menyatakan diri mundur dari pertempuran dan menyerahkan semua penyelesaiannya kepada Datuk Katumanggungan. Sebaliknya, melihat
kebesaran jiwa Datuk Parpatiah Nan Sabatang, maka Datuk Katumanggungan pun lalu kembali menjalin ulang persaudaran dan
persahabatan yang telah mereka lakukan selama ini. Disini lalu disepakati bahwa daerah yang telah dipancang Datuk Parpatiah Nan Sabatang selama
ini, akhirnya diserahkan kepada Datuk Parpatiah dan menamai daerah- daerah tersebut dengan Bodi Chaniago yang bermakna sebagai “budi yang
sangat berharga”. Daerah yang dipancang Datuk Katamenggung diberi nama dengan Koto Piliang yang bermakna “koto yang dipilih atau koto
yang telah ditentukan”. Sementara daerah Pariangan dan Padang Panjang sebagai daerah awal duo datuak ini kemudian dikenal dengan sebutan
lareh Nan Panjang yang “bodi chaniago bukan, koto piliang antah”. Proses politik yang tetap mengandalkan persaudaran dan tidak melupakan
akar budayanya inilah yang kemudian dikenal dalam pepatah adat Minangkabau sebagai “mancancang indak mamutuihkan, manabang indak
marabahkan, manikam indak mamatikan”.
3. Fungsi Penghulu
Fungsi penghulu dalam tatanan Adat Alam Minangkabau adalah: a.
Penghulu menjadi mamak dari jurainya, yaitu mamak dari seluruh anggota kaumnya yang seperut, artinya yang bertali darah menurut adat
Universitas Sumatera Utara
senasab, yang sepayung sepatagak yang selingkar cupak adat. Dalam sehari-sehari penghulu disebut juga sebagai Mamak Kepala Kaum
b. Penghulu adalah penghulu kaumnya yang satu suku dan satu kampung,
walaupun tidak bertali darah tidak senasab menurut adat, yaitu terhadap orang-orang yang mengaku “bermamak” kepadanya.
c. Penghulu menjakankan dan mengendalikan peraturan adat dan syarak
dalam rumah tangganya, dalam korong kampung dan dalam masyarakat nagarinya.
d. Penghulu menjadi wakil tertinggi dan terpercaya dari seluruh anggota
kaumnya untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan menurut adat dan syarak dalam menyelesaikan silang
sengketa yang terjadi, baik dalam kaumnya sendiri maupun dalam korong kampung dalam nagari.
e. Penghulu adalah tempat berlindung dan tempat mengadu sakit dan
senang bagi anak kemenakannya. Penghulu selaku orang tua menurut adat, pergi tempat bertanya dan pulang tempat berberita bagi kaumnya
dan rakyat di nagari.
4. Syarat-syarat Menjadi Penghulu
Syarat-syarat atau martabat untuk jadi penghulu ada enam perkara, yaitu: a.
Orang yang telah baligh berakal, tahu membedakan antara bentuk dengan baik, antara yang halal dengan yang haram, atau antara salah
dan benar.
Universitas Sumatera Utara
b. Orang yang kaya budi dan basa, membuhul tidak mengulas tidak
mengesan. c.
Orang yang berilmu pengetahuan, terutama dalam bidang Adat dan Syarak.
d. Orang yang adil dan pemurah.
e. Orang yang selalu ingat dan jaga.
f. Orang yang sabar dan bijaksana, beralam lebar berpadang lapang, dan
pandai bergaul dalam masyarakat. g.
Penghulu merupakan pusat jala himpunan ikan, tempat rakyat mengadu, kalau kusut menyelesaikan, kalau jernuh menjernihkan.
5. Kewajiban Penghulu
a. Menurut alur yang lurus
Penghulu harus menuruti cara-cara yang benar sesuai dengn peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik hukum adat, hukum syarak,
maupun hukum negara. b.
Menempuh jalan yang pasar Artinya melalui jalan yang biasa dipakai orang, kalau baik sama-sama
dipakai, kalau enak sama-sama dimakan kalau buruk sama-sama dibuang. Makna dari jalan adalah sesuatu yang dapat dijalani dengan tubuh dan
dapat dilalui oleh akal dan ilmu.
Universitas Sumatera Utara
c. Mempunyai harta pusaka
Penghulu memiliki harta peninggalan dari orang-orang tuanya terdahulu yang harus dijaga dan dirawat. Jika tidak akan bertambah sekurang-
kurangnya yang sudah ada itu harus dipertahankan. d.
Memelihara anak kemenakan Penghulu memiliki kewajiban untuk memelihara dan menjaga
kemenakan. Sesuai dengan pepatah adat anak dipangku, kamanakan dibimbiang anak dipangku, kemenakan dibimbing.
C. GAYA KEPEMIMPINAN PENGHULU MINANGKABAU