LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam perkembangan hidupnya manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya sendiri dan faktor-faktor yang berasal dari luar pribadinya. Untuk menentukan faktor mana yang paling dominan dalam pembentukan kepribadian manusia, hingga saat ini tidak dapat ditentukan secara mutlak. Diri pribadi manusia lazimnya terdiri dari tiga aspek pokok. Aspek pertama adalah rasionya atau disebut kognitif manusia, aspek kedua adalah emosinya atau disebut afektif manusia dan aspek ketiga merupakan penyerasian antara aspek kognitif dan aspek afektif yang disebut konatif atau kehendak manusia. Sedangkan dari luar pribadinya manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial yaitu segala faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pribadi manusia yang berasal dari luar diri pribadi. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi berpengaruh pula pada perubahan sosial yang serba cepat hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi pola-pola kehidupan manusia terutama bagi para remaja misalnya saja dalam hal pergaulan, cara pandang, cara pikir, bahkan sampai pada pola perilaku seks yang cenderung konvensional. Adakalanya terjadi proses keluar commit to user 2 dari rel daripada pola-pola seks yaitu, keluar dari jalur-jalur konvensional kebudayaan. Pola seks itu lalu dibuat menjadi Hyper modern dan radikal sehingga bertentangan dengan sistem. Soekanto,1992:56. Pada beberapa dekade terakhir ini terjadi perubahan-perubahan mengenai perilaku seks dan norma-norma seks baik di negara industri maupun negara berkembang. Proses perubahan tersebut berjalan terus menerus dan manusia terus bertambah agresif terhadap perilaku seks pranikah. Di Indonesia perubahan sudah mulai terjadi setidak-tidaknya pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya saja kelompok remaja. Perubahan tersebut kiranya dapat dikaitkan dengan perubahan sosial, ekonomi, pendidikan, kurangnya kontrol sosial, bertambahnya kebebasan, bertambahnya mobilitas muda-mudi, meningkatnya usia perkawinan serta rangsangan- rangsangan seks melalui berbagai sarana hiburan dan media massa Singarimbun,1996:112. Perubahan tata nilai terutama di daerah perkotaan mempengaruhi perilaku seksual masyarakat. Pada masyarakat perkotaan perilaku seks cenderung permisif. Sarana hiburan memberi peluang terjadinya perilaku seks yang bebas. Seks bebas dipilih sebagai penyaluran rasa ingin tahu dan ingin menikmati, akibatnya perilaku seks pranikah semakin menunjukkan arah yang kian menyimpang dari norma. Kondisi ini mulai menjalar ke daerah-daerah pinggiran bahkan sampai daerah pedesaan. commit to user 3 Dikalangan remaja kita masalah seksualitas sepertinya belum sepenuhnya dipahami. Hal ini dikarenakan pendidikan mengenai masalah seks yang mereka dapatkan dirasa masih kurang baik itu dilingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Sikap mentabukan pembicaraan mengenai masalah seks yang dianut oleh sebagian masyarakat kita membuat permasalahan mengenai seks semakin sulit dipahami. Tidak jarang orang tua cenderung menutup-nutupi ketika seorang anak bertanya mengenai masalah seks. Sikap mentabukan masalah seks tersebut bisa dilihat seperti yang dilakukan oleh orang tua khususnya para ibu, yang menganggap bahwa masalah seks itu tidak boleh diketahui dan dibicarakan oleh anak-anak terutama bagi mereka yang belum menikah. Mereka beranggapan anak-anak tersebut akan mengetahui masalah seksualitas dengan sendirinya setelah mereka dewasa dan sudah menikah, padahal tidak jarang pula banyak dari orang dewasa yang sudah siap menikah dan bahkan sudah menikah kurang begitu memahami masalah tentang seksualitas. Sebagai contoh ada sebagian gadis yang sudah siap menikah bahkan sudah menikah tidak mengetahui apa itu masa dan kapan ia mendapatkan masa subur. Sarwono 2001:146 Disamping sikap tidak tahu yang dilakukan oleh orang tua terhadap masalah seksualitas, sampai saat ini banyak sekali orang tua yang merasa masih kesulitan dan bingung