29
BAB II PENGATURAN MENGENAI KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN BAITUL
MAL DALAM MENJALANKAN TUGAS DAN FUNGSINYA A. Kedudukan Dan Kewenangan Baitul Mal di Propinsi Aceh
1. Sejarah Pelembagaan Baitul Mal di Aceh
Didalam literatur fiqh Islam, Baitul Mal adalah suatu badan atau lembaga yang bertugas mengurusi kekayaan negara, terutama keuangan, baik yang berkenaan
dengan pemasukan maupun pengelolaan, namun terhadap pembentukan lembaga Baitul Mal ini tidak disebutkan secara tegas didalam Al-quran maupun Al-hadist,
akan tetapi karena manfaatnya dirasakan sangat besar maka Baitul Mal tetap dipertahankan didalam pemerintahan Islam semenjak Umar bin Khattab. Namun
bagaimana bentuk dan tatacara pengelolaannya juga tidak ada pengaturan yang tegas didalam sumber-sumber hukum Islam sama halnya seperti pembentukan lembaga
Baitul Mal itu sendiri. Hukum Islam dalam hal ini memberikan kebebasan kepada pemerintah untuk membuat aturan-aturan yang dianggap sesuai dan memberi manfaat
bagi negara dan rakyat, dengan demikian maka bentuk dan sistem pengelolaan Baitul Mal dapat saja berubah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya disamping
dapat pula berbeda-beda antara negara satu dengan yang lainnya.
49
Lembaga Baitul Mal di Propinsi Aceh adalah lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah berdasarkan amanat perundang-undangan, keberadaan Baitul Mal
49
Harun Nasition, et.al, IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Cet. II edisi
revisi, Djambatan, Jakarta, 2002, Hal. 159.
29
Universitas Sumatera Utara
30
ini berkaitan erat dengan penyelesaian permasalahan hukum pasca bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias, khususnya di Aceh, setelah
bencana alam gempa dan tsunami tersebut timbul permasalahan-permasalah di bidang pertanahan, perbankan, keperdataan dan perwalian yang kemudian permasalahan-
permasalahan tersebut harus dilihat dalam konteks pemberlakuan hukum syariat Islam di Aceh sesuai dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999
tentang Keistimewaan Aceh. Keberadaan Baitul Mal di Aceh sendiri tidak terlepas dari perkembangan
pengelolaan Zakat yang telah ada semenjak abad ke 7 Masehi, yaitu sejak agama Islam masuk ke Aceh, namun pada masa itu keberadaan Baitul Mal belum terlembaga
dan hanya terbatas pengelolaan zakat secara tradisonal yang berbentuk pemungutan dan penyaluran zakat oleh Ulama atau lembaga Pengajian.
Sedangkan pelembagaan Baitul Mal mulai dilakukan pada tahun 1973, dengan diterbitkannya peraturan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh Nomor 05 tahun
1973 tanggal 4 April 1973 yang mana melalui peraturan tersebut maka dibentuklah Badan Penertiban Harta Agama BPHA yang dikoordinasikan di bawah Sekretariat
Daerah untuk Provinsi dan KabupatenKota serta Sekretariat Kecamatan. Selanjutnya badan ini berada pada tingkat Provinsi, KabupatenKota dan Kecamatan yang
kemudian BPHA dirubah menjadi BHA Badan Harta Agama.
50
Seiring dengan perkembangan politik Negara Indonesia yang berubah pada tahun 1998 dengan ditandainya era reformasi, maka pola hubungan daerah dengan
50
Pemberdayaan Umat Melalui Zakat, Majalah Santunan, Edisi 01, Januari 2011, Hal. 10
Universitas Sumatera Utara
31
pemerintah pusat pun berubah dari pola sentralisasi ke pola disentralisasi dengan bentuk otonomi daerah seluas-luasnya yang lebih memberikan keuntungan bagi
daerah itu sendiri. Khusus untuk daerah Aceh, salah satu keutungan dari otonomi daerah adalah diberikannya kesempatan untuk menerapkan syariat Islam melalui
Undang-undang nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang juga merupakan dasar hukum dalam
pelaksanaan syariat Islam di Aceh, dari undang-undang tersebut keluarlah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam.
