2.6. Resistensi N. Gonorrhoeae Terhadap Antibiotika
2.6.1. Definisi dan Klasifikasi Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotika
Resistensi bakteri terhadap antibiotika adalah kemampuan alamiah bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotika. Berdasarkan mekanisme
molekuler, resistensi dapat terjadi secara intrinsik atau dapat juga karena didapat Giedraitiene dkk, 2011
Resistensi intrinsik terjadi akibat adanya struktur inherent atau karakteristik fungsional, sehingga sejak kemunculan bakteri tersebut tidak pernah
sensitif terhadap antibiotika tertentu. Resistensi intrinsik dapat berhubungan dengan kurangnya afinitas obat pada target kerja bakteri, tidak tersedianya akses
obat ke dalam sel bakteri, ekstrusi obat secara kromosomal yang dikoding oleh eksporter aktif, dan produksi alamiah enzim-enzim yang menginaktivasi
antibiotika Cox, 2014. Resistensi didapat terjadi melalui suatu proses:1 mutasi pada gen sel
mutasi kromosomal yang dapat memicu resistensi silang, atau 2 transfer genetik dari satu mikroorganisme ke mikroorganisme lainnya oleh plasmid pada proses
konyugasi atau transformasi, transposon konyugasi, integron dan bakteriofaga transduksi Tenover, 2005.
2.6.2. Mekanisme Resistensi Bakteri Secara Umum
Mekanisme resistensi antibiotika secara umum dapat terjadi melalui beberapa peristiwa biomekanik seperti: 1 inaktivasi antibiotik melalui proses hidrolisis,
transfer grup dan proses redoks, 2 modifikasi target kerja perubahan struktur peptidoglikan, hambatan sintesis protein dan asam nukleat, 3 perubahan
permeabilitas membran luar dan efflux pumps,dan 4 jalur pintas penghambatan antibiotika Tenover, 2006 ; Lind, 1997.
Inaktivasi atau modifikasi antibiotika diperankan oleh 3 enzim utama yaitu betalaktamase, aminoglikosida dan asetiltransferase kloramfenikol. Betalaktamase
salah satunya dihasilkan oleh bakteri negatif Gram, yang dikodekan pada kromosom dan plasmid. Gen yang mengkodekan betalaktamase ditransfer oleh transposon juga
ditemukan pada integron. Enzim ini dapat menghidrolisis semua antibiotika golongan betalaktam yang memiliki ikatan ester dan amida seperti penisilin, sefalosporin,
monobaktam, dan karbapenem Tenover, 2006. Modifikasi pada target kerja dapat mempengaruhi ikatan antibiotika pada
target kerja. Perubahan dapat terjadi pada struktur peptidoglikan, gangguan sintesis protein dan DNA. Mekanisme resistensi terkait ganguan sintesis DNA dapat terjadi
melalui dua modifikasi enzim yaitu DNA girase mutasi gen gyrA dan gyrB. Mutasi pada gyrA dan gyrC yang diikuti dengan kegagalan replikasi sehingga menyebabkan
ikatan kuinolon dan fluorokuinolon tidak dapat berikatan dengan bakteri Tenover, 2006.
Efflux pump dan permeabilitas membran luar akan mempertahankan konsentrasi rendah antibiotik intraseluler. Efflux pump bersifat spesifik terhadap
antibiotika. Kebanyakan mikrobakteria memiliki multidrug transporter yang mampu memompa berbagai antibiotika yang tidak berhubungan. Perubahan pada komponen
efflux pump seperti peningkatan ekspresi MexAb-OprM menyebabkan minimal inhibition concentration MIC yang lebih tinggi terhadap penisilin, kuinolon,
makrolid, sefalosporin, kloramfenikol, fluorokuinolon, novobiosin, sulfonamid, tetrasiklin, trimethoprim. Perpindahan molekul obat ke dalam sel terjadi melalui
mekanisme difusi melalui porin, difusi melalui bilayer, dan melalui self-promoted uptake. Mekanisme masuknya obat tergantung pada komposisi kimia molekul obat.
Molekul hidrofilik berukuran kecil seperti betalaktam dan kuinolon dapat menembus membran luar hanya melalui porin, sedangkan aminoglikosida dan kolistin tidak
dapat melalui porin, sehingga memerlukan self-promoted uptake menuju sel yang diawali dengan ikatan terhadap LOS. Penurunan permeabilitias membran luar akan
menyebabkan penurunan pengambilan anitibiotika Tenover, 2006. Mekanisme resistensi bakteri yang keempat yaitu melalui jalur pintas
penghambatan antibiotika yang bersifat spesifik. Bakteri memproduksi target alternatif biasanya enzim yang resisten terhadap penghambatan oleh antibiotika,
seperti misalnya MRSA yang menghasilkan PBP alternatif. Pada saat bersamaan bakteri juga menghasilkan native target yang sensitif terhadap antibiotika. Adanya
terget kerja alternatif memungkinkan bakteri bertahan dengan mengadopsi peran native protein Tapsal, 2005.
2.7. Mekanisme Resistensi Nesisseria gonorrhoeae