33 kemampuan visualisasi yang sangat bagus, pemetaan dan menyediakan
akses ke pengetahuan geografis secara sempurna untuk semua orang. Seiring waktu, web GIS akan menjadi bagian penting dari infrastruktur masyarakat.
Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011
2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam
Dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 200 dikatakan bahwasanya orang yang beriman untuk selalu dalam keadaan siaga sebelum akan
terjadinya suatu yang membahayakan, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” Lebih lanjut, dalam Surah Al An’aam ayat 131: “Yang demikian itu adalah karenaTuhanmu
tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.”, Al Quran menganjurkan untuk sebuah daerah berpenduduk
dan memiliki pemerintahan untuk memiliki perencanaan siaga yang mengarah kepada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan, mengurangi dampak,
menangani secara efektif serta melakukan pemulihan diri dari dampak, dan jika memungkinkan dapat mencegah bencana itu sendiri. Dalam konteks
manajemen, kesiapsiagaan membutuhkan perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi-fungsi manajemen yang hanya dapat dilaksanakan
berdasarkan keputusan yang ditetapkan dalam rangkaian proses yang dapat
34 memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana, jadi perencanaan menjadi hal yang sangat penting karena akan menjadi penentu dalam ketercapaian sebuah tujuan.
Ayat-ayat yang menjadi dasar adalah al-Hijr 15:28-29; al-Balad 90:10 dan al-Syams 91:7-10. Teori pendidikan Islam yang tepat untuk
menghadapi bencana ialah konvergensi antara fatalis dan positif atau teori good-active menurut pemikiran pendidikan Barat. Artinya ketika bencana
datang, manusia memperoleh pendidikan aspek kognitif, emosi dan psimotor seperti sabar, berserah diri, pengokohan iman tauhid, dan meminimalisir sifat
sombong, berpikir, dan berbuat untuk bangkit. Setelah pasca bencana manusia tidak boleh pasif fetapi harus aktif membuat rencana strategis dari berbagai
elemen yang dianggap dapat mengurangi kerentenan dan resiko bencana dalam suatu komunitas, untuk merespon, mencegah preventif dan
mengurangi mitigasi dampak yang tidak diinginkan dari ancaman, dalam konteks yang luas dari pembangunan berkelenjutan.
Paling tidak ada tiga dimensi pendidikan sebagai hasil dari kehidupan bencana yaitu: Pertama: Dimensi pendidikan kecerdasan spiritual yaitu tauhid,
takwa, dan akhlak mulia. Termasuk kecerdasan spritual ialah kemampuan memahami makna meaning dan nilai value dari jeritan bencana, hikmah
fundamental yang dikandungnya dan kemampuan mengatur diri menghadapi jeritan bencana. Pendidikan spritual ini lebih terasa jika bencana itu sebagai
35 akibat alam bukan ulah manusia. Bencana yang menerpa umat manusia
bukanlah murka dan hukuman Tuhan, tetapi rahmat-Nya. Allah tidak pernah menghukum dan menyiksa hambanya di dunia karena kelaliman dan
usahanya, tetapi hukuman dan siksaan itu ditangguhkan al-Nahl [16]:61 dan Fatir[35]:45. Bencana terjadi adalah sebagai konsekuensi-konsekuensi
tindakan-tindakan lalim. Hidup adalah ujian. Kedua: Dimensi pendidikan kecerdasan intelektual dan psikomor.
Menurut Ibnu Qayyim pendidikan intelektual ialah mengerahkan daya dan kemampuan untuk mengembangkan akal, mendidik dan meluaskan wawasan
dan cakrawala berpikir. [Manusia harus bangkit dari derita bencana dan aktif melakukan kajian-kajian, berkreasi mengatasi masalah dan melakukan aksi
konkrit. Hal itulah inti dari al-Ra’ad13 :11. Menurut Ja’far S. Idris, ayat ini mengandung ada empat hal yaitu 1 Tuhanlah yang memiliki kebebasan
berkehendak mutlak; 2 Manusia hanya memiliki kebebasan berkehendak yang terbatas; 3 Suatu perubahan dapat diupayakan oleh manusia dalam
dirinya; dan 4 Perubahan nasib pada manusia akan dilakukan oleh Allah sesuai dengna hasil kerja keras dan usaha serius yang dilakukan oleh manusia.
Ada enam pilar pembelajaran pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO, dapat diterapkan dalam pendidikan bencana yaitu 1 learning to
know, 2 learning to do, 3 learning to be,4 learning to live together, 5 learn how to learn and 6 learning throughout life . Learning throughout life
36 maksudnya menuntut dan memberi pencerahan kepada para korban bencana.
Sebagai hasil olah akal budi terhadap bencana, maka Kelompok Kerja Mitigasi dan Penanggulangan Bencana membuat Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Resiko Bencana RANPRB membuat lima prioritas pengurangan resiko bencana PRB yaitu 1 meletakkan PRB sebagai
prioritas nasional maupun daerah dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat, 2 mengidentifikasi, mengkaji dan memantau
resiko bencana serta menerapkan system peringatan diri, 3 memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan
dan ketahanan pada seluruh tingkatan, 4 mengurangi cakupan resiko bencana dan 5 meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua
tingkatan masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif.
Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam
sumber : Syadzili,2007
37
2.7 Peta dan Pemetaan