commit to user
14
sekolah mengenai nilai-nilai yang benar tentang masalah seksualitas, sehingga pelajar dapat mengolah secara benar informasi tentang masalah seksualitas.
Sekarang ini tingkah laku seksual remaja tidak menguntungkan nampaknya. Karena remaja merupakan masa peralihan ke masa dewasa,
termasuk dalam aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang bijaksana dari orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya
dan tentunya dari remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat.
Keadaaan rawan ini justru lebih banyak terjadi pada lingkungan pelajar. Lingkungan ini justru merupakan lingkungan yang sangat mudah
terhadap masuknya bebagai pengaruh negatif pada diri para remaja dimana kita ketahui pada masa ini mereka mengalami masa transisi, masa pencarian
diri, sehingga wajar apabila mereka banyak “bercermin” dari semua yang ada disekitarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimanakah interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks dan perilaku seks pranikah?”.
commit to user
15
C. TUJUAN PENELITIAN
Pada umumnya setiap kegiatan yang dilakukan selalu didasarkan oleh seperangkat tujuan yang hendak dicapai. Tidak ubahnya dengan penelitian yang
lainnya, penelitian ini juga memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu: untuk mengetahui interpretasi pelajar SMA N 1 Karanganyar tentang pendidikan seks
dan perilaku seks pranikah.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan diadakannya penelitian ini, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan adalah:
1. Dapat memberikan sumbangan teoritis mengenai masalah seksualitas. 2. Secara praktis dapat memberikan masukan pada pihak-pihak terkait mengenai
pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja.
E. LANDASAN TEORI
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep,
definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu tinjauan sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di
antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di samping itu, ada yang menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan
commit to user
16
yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada
mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda.
Teori harus mengandung konsep, pernyataan statement, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan
logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori di dalamnya harus terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di
antara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat
digunakan untuk eksplorasi dan prediksi. Ritzer, 1983:137
Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal, yang menyatakan bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan.
Kedua, yaitu kriteria pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat dikatakan sebagai teori apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir, konsep-
konsep, variabel, proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi.
Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan disiplin sosiologi. Salah satu paradigma yang ada dalam ilmu sosiologi
yaitu paradigma Definisi Sosial. Max Weber pengemuka eksemplar dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai ilmu, yang berusaha menafsirkan
dan memahami tindakan atau perilaku sosial serta antar hubungan sosial. Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang
nyata-nyata diarahkan pada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif
dari situasi tertentu, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai
commit to user
17
akibat pengaruh dari situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.
Dalam mempelajari tindakan sosial, Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman atau menurut terminologi Weber sendiri, dengan
verstehen. Peneliti sosiologi harus mencoba menginterpretasikan tindakan si aktor dalam artian yang mendasar, sosiologi harus memahami motif dari tindakan si
aktor. Dalam memahami motif tindakan si aktor ada dua cara menurut Weber yaitu melalui kesungguhan dan mencoba mengenangkan dan mengalami
pengalaman si aktor. Aspek pemikiran Weber yang paling terkenal yang mencerminkan tradisi
idealitas adalah tekanannya pada verstehen pemahaman subyektif sebagai metode untuk memperoleh pemahaman yang valid mengenai arti-arti subyektif
tindakan sosial. Bagi Weber istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan motifnya
sendiri atau arti-arti subyektif tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya apa yang diminta
adalah empati yaitu kemampuan untuk menempati diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya ingin dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya
ingin dilihat menurut prospektif. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial Weber membedakan ke dalam
empat tipe. Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami.
commit to user
18
1. Tindakan sosial murni Zwerk Rational Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang
terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan tersebut tidak absolut ia dapat juga menjadi cara tujuan lain
berikutnya. 2.
Werkational action Dalam tindakan ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat mencapai tujuan lain. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara
mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan
yang diinginkan. 3.
Affectual action Affectual action adalah tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh
perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor sehingga tindakan ini sukar dipahami.
4. Traditional action
Traditional action merupakan tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja Ritzer,
1992:47-48.
commit to user
19
Kedua tindakan terakhir sering hanya merupakan tindakan secara otomatis terhadap rangsangan dari luar, karena itu tidak termasuk tindakan
yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian sosiologi. Penulis mengacu pada beberapa teori yaitu:
1. Teori interpretasi Setiap penelitian akan terkait dengan interpretasi. Interpretasi juga
disebut hermeneutik. Artinya, pemaknaan terhadap fenomena. Setiap fenomena folklor memiliki makna tertentu. Makna itu baru akan
terwujud jika telah ditafsirkan.
Pada dasarnya interpretasi dalam penelitian folklor meliputi dua aktifitas, yaitu a menyatakan sesuatu dan b menyembunyikan sesuatu.
Pernyataan jelas akan selalu ada dalam penafsiran. Adapun yang tersembunyi adalah pengertian. Hal ini berarti penafsiran folklor akan
menyatakan sesuatu yang tersembunyi. Hal-hal yang tidak tersurat, akan diungkap lewat interpretasi. Dawson, 1985:147
Tugas penafsiran dalam folklor memberikan makna yang tepat. Melalui hermeneutik diharapkan pemaknaan semakin dekat. Martin
Heidegger, yang melihat filsafat itu sendiri sebagai interpretasi secara eksplisit menghubungkan filsafat sebagai hermeneutika dengan Hermes.
