Hasil dan Analisis Pengujian Serapan Air

karet sludge sebagai campuran pasir, hal ini karena nilai densitas bottom ash dan limbah padat industri karet sludge lebih kecil jika dibandingkan dengan dengan nilai densitas pasir dan juga dengan adanya fly ash sebagai campuran semen juga menambah penurunan nilai densitas batako. Berdasarkan densitasnya, beton dapat diklasifikasikan antara lain : beton ringan dengan densitas 1,75 gcm3, medium dengan densitas 1,75 – 2,016 gcm3, dan beton normal dengan densitas 2,016 gcm3Carolyn Schierhorn, 2008. Penelitian sebelumnya untuk beton konvensional, nilai densitasnya berkisar 2,4 gcm3 Van Vlack, 2004. Dari referensi lain, nilai densitas beton semen Portland berkisar antara 2240 – 2400 kgm3 engineeringtoolbox, 2009. Sedangkan menurut ASTM C 134-95 densitas untuk beton konvensional 2,3 grcm3. Dari hasil pengukuran seluruh sampel batako pada tahap I dengan waktu pengerasan 28 hari terlihat bahwa nilai densitasnya berkisar antara 1,49 gcm 3 – 1,70 gcm 3 , dan pada sampel batako tahap II nilai densitasnya antara 1,40 gcm 3 – 1,60 gcm 3

