BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Analisis Pengujian Logam B3
Analisa logam berat pada sampel abu batubara fly ash dan bottom ash dan sludge limbah industri karet dilakukan dengan Spektrometer Emission ICP. Adapun
hasil analisa logam dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pengukuran logam berat pada sampel sludge dan abu batu bara
No Parameter
Satuan Sludge
Abu Batu Bara
1 Zn
mgl 454,695
- 2
Pb mgl
- 0,735983
3 Cd
mgl -
- 4
Cr mgl
- 0,163685
5 Cu
mgl -
0,207795 Berdasarkan hasil uji logam tersebut terlihat bahwa limbah padat industri karet sludge
mempunyai kandungan logam yang tinggi yaitu mengandung logam Zn sebesar 454,695 ppm mgl sedangkan untuk abu batu bara kandungan logam beratnya masih kecil yaitu
logam Pb, Cr dan Cu.
4.2. Hasil dan Analisis Pengujian Densitas
Pengujian densitas menggunakan prinsip Archimedes dan mengacu pada standar ASTM C-00-2005 dimana bertujuan untuk menentukan besarnya densitas sampel.
Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran densitas, pengujian dilakukan setelah sampel berumur 28 hari dari mulai masa pencetakan. Berdasarkan penelitian
terdahulu Anni Sosilowati, 2010 ,pengeringan lebih dari 28 hari memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil uji densitas pada sampel batako dengan penambahan fly
ash 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 sebagai campuranaditif pada semen dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat pada tabel 4.2, sedangkan hasil uji densitas sampel batako dengan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet sludge dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.2. Hasil pengujian densitas batako dengan penambahan fly ash sebagi campuranaditif pada semen
Sampel Pengikatperekat
Fraksi Pasir Fraksi Air
Densitas kgcm
3
Fraksi semen
Fraksi Fly Ash
Io 1
4 0.6
1.7 I
0.9 0.1
4 0.6
1.72 II
0.8 0.2
4 0.6
1.69 III
0.7 0.3
4 0.6
1.49 IV
0.6 0.4
4 0.6
1.59 V
0.5 0.5
4 0.6
1.54 Tabel 4.3. Hasil pengujian densitas batako dengan penambahan agregat bottom ash dan
sludge sebagai campuran pasir Sampel Pengikatperekat
Agregat Air
Fraksi semen
Fraksi Fly Ash
Pasir Bottom
Ash Limbah
karet Densitas
Kgcm
3
I 0.8
0.2 3.6
0.2 0.2
0,6 1.6
II 0.8
0.2 3.2
0.4 0.4
0,6 1.57
III 0.8
0.2 2.8
0.6 0.6
0,6 1.51
IV 0.8
0.2 2.4
0.8 0.8
0,6 1.46
V 0.8
0.2 2
1 1
0,6 1.44
VI 0.7
0.3 3.6
0.2 0.2
0,6 1.56
VII 0.7
0.3 3.2
0.4 0.4
0,6 1.5
VIII 0.7
0.3 2.8
0.6 0.6
0,6 1.44
IX 0.7
0.3 2.4
0.8 0.8
0,6 1.48
X 0.7
0.3 2
1 1
0,6 1.4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 merupakan grafik hubungan antara pengaruh penambahan fly ash dan agregat bottom ash dan limbah padat industri karet sludge terhadap nilai
densitas batako.
Gambar 4.1.
Grafik hubungan fraksi semen dengan densitas dengan penambahan fly ash 0, 10,20,30,40 dan 50 dari berat semen
Gambar 4.2. Grafik hubungan pesentase bottom ash dan slugde dengan densitas pada komposisi semen 80 dan fly ash 20
1,45 1,5
1,55 1,6
1,65 1,7
1,75
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
D e
n si
ta s
g c
m
3
Fraksi semen bagian
densitas Linear densitas
1,42 1,44
1,46 1,48
1,5 1,52
1,54 1,56
1,58 1,6
1,62
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
D e
n si
ta s
g c
m
3
Agregat Bottom Ash dan Sludge
densitas Linear densitas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Grafik hubungan pesentase bottom ash dan slugde dengan densitas pada komposisi semen 70 dan fly ash 30
Dari grafik hasil pengukuran densitas pada uji sampel batako tahap I untuk komposisi fly ash 0 - 50 terhadap berat awal semen berkisar antara 1,49 gcm
3
– 1.70 gcm
3
. Sedangkan nilai densitas batako pada pengujian tahap II untuk komposisi fly ash ditambah bottom ash dan limbah padat industri karet sludge diperoleh nilai
antara 1,40 gcm
3
– 1,60 gcm
3
. Penyebab turunnya nilai densitas ini adalah pada sampel batako tahap I dengan adanya penambahan fly ash sebagai campuranaditif pada
semen maka nilai densitas juga mengalami penurunan karena nilai densitas fly ash 0,66 gcm
3
lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai densitas semen 1,04 gcm
3
. Hal ini juga disebakan karena terjadinya reaksi eksothermal antara CaO dan SiO
2
Sedangkan pada sampel batako tahap II densitasnya juga cenderung mengalami penurunan seiring dengan penambahan agregat bottom ash dan limbah padat industri
pada semen yang akan menimbulkan panas serta gelembung-gelembung gas yang terbentuk selama
pencetakan, dan pada saat pengeringan gelembung - gelembung gas ini akan terurai. Dan juga disebabkan karena adanya fly ash pori-pori pada sampel akan semakin besar
yang mengakibatkan kerapatan semakin berkurang, hal ini dapat diakibatkan karena fly ash mengandung CaO yang bersifat higroskofis.
1,38 1,4
1,42 1,44
1,46 1,48
1,5 1,52
1,54 1,56
1,58
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
D e
n si
ta s
g c
m 3
Agregat pasir dan sludge
densitas Linear densitas
Universitas Sumatera Utara
karet sludge sebagai campuran pasir, hal ini karena nilai densitas bottom ash dan limbah padat industri karet sludge lebih kecil jika dibandingkan dengan dengan nilai
densitas pasir dan juga dengan adanya fly ash sebagai campuran semen juga menambah penurunan nilai densitas batako.
Berdasarkan densitasnya, beton dapat diklasifikasikan antara lain : beton ringan dengan densitas 1,75 gcm3, medium dengan densitas 1,75 – 2,016 gcm3, dan beton
normal dengan densitas 2,016 gcm3Carolyn Schierhorn, 2008. Penelitian sebelumnya untuk beton konvensional, nilai densitasnya berkisar 2,4 gcm3 Van Vlack,
2004. Dari referensi lain, nilai densitas beton semen Portland berkisar antara 2240 – 2400 kgm3 engineeringtoolbox, 2009. Sedangkan menurut ASTM C 134-95 densitas
untuk beton konvensional 2,3 grcm3. Dari hasil pengukuran seluruh sampel batako
pada tahap I dengan waktu pengerasan 28 hari terlihat bahwa nilai densitasnya berkisar antara 1,49 gcm
3
– 1,70 gcm
3
, dan pada sampel batako tahap II nilai densitasnya antara 1,40 gcm
3
– 1,60 gcm
3
4.3. Hasil dan Analisis Pengujian Serapan Air