Hermes membawa pesan takdir, maksudnya dalam hal ini mengungkap sesuatu yang membawa pesan, sejauh ia diberitakan bisa menjadi pesan.
Hermeneutik memuat tiga bentuk makna dasar, yaitu :
commit to user
20
a. Mengungkapkan kata-kata, misalnya to say b. Menjelaskan seperti menjelaskan sesuatu
c. Menerjemahkan seperti di dalam transliterasi bahasa asing Ketiga makna itu bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja Inggris
“to interpren” namun masing-masing ketiga makna membentuk sebuah makna independen dan signifikan bagi interpretasi.
Interpretasi folklor kiranya juga akan terkait dengan tiga hal tersebut. Pemaknaan folklor sulit terlepas dari konteks penjelasan,
penerjemahan, dan memaknai yang dinyatakan informan. Interpretasi folklor selalu berpusar pada langkah-langkah pemahaman yang rapi. Jika
langkah pemahaman tidak diikuti secara cepat, maka pemaknaan kurang sukses.
Pemaknaan folklor pada akhirnya tidak lepas dari bagaimana membahasakan fenomena. Pembahasaan ulang itu merupakan bentuk “to
exspres” mengungkapkan, “to sent” menegaskan atau “to say” menyatakan. Di dalam kesamaan petunjuk makna pertama ini terdapat
perbedaan tipis
yang ditimbulkan
dari kata
“to exspress”
mengungkapkan, yang bermakna perkataan, namun ia merupakan sebuah perkataan yang bagi dirinya sendiri merupakan sebuah interpretasi. Karena
alasan ini, seseorang diarahkan kepada cara sesuatu diekspresikan “gaya” penampilan. Kita menggunakan nuansa kata interpretasi ini ketika kita
mengacu pada interpretasi seorang seniman terhadap lagu atau interpretasi
commit to user
21
seorang konduktor untuk sebuah simfoni. Dalam pengertian ini interpretasi merupakan bentuk dari perkataan.
Teori interpretasi mau tidak mau akan sampai makna simbolik. Interpretatif adalah wilayah hermeneutik. Simbolik adalah aspek yang
terkandung dalam folklor. Interpretasi simbolik berarti teori yang berupaya menafsirkan simbol-simbol folklor. Hal ini dapat dimanfaatkan
untuk kajian sastra lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan. Namun, khusus folklor bukan lisan dipandang lebih cocok jika menggunakan teori ini.
Teori interpretasi sebenarnya berasal dari pemahaman filosofis terhadap kebudayaan. Karena dalam rentang filosofis, hampir seluruh
budaya memuat hal-hal yang berlapis-lapis. Setiap lapis menghendaki penafsiran yang jeli. Interpretasi merupakan jembatan atau proses
menentukan makna folklor. Interpretasi sebenarnya dilakukan secara hati- hati dan utuh sehingga peneliti folklor mampu menerka makna
sesungguhnya. Peneliti folklor adalah seorang secara hati-hati dan utuh sehingga peneliti folklor mampu menerka makna sesungguhnya. Dia harus
merekonstruksi makna, dan bukan bertindak pasif. Konsep teori ini memang mendasarkan pada filosofis positivisme.
Artinya, makna yang diperoleh didasarkan pada langkah teoritis tertentu.
Kunci pokok interpretasi adalah memahami dan bukan menjelaskan.
Pemahaman folklor dapat ditelusuri melalui simbol-simbol yang tampak maupun tidak tampak. Dalam kaitannya dengan ini, bahwa interpretasi
commit to user
22
sedikitnya memuat tiga hal yaitu. 1 interpretasi menurut yang kita miliki, 2 interpretasi berdasarkan yang kita lihat, dan 3 interpretasi terhadap
apa yang kita peroleh kemudian. Sumaryono, 1999:83.
2. Teori Aksi Teori aksi pada mulanya dikembangkan oleh Max Weber, seorang
ahli sosiologi dan ekonomi ternama. Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman,
penafsiran, obyek stimulus, atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau
sasaran dengan menggunakan sarana yang paling tepat. Ritzer, 1983:116.
Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Persons, yang dimulai dengan mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi bukanlah
perilaku. Aksi merupakan tanggapan respon mekanis terhadap suatu stimulus, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif
dan kreatif. Menurut Parsons, yang utama bukanlah tindakan individual
melainkan norma dan nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku. Parsons melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi tiga
sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian masing- masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan sistem sosialnya
melalui status dan perannya.
commit to user
23
Dalam setiap sistem sosial, individu menduduki suatu tempat status tertentu dan bertindak berperan sesuai dengan norma atau aturan
yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya. Contoh, keputusan seseorang untuk ikut atau
menolak program KB tidak hanya bergantung pada kedudukannya dalam komunitas itu seorang guru atau seorang petani atau jenis metode
kontrasepsi pencegah kehamilan itu sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya. Selain itu, keputusan atau keberaniannya menolak KB
akan menimbulkan rasa tidak enak terhadap tetangga dan tokoh masyarakat. Poloma, 1987:75. Berikut merupakan bagan atau skema
Teori Aksi :
Bagan 1. Skema Teori Aksi
INDIVIDU
STIMULUS TINDAKAN
Sumber : Ritzer,1983:116 Pengalaman
Persepsi Pemahaman
Penafsiran
commit to user
24
F. DEFINISI KONSEPTUAL