menjawab pertanyaan anak-anak meraka bahkan yang dibawah umur, seputar masalah seksualitas maupun hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat reproduksi, mestilah hal tersebut dijelaskan dengan gamblang, apa adanya? Para orang tua senantiasa dihadapkan pada dilema. Dijelaskan susah, commit to user 4 tidak dijelaskan semakin lebih parah. Anak semakin buta lalu bertindak sekehendaknya. Informasi yang berseliweran soal seks pun sudah ada di sekitar mereka. Masalah yang sering membuat orang tua kebingungan menjawab pertanyaan anak-anak tersebut misalnya saja, ketika ada seorang anak mereka yang bertanya mengapa antara anak laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam hal alat reproduksi alat kelamin, dari mana seorang bayi itu bisa ada lahir dan keluar, mengapa wanita mesti haid, mengapa wanita bisa hamil, apa itu aborsi, apa artinya diperkosa dan lain lain. Hal ini tidak dapat dikesampingkan begitu saja mengingat daya pikir anak-anak bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, mengapa? Karena seksualitas memang berkembang sejak masa bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Perkembangan itu mereka juga merasakan sehingga muncul keingintahuan dan mengenal segala sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas. Dipihak lain, makin banyak informasi dari media masa tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah seksualitas, termasuk adegan yang erotik. Tidak aneh jika kemudian anak mengajukan pertanyaan tentang apa yang dirasakan, didengar dan berkaitan dengan seksualitas. Jadi wajar apabila pertanyaan itu muncul karena mereka anak, mendengar dan mengalami semua. Kesulitan orang tua dalam memberikan penjelasan tentang masalah seksualitas tersebut dikarenakan banyak dari orang tua itu sendiri kurang begitu memahami masalah mengenai seksualitas, terkadang meraka masih bingung kapan mulai memberikan pengertian masalah seks, dari umur berapa dan dari commit to user 5 mana mereka akan memulai pembicaraan masalah mengenai seksualitas itu sendiri. Akhirnya banyak orang tua yang beranggapan dan melimpahkan semua permasalahan tersebut pada pendidikan sekolah, mereka berpikir biarlah pihak sekolah yang akan memberikan pengertian serta penjelasan mengenai masalah seksualitas. Ironisnya dari pihak sekolah sendiri banyak yang belum menerapkan pendidikan seks dan belum terbuka mengenai seksualitas. Pada era modern seperti sekarang ini semestinya permasalahan mengenai seks bukanlah hal yang tabu lagi, hal ini dikarenakan pendidikan mengenai masalah seks itu sendiri sangat penting bagi anak-anak yang sudah memasuki usia pubertas akhil baligh, karena seks itu sendiri merupakan kebutuhan bagi setiap individu makhluk hidup bahkan juga binatang akan tetapi, ada norma- norma serta aturan yang mengatur mengenai masalah seks itu sendiri agar hal tersebut tidak disalahgunakan. Masalah seks bukan hanya masalah hubungan seksual semata-mata. Sikap mentabukan pembicaraan mengenai masalah seksualitas mengakibatkan sebagian besar remaja kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, kebutuhan, harapan, permasalahan dan ketakutan meraka pada seksualitas. Pada akhirnya, remaja kehilangan kesempatan untuk mengetahui atau memahami seksualitas secara benar dan proposional sesuai fungsi dan tujuan dasarnya Efendi, 1986:169. Berbicara masalah seks dan seksualitas, maka sebenarnya tidak hanya membicarakan mengenai masalah hubungan seksual dan hal-hal yang negatif commit to user 6 seperti anggapan masyarakat selama ini. Berbicara masalah seksualitas artinya kita membicarakan tentang kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seks dan lain-lain. Jika kita mau menelusuri lebih jauh sebenarnya masalah seks sangat luas sekali dimensinya, bisa fisik, mental maupun sosial. Dari sudut dimensi fisik ini berarti kita harus bisa mengerti anatomi, fisiologi organ-organ reproduksi dan harus tahu bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksinya. Dari dimensi mentalpsikologis, artinya kita harus bisa