Fungsi Pemimpin Gaya Kepemimpinan Situasional

Menurut Veithzal 2003, kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan para anggota kelompok. Definisi lain diungkapkan oleh Daft 2005 yang menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan pengaruh antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata dan hasil yang mencerminkan tujuan bersama. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah proses mempengaruhi dan mengarahkan tugas, tujuan, maupun orang- orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan kelompok.

2. Fungsi Pemimpin

Fungsi seorang pemimpin berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan suatu kelompok, yang menandakan bahwa seorang pemimpinan berada di dalam situasi tersebut. Fungsi pemimpin merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan aktivitas kelompok, karena harus diwujudkan melalui interaksi antar individu dalam situasi sosial suatu kelompok. Menurut Veithzal 2004 fungsi pemimpin dibedakan atas lima fungsi pokok, yaitu: a. Fungsi instruktif Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator yang menentukan apa, bagaimana, dan di mana suatu perintah dikerjakan agar dapat dijalankan dengan efektif. Pemimpin Universitas Sumatera Utara memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. b. Fungsi konsultatif Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Dalam menetapkan keputusan, pemimpin sering kali memerlukan bahan pertimbangan, sehingga mengharuskannya untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Kemudian setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan perlu adanya konsultasi dari permimpin kepada anggota. Konsultasi ini berguna untuk memperoleh umpan balik guna memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah dibuat. c. Fungsi partisipasi Dalam melaksanakan fungsi ini pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam menjalankan keputusan tersebut. d. Fungsi delegasi Fungsi ini pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan orang kepercayaan pemimpin yang memiliki kesamaan persepsi dan aspirasi. e. Fungsi pengendalian Kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggota secara terarah dan terkoordinasi secara efektif, sehingga memungkinkan Universitas Sumatera Utara untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan

3. Gaya Kepemimpinan Situasional

Gaya kepemimpinan situasional disebut juga dengan gaya kepemimpinan kontingensi. Salah satu teori awal kontingensi merupakan teori kepemimpinan situasional yang dikemukakan oleh Fiedler dalam Burn, 2004. Model kontingensi Fiedler membagi dua jenis pemimpin, yaitu pemimpin yang berorientasi pada tugas dan pemimpin yang berorientasi sosioemosional. Teori Fiedler merupakan teori kontingensi, dimana situasi yang berbeda menuntut tipe kepemimpinan yang berbeda. Menurut teori tersebut, pemimpin yang sosioemosional, akan lebih efektif pada beberapa situasi dibandingkan situasi yang lainnya dan begitu juga dengan pemimpin dengan orientasi pada tugas. Hal itu tergantung pada kontrol situasi yang dilakukan pemimpin, yaitu tingkat dimana pemimpin memiliki pengaruh terhadap perilaku kelompok. Hughes, dkk 1999 mengemukakan bahwa kontrol situasi ini ditentukan oleh tiga jenis situasi: 1 hubungan pemimpin dan anggota, yaitu elemen yang paling kuat dari tiga elemen yang membangun kontrol situasi. Tingkatan dimana anggota dan pemimpin memiliki hubungan yang baik, atau memiliki hubungang yang sulit 2 struktur tugas, tingkat dimana suatu tugas dapat diselesaikan sesuai dengan deskripsi tugas, prosedur standar tugas dan indikator objektif , 3 kekuasaan posisi, yaitu wewenang pemimpin untuk Universitas Sumatera Utara memberikan reward atau menghukum anggota. Situasi yang baik atau ‘favorable’ dikarakteristikkan dengan hubungan yang baik antara anggota dan pemimpin, struktur tugas yang tinggi, dan kekuasaan posisi pemimpin yang kuat. Sedangkan situasi yang kurang baik atau ‘unfavorable’ adalah ketika buruknya hubungan antara anggota dan pemimpin, tugas yang tidak terstruktur, dan kekuasaan pemimpin yang lemah. Teori Fiedler cukup rumit, tapi intinya adalah bahwa Fiedler percaya bahwa pemimpin yang berorientasi pada tugas dapat ekfektif pada dua situasi. Pertama situasi dimana pemimpin berada pada keadaan yang baik dengan anggota kelompok, tugas terstruktur, dan pemimpin memliki hak otoritas dan kuasa yang tinggi. Hal ini dikarenakan ketika kelompok bersifat responsif dan tugas-tugas cukup jelas, gaya yang direktif dan tegas dapat berhasil dan fokus kepada hubungan interpersonal tidak diperlukan. Situasi kedua dimana pemimpin yang berorientasi pada tugas akan efektif bila pemimpin memiliki hubungan yang buruk dengan anggota, tugas ambigu, dan pemimpin memiliki otoritas dan kekuasaan yang lemah. Fiedler mengemukakan bahwa pada kondisi yang seperti ini, pemimpin berfokus pada penyelesaian tugas dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan kondisi emosi anggota sehingga kelompok tersebut dapat berlanjut. Pemimpin yang sosioemosional tidak efektif pada situasi dimana hubungan kelompok buruk dikarenakan pemimpin akan menghabiskan waktu mengkhawatirkan hubungan interpersonal yang tidak bisa diperbaiki kecuali mengarahkan perhatian kepada tugas yang ada. Pemimpin yang Universitas Sumatera Utara sosioemosional juga tidak akan efektif ketika tugas sangat ambigu karena tidak adanya petunjuk pengerjaan tugas. Pemimpin yang sosioemosional dapat efektif apabila hubungan anggota dengan pemimpin cukup baik atau cukup buruk, ketika tugas cukup jelas, dan kekuasaan dan otoritas pemimpin sedang. Gambarannya adalah pemimpin yang lebih perhatian dan sensitif secara interpersonal dapat menghasilkan keterlibatan dan motivasi yang baik dari anggota meskipun jika tugas tidak jelas dan kelompok tidak responsif. Menurut Fiedler dalam Burn, 2004, gaya kepemimpinan sulit untuk diubah. Maka dari itu kelompok harus mencari seorang pemimpin yang memiliki gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, atau mencari cara untuk mengubah situasi agar tidak timbul masalah bagi pemimpin dan kelompok.

B. PENGHULU MINANGKABAU 1. Definisi Penghulu