4.3. Hasil dan Analisis Pengujian Serapan Air

. Dengan membandingkan klasifikasi beton berdasarkan densitasnya dengan densitas sampel batako pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel batako tersebut termasuk pada kategori batako ringan. Pengujian penyerapan air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang terserap oleh sampel. Hasil pengukuran serapan air pada sampel batako yang menggunakan fly ash 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 dari volume semen awal dengan komposisi campuran seperti pada tabel 3.1 ditunjukkan pada tabel 4.4 sedangkan hasil serapam air pada batako yang menggunakan fly ash 20 dan 30 dan dengan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet sludge 5, 10, 15, 20 dan 25 dari berat awal semen dengan komposisi campuran pada tabel 3.2 ditunjukkan pada tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Hasil pengujian serapan air batako dengan penambahan fly ash sebagi campuranaditif pada semen Sampel Pengikatperekat Fraksi Pasir Fraksi Air Serapan Air Fraksi semen Fraksi Fly Ash Io 1 4 0.6 11.73 I 0.9 0.1 4 0.6 10.66 II 0.8 0.2 4 0.6 12.78 III 0.7 0.3 4 0.6 13.35 IV 0.6 0.4 4 0.6 21.79 V 0.5 0.5 4 0.6 23.16 Tabel 4.5. Hasil pengujian serapan batako dengan penambahan agregat bottom ash dan sludge sebagai campuran pasir Sampel Pengikatperekat Agregat Air Fraksi semen Fraksi Fly Ash Pasir Bottom Ash Limbah karet Serapan Air Kgcm 3 I 0.8 0.2 3.6 0.2 0.2 0,6 18.98 II 0.8 0.2 3.2 0.4 0.4 0,6 21.29 III 0.8 0.2 2.8 0.6 0.6 0,6 26.44 IV 0.8 0.2 2.4 0.8 0.8 0,6 30.14 V 0.8 0.2 2 1 1 0,6 32.37 VI 0.7 0.3 3.6 0.2 0.2 0,6 22.11 VII 0.7 0.3 3.2 0.4 0.4 0,6 27.05 VIII 0.7 0.3 2.8 0.6 0.6 0,6 31.86 IX 0.7 0.3 2.4 0.8 0.8 0,6 28.99 X 0.7 0.3 2 1 1 0,6 36.01 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Grafik hubungan fraksi semen dengan serapan air dengan penambahan fly ash 0, 10,20,30,40 dan 50 dari berat semen Gambar 4.5.Grafik hubungan persentase bottom ash dan slugde dengan serapan air pada komposisi semen 80 dan fly ash 20 5 10 15 20 25 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 S e ra p a n A ir Fraksi semen Bagian Serapan air 5 10 15 20 25 30 35 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 S e ra p a n A ir Agregat Bottom Ash dan Sludge serapan air Linear serapan air Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Grafik hubungan persentase bottom ash dan slugde dengan serapan air pada komposisi semen 70 dan fly ash 30 Serapan air sangat dipengaruhi oleh rongga-rongga udara yang terdapat dalam sampel batako, sedangkan rongga-rongga udara tergantung pada kwalitas pemadatan. Semakin banyak rongga berarti semakin banyak mengandung udara yang berarti semakin besar resapan air yang dialami sampel batako dan akhirnya sangat mempengaruhi kuat tekan dari batako. Nilai serapan air untuk penggunaan fly ash sebagai campuranaditif pada semen adalah antara 10,66 - 23,16 yang dapat dilihat dari grafik pada gambar 4.4 bahwa nilai serapan airnya semakin bertambah dengan bertambahnya persentase fly ash yang ditambahkan sedangkan nilai serapan air untuk blanko yaitu sampel batako tanpa penambahan fly ash adalah 11,73, peningkatan yang signifikan terjadi pada penambahan fly ash sebanyak 40-50. Pada penambahan fly ash 10 - 30 nilai serapan airnya masih kecil karena pada komposisi ini semua fly ash yang ditambahkan pada campuran batako bereaksi dengan kalsium hidroksida yang terdapat dalam semen sehingga nilai serapan airnya rendah. Sedangkan pada penambahan fly ash sebesar 40 - 50 terdapat sisa fly ash yang tidak bereaksi dengan kalsium hidroksida dari semen yang membentuk kalsium 5 10 15 20 25 30 35 40 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 S e ra p a n A ir Agregat Bottom Ash dan Sludge serapan air Linear serapan air Universitas Sumatera Utara silika hidrat sehingga hal ini akan menyebabkan kenaikan nilai penyerapan air pada batako tersebut. Pada sampel batako tahap II yaitu batako yang dibuat dari campuran semen 80 , fly ash 20 dan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet sludge sebanyak 5 sampai 25 nilai penyerapan airnya adalah 18,98 - 32,37 dimana nilai penyerapan airnya mengalami kenaikan dibandingkan nilai serapan air sampel blanko 11,73. Hal yang sama juga terjadi pada batako yang dibuat dari campuran semen 70, fly ash 30 dan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet sludge sebanyak 5 sampai 25 nilai penyerapan airnya adalah 22,11 - 36,01 . Tingginya nilai penyerapan air pada sampel batako tersebut dikarenakan bahan sludge dari limbah industri karet yang yang tidak semuanya berikatan dengan semen pada saat pencampuran dan cenderung mengikat air lebih banyak. Pada komposisi semen 80, fly ash 20, agregat bottom ash dan sludge 5 serta komposisi semen 70, fly ash 30 agregat bottom ash dan sludge 5 menunjukkan persentase penyerapan air yang paling kecil yaitu sebesar 18,98 dan 22,11. Ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut adalah yang terbaik pada uji penyerapan air dibandingkan komposisi campuran batako yang lain. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia PUBI Departemen pekerjaan umum, 1982 bahwa penyerapan air rata-rata maksimum 25 untuk batako mutu B2 dan 35 untuk batako mutu B1 dan hal ini menunjukkan bahwa semua sampel yang telah diujikan, untuk nilai penyerapan airnya telah memenuhi nilai maksimum. 4.4.Hasil dan Analisis Pengujian dengan Hammer test Pengujian dengan hammer test dilakukan untuk mengetahui kekerasan dan kuat tekan batako dalam tiap cm 2 batako . Hasil pengujian batako dengan hammer test dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7, sedangkan grafik hubungan antara pengaruh penambahan fly ash sebagai campuran semen dan penambahan bottom ash dan sludge sebagai campuran pasir dapat dilihat dari grafik pada gambar 4.7, 4.8 dan 4.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Hasil pengujian hammer test batako dengan penambahan fly ash sebagi campuranaditif pada semen Sampel Pengikatperekat Fraksi Pasir Fraksi Air HammerTest kgcm 2 Fraksi semen Fraksi Fly Ash Io 1 4 0.6 29.0 I 0.9 0.1 4 0.6 28.0 II 0.8 0.2 4 0.6 27.0 III 0.7 0.3 4 0.6 25.0 IV 0.6 0.4 4 0.6 11.0 V 0.5 0.5 4 0.6 9.0 Tabel 4.7. Hasil pengujian hammer test batako dengan penambahan agregat bottom ash dan sludge sebagai campuran pasir Sampel Pengikatperekat Agregat Air Fraksi semen Fraksi Fly Ash Pasir Bottom Ash Limbah karet Hammer Test kgcm 2 I 0.8 0.2 3.6 0.2 0.2 0,6 24.0 II 0.8 0.2 3.2 0.4 0.4 0,6 12.0 III 0.8 0.2 2.8 0.6 0.6 0,6 10.0 IV 0.8 0.2 2.4 0.8 0.8 0,6 8.0 V 0.8 0.2 2 1 1 0,6 7.0 VI 0.7 0.3 3.6 0.2 0.2 0,6 22.0 VII 0.7 0.3 3.2 0.4 0.4 0,6 11.0 VIII 0.7 0.3 2.8 0.6 0.6 0,6 8.0 IX 0.7 0.3 2.4 0.8 0.8 0,6 7.0 X 0.7 0.3 2 1 1 0,6 6.0 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Grafik hubungan fraksi semen dengan uji hammer test dengan penambahan fly ash 0, 10,20,30,40 dan 50 dari berat semen Gambar 4.8. Grafik hubungan persentase bottom ash dan slugde dengan uji hammer test pada komposisi semen 80 dan fly ash 20 5 10 15 20 25 30 35 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 H a m m e r te st k g c m 2 Fraksi semen bagian Hammer test kgcm2 Linear Hammer test kgcm2 1,42 6,42 11,42 16,42 21,42 26,42 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 H a m m e r te st k g c m 2 Agregat Bottom Ash dan Sludge Bagian Hammer test Linear Hammer test Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9. Grafik hubungan persentase bottom ash dan slugde dengan uji hammer test pada komposisi semen 70 dan fly ash 30 Dari hasil pengukuran diperlihatkan pada grafik bahwa semakin banyak kandungan fly ash, bottom ash dan sludge menunjukkan trend menurun, hal ini disebabkan oleh pengaruh fly ash, bottom ash dan sludge tidak memberikan konstribusi yang baik untuk menaikkan nilai kekerasan dan kuat tekan dari sampel yang diuji. Hal lain dimungkinkan sifat bahan bottom ash ,sludge dan fly ash tidak memberikan kontribusi positif terhadap sifat adesif dari semen dan pasir.

4.5. Hasil dan Analisis Pengujian Kuat Tekan