mengerti sifat-sifat yang berkaitan dengan seks, perilaku seks, dan dapat mengatasi dorongan seksualitas terhadap lawan jenis secara tepat. Dari dimensi sosial ini berarti banyak berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar dalam hal seksualitas misalnya, kita harus dapat menjaga perilaku seksualitas kita sehingga tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Dari gambaran tersebut diatas dapat dipahami dan disadari bahwa pendidikan seks sangat penting untuk diberikan. Akan tetapi pendidikan seks itu sendiri sering menimbulkan kontroversi, disatu sisi hal tersebut sangat diperlukan karena sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan dan penyakit menular yang diakibatkan oleh seks. Tetapi disisi lain orang tua atau pendidik jadi tidak mau berterus terang dan terbuka pada anak-anak atau anak didiknya mengenai masalah seksualitas, mereka takut kalau anak-anak tersebut jadi ikut-ikutan mau commit to user 7 melakukan seks sebelum waktunya sebelum menikah. Seks kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun antara anak dengan orang tua mereka sendiri. Pandangan pro kontra pendidikan seks ini pada hakikatnya tergantung sekali pada bagaimana kita mendefinisikan pendidikan seks itu sendiri. Jika pendidikan seks diartikan sebagai pemberian informasi mengenai seluk beluk anatomi dan proses teknik pencegahannya alat kontrasepsi, maka kecemasan tersebut di atas memang beralasan. Pada dasarnya pendidikan seks bukan penerangan mengenai masalah seks semata-mata. Pendidikan seks pada umumnya diberikan secara kontekstual, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, apa yang dilarang, apa yang lazim, dan bagaimana cara melakukan tanpa melanggar aturan. Sarwono 2001:183. Pentingnya informasi tentang seks bagi remaja dikarenakan pada saat remaja, seorang mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa termasuk dalam aspek seksualnya, dimana pada masa ini hormon seksual yang ada dalam diri remaja mulai aktif yang salah satu akibatnya adalah menimbulkan dorongan seksual dalam diri. Dorongan seks tersebut yang mengakibatkan remaja mulai atau sering mencari informasi soal seks. Artinya proses kematangan alat reproduksi setelah meningkat menjadi dewasa remaja justru membutuhkan pelayanan yang baik dan informasi yang baik. Dalam masa remaja terdapat beberapa perubahan yang terjadi, misalnya dari bentuk badan, jerawat, bulu-bulu pada tempat tertentu, kemudian alat kelamin, commit to user 8 jakun, dan sebagainya. Perubahan pada remaja putri, misalnya tumbuhnya payudara, jerawat, bulu-bulu pada tempat tertentu, mungkin sebagian remaja menganggap hal itu biasa, kalau sudah mendapatkan penerangan informasi. Tetapi bagi yang tidak, hal tersebut membuat rasa cemas, takut, malu sehingga kalau bertanya. Tanda alat reproduksi ini sudah matang adalah dengan tanda datangnya haid pada remaja putri serta datangnya mimpi basah bagi remaja putra. Semua manusia akan mengalami masa ini dan hanya saja remaja sekarang tidak tahu akan tanya pada siapa. Kadanag juga ada remaja yang memilih diam saja dalam menyikapi hal ini. matangnya proses reproduksi ini tidak sekedar datangnya haid atau mimpi basah saja, tetapi yang terpenting disini adalah libido atau dorongan seks. Libido atau dorongan seks ini anugerah dari Tuhan, memang diciptakan seiring dengan kematangan alat reproduksi. Ada remaja yang kadang-kadang bingung karena ada sesuatu yang lain dari dirinya. Dia mulai tertarik lawan jenisnya. Dia mulai memperhatikan penampilan dirinya, dia berusaha menarik perhatian lawan jenis. Semakin lama mereka semakin tumbuh dewasa, dorongan seks semakin mendesak, padahal kalau mereka masih sekolah berarti penundaan usia kawin. Sementara informasi, tidak jelas atau tidak ada, kalaupun ada mereka pun tidak tahu dimana mencarinya. Harusnya mereka bisa bertanya pada orang tua, tetapi sebagian orang tua kadang mentabukan untuk membicaraan mengenai seks kepada anak mereka sendiri. Wilson, 2007:72. commit to user 9 Selama ini remaja kita memperoleh pendidikan seks dari tiga unsur yaitu orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar. 1. