingkat resiko bencana dan Bagaimankah Tingkat resiko bencana wilayah studi terdiri dari dua yaitu tingkat resiko sedang dan tingkat resiko tinggi. Tingkat resiko bencana yang tinggi 68 pengembangan wilayah kota Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin-2011 Map konsep Mitigasi Bencana, Mitigasi Bencana sesuai dengan tingkat resiko HaVuCa dilihat dari ancaman bencana. sebanyak 59 1,96 Km2 sedangkan tingkat resiko sedang sebanyak 41 1,35 Km2 .Sehingga pemanfaatan ruang kawasan studi memperhatikan Daya Dukung Ekologis dan Daya Dukung Teknis, melalui Konsep Zonasi. mitigasi bencana dapat mencakup yaitu: a Pola Proteksi atau Perlindungan b Pola Akomodasi c Pola Retreat atau Relokasi Sistem informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me oleh Pramadhi Dharma, Arna Fariza,S.Kom,M.Kom, Rizki Yuniar Haqqun,S.Kom2 sistem informasi ini berbasis mobile, menggunakan teknologi yang sesuai yaitu SVG Scalhable Vector Graphich dan J2ME sebagai Pada studi ini dibuat suatu SIG Sistem Informasi Geografis untuk melakukan analisa terhadap daerah bencana lumpur Lapindo, dimana ruang lingkup dari analisa yang dilakukan adalah Sidoarjo. SIG Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit, 69 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pembangun sistem. ini memberikan informasi tentang letak geografis suatu daerah, sistem drainase yang ada, jalan alternatif untuk menghindari daerah lumpur, serta pusat pelayanan kesehatan yang ada, kemudian dengan mengumpulkan data history yang dimiliki oleh daerah tersebut serta informasi yang telah didapatkan diatas maka nantinya dapat dilakukan analisa terhadap daerah bencana lumpur Lapindo, dan dari hasil analisa tersebut diharapkan menjadi satu standard sistem pendataan terhadap daerah bencana lumpur Lapindo sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya bencana daerah penyebaran lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya. 70 lumpur dan memudahkan untuk melakukan evakuasi terhadap korban jika terjadi bencana lumpur. Karakteristik daerah potensi bencana alam wilayah selat sunda oleh Tito Latif Indra, SSi, MSi, Drs. Supriatna, MT, Tresvel Nazwil, SSi Departemen Geografi FMIPA UI hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian yang ditimbulkannya dengan menggunakan teori dan Tabel Skala Imamura penelitian ini akan dijelaskan prediksi rayapan run-up tsunami yang kemungkinan akan terjadi di sekitar wilayah pesisir barat Provinsi Banten. Sehingga nantinya penelitian dapat memberikan informasi yang berguna terkait dengan kejadian bencana tsunami. Kesimpulan dalam jurnal ini, Wilayah rawan tsunami pada pesisir Barat Provinsi Banten, pada bagian utara hampir seluruh wilayah berdasarkan ketinggian tsunami dan morfologi pantainya yang landai berpotensi terkena tsunami secara langsung, serta pemukiman yang berpotensi terkena tsunami dianggap rawan. 71

3.3.2 Metode Pengembangan Sistem