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah lembaga pertama dan yang utama melakukan sosialisasi terhadap anaknya. Dalam keluargalah pendidikan dan pembudayaan diusia dini bahkan di awal kejadian janin dibangun fondasinya. Karakter dasar dan kejiwaan umumnya terbentuk di usia awal ini, disaat anak sedang berada dalam asuhan penuh orang tua dan keluarganya. Dalam keluarga individu belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, ideologi, bimbingan dan pendidikan dari orang tua sebelum seorang anak tersebut mengenal lingkungan luar yang lebih luas termasuk didalamnya norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadianya. Dalam kaitannya dengan pendidikan seks, sebagai pendidik yang utama orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan mengenai seks secara tepat kepada anaknya, akan lebih baik jka orang tua bisa berdialog terbuka dan kritis dengan anak-anaknya dirumah, dan berdiskusi tentang informasi yang didapat anak dari sumber luar. Keterbukaan dengan cara yang etis dan santun dalam penyampaian informasi seperti bahaya obat dan narkotika, tentang etika pergaulan atau tentang masalah seksualitas, hal ini sangat perlu dilakukan, pendidikan seks sejak dini diharapkan dapat mencegah perilaku seks negatif seks pranikah. Dengan pendidikan yang intensif commit to user 10 diharapkan anak atau remaja harus sudah dapat berfikir cerdas dan rasional akan dampak yang ditimbulkan dari seks pranikah. Namun berbeda dengan hasil riset Benet dan Dickson bahwa pemberian informasi tentang seks dari orang tua belum tentu lebih baik daripada informasi dari sumber lain, demikian menurut hasil riset dari Kallen Stephenson dan Noughty 1983. Sejalan dengan hasil penelitian diatas, memang banyak orang tua sendiri yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain sikap orang tua yang masih kuatnya berlaku tabu sehubungan dengan masalah seks, orang tua juga sering kurang paham perihal masalah yang satu ini. Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana sumber dalam pendidikan seks. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah juga berperan terhadap perkembangan jiwa seseorang individu dan pola hidup, sebab kelompok sepermainan biasanya tumbuh di lembaga pendidikan formal selain itu, kondisi sekolah dan sistem pengajaran yang kurang menguntungkan siswanya dapat menjerumuskan mereka pada kenakalan remaja. Pola hidup yang berkembang di sekolah dewasa ini terutama memberikan tekanan pada materialisme, mengenai masalah seks pengetahuan yang diberikan sekolah terhadap siswanya dinilai masih kurang. Kurikulum sekolah pun tidak mencantumkan adanya pendidikan seks. Mata commit to user 11 pelajaran yang diberikan mengenai pengetahuan reproduksi masih berkisar pada pengetahuan yang umum. Soekanto,1992:25. Untuk memprogramkan pendidikan seks sebagai bagian dari kurikulum sekolah, memerlukan pemikiran yang mendalam. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan formal di Indonesia menganut azaz sistem tunggal. Artinya, materi kurikulum berlaku diseluruh Nusantara, padahal jika menyangkut mengenai seks, setiap daerah bahkan setiap keluarga mempunyai kondisi khusus yang berbeda dari daerah atau keluarga lain. Sesuatu yang lazim di keluarga atau daerah tertentu bisa jadi sangat aneh dikeluarga atau daerah lain. Sehingga di Indonesia yang sangat bervariasi ini, sulit diterapkan pendidikan seks melalui jalur formal, selama jalur ini masih berpola sistem tunggal. Pendidikan seks di Indonesia menemukan bentuknya dalam jalur-jalur pendidikan non formal seperti dalam ceramah-ceramah, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, sarasehan, rubrik-rubrik remaja di media massa dan lain-lain. Bentuk pendidikan seks yang non formal ini lebih luwes dan bisa selalu disesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga tidak menimbulkan dampak sampingan yang tidak diharapkan. 3. Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang sangat kompleks sifatnya dan juga sangat berpengaruh pada perkembangan remaja. Mulai dari teman pergaulan, masyarakat dan juga teknologi yang menjamur di sekitar commit to user 12 kita, dari sini remaja dapat memperoleh berbagai informasi sehingga remaja harus pandai-pandai memfilterkan informasi yang mereka dapatkan. Mengenai pergeseran norma seksual remaja, Sarlito Wirawan Sarwono berkata sebagai berikut “Kesimpulan utama dari penelitian yang diselenggarakan adalah sedang terjadi pergeseran norma-norma tentang perilaku seksual di kalangan remaja. Hal-hal yang ditabukan oleh remaja tahun 50-an seperti berciuman dan bercumbuan sekarang dibenarkan oleh remaja. Bahkan ada sebagian kecil yang setuju pada free sexs, bukan itu saja, sebagian responden juga mengakui pernah berhubungan seks. Umumnya dengan pelacur, wanita dewasa atau teman, tetapi ada juga yang bersenggama dengan pacarnya”. Singarimbun,1996:112. Remaja sejalan dengan perkembanganya mulai kembali bereksploitasi dengan diri, nilai-nilai, identitas peran, dan perilakunya. Dalam masalah seksualitas remaja sering kali bingung dengan perubahan yang terjadi pada dirinya, benarkah ia normal, adakah orang lain yang mengalami hal yang sama? Kebutuhan remaja ini tentu saja harus ditanggapi dengan benar dan proporsional oleh pendamping guru, orang tua, dan masyarakat umum jika kebutuhan ini tidak ditanggapi dengan baik maka mereka akan mencari sumber-sumber lain yang cukup dekat dengannya namun belum tentu memberikan informasi yang benar. Lingkungan di sekitar SMA N 1 Karanganyar mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan diri para pelajar, dimana letak SMA N 1 commit to user 13 Karanganyar sangat berdekatan dengan terminal dan alun-alun yang mempunyai konotasi negatif dalam pandangan masyarakat kita. Banyak perjudian, minum-minuman keras dan obat terlarang, budaya nongkrong, penjualan media-media bahkan yang berbau porno hingga tidak menutup kemungkinan adanya prostitusi yang berkembang di lingkungan ini. Secara tidak langsung kondisi seperti ini berpengaruh sekali pada para pelajar SMA tersebut. Mengenai fenomena seks pranikah, di SMA N 1 Karanganyar sendiri hal tersebut pernah terjadi, terbukti dengan adanya kejadian siswa yang hamil diluar nikah. Secara umum angka seks pranikah di SMA N 1 Karanganyar tidak menunjukkan angka yang tinggi dalam artian tidak sering terjadi, sampai dengan bulan Juni 2010 hanya ada kurang lebih 0,02 kasus yang terjadi. Akan tetapi hal tersebut menimbulkan keresahan dalam lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan mampu membentuk benteng pertahanan moral dengan memberikan penjelasan dan pengarahan yang benar mengenai informasi seksualitas. Dengan demikian penjelasan pendidikan yang benar mengenai masalah seksualitas yang didapat pelajar di sekolah tidak langsung berakibat negatif pada pembentukan interpretasi pelajar tentang perilaku seks pranikah. Interpretasi pelajar dalam mengolah informasi seksual yang masuk sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penting adalah bagaimana pendidikan atau penjelasan mengenai seks yang diterima pelajar di commit to user 14 sekolah mengenai nilai-nilai yang benar tentang masalah seksualitas, sehingga pelajar dapat mengolah secara benar informasi tentang masalah seksualitas. Sekarang ini tingkah laku seksual remaja tidak menguntungkan nampaknya. Karena remaja merupakan masa peralihan ke masa dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang bijaksana dari orang tua, pendidik dan masyarakat pada umumnya dan tentunya dari remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat. Keadaaan rawan ini justru lebih banyak terjadi pada lingkungan pelajar. Lingkungan ini justru merupakan lingkungan yang sangat mudah terhadap masuknya bebagai pengaruh negatif pada diri para remaja dimana kita ketahui pada masa ini mereka mengalami masa transisi, masa pencarian diri, sehingga wajar apabila mereka banyak “bercermin” dari semua yang ada disekitarnya.

B. RUMUSAN MASALAH