Di dalam peraturan Daerah tersebut mengamanatkan pembentukan Badan Baitul Mal sebagai pengelola zakat dan harta agama lainnya. Maka kemudian
dibentuklah Badan Baitul Mal melalui Keputusan Gubernur Nomor 18 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Baitul Mal Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam yang mulai beroperasi bulan Januari 2004.
51
Pelaksanaan kegiatan Badan Baitul Mal tersebut di dukung oleh Qanun Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat. Pembentukan Badan Baitul Mal ini
juga erat kaitannya dengan praktek pemungutan zakat dan kelahiran Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus OTSUS Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, dimana zakat telah ditetapkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Provinsi dan Pendapatan Asli Daerah KabupatenKota.
Pada perkembangan selanjutnya penegasan tentang zakat sebagai sumber pendapatan Asli daerah terdapat juga di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
51
Amrullah, Kisi-kisi Perjalanan Baitul Mal Aceh, tanpa penerbit, Banda Aceh, 2009, Hal.4
Universitas Sumatera Utara
32
2006 tentang Pemerintahan Aceh UUPA yang menggantikan Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi daerah Istimewa Aceh sebagai
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Penegasan tersebut terdapat di dalam 3 pasal, yaitu:
52
1.
Pasal 180 ayat 1 huruf d disebutkan: Zakat sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD Aceh dan PAD KabupatenKota.
2.
Pasal 191: Zakat, harta wakaf dan harta agama dikelola oleh Baitul Mal Aceh dan Baitul Mal Kab.Kota yang diatur dengan Qanun.
3.
Pasal 192: Zakat yang dibayar menjadi faktor pengurang terhadap jumlah pajak penghasilan terutang dari wajib pajak.
Disamping yang diatur dari 3 tiga pasal Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh tersebut diatas yang mengatur tentang kewenangan
Baitul Mal, juga adanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2007 yang selanjutnya menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun tahun 2007
tentang Penyelesaian Masalah Hukum Pasca Tsunami di Aceh dan Nias. Kemudian barulah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tersebut memperluas
kewenangan Baitul Mal menjadi wali pengawas serta ditunjuk menjadi pengelola dari tanah, harta, serta rekening nasabah Bank yang tidak ada lagi tidak diketahui
pemilik ahli warisnya. Untuk mengakomodir hal tersebut, sesuai dengan amanah Undang-undang nomor 48 tahun 2007 tersebut, maka
semua ketentuan tersebut diatas dituangkan dalam Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal, yang
diundangkan dalam Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 tanggal 18 Januari 2008.
52
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh.
Universitas Sumatera Utara
33
Disamping peraturan perundang-undangan yang disebut diatas, Baitul Mal juga memiliki peraturan-peraturan yang mengatur pengelolaan harta agama yang
tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya yaitu Peraturan Gubernur nomor 11 Tahun 2010 tentang pengelolaan harta agama yang tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya
serta perwalian. Yang secara garis besarnya adalah penegasan dari peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 48 tahun 2007 dan qanun nomor 10
tahun 2007 tentang Baitul Mal. Berdasarkan paparan tentang dasar hukum Baitul Mal diatas, adapun yang
merupakan aturan hukum berdirinya Baitul Mal Aceh pasca tsunami adalah: 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2007 yang
selanjutnya menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2007 tentang Penyelesaian Masalah Hukum Pasca Tsunami di Aceh dan Nias
2. Undang-undang. Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. 3. Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal.
4. Peraturan Gubernur Nomor 92 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Baitul Mal Aceh.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 182008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi NAD termasuk Baitul Mal
menetapkan Sekretariat Baitul Mal Aceh BMA sebagai Satuan Kerja
Perangkat Aceh SKPA dalam jabatan struktural Eselon II.b, III.b dan IV.a 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.372009 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata
Kerja Lembaga
Keistimewaan KabupatenKota
Prov.Aceh
Universitas Sumatera Utara
34
menetapkan sekretariat Baitul Mal KabupatenKota BMK sebagai Satuan Kerja Perangkat KabupatenKota SKPK dalam jabatan struktural eselon III.a
dan IV.a 7. Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Aceh. 8. Peraturan Gubernur NAD No. 602008 tentang Mekanisme Pengelolaan
Zakat. 9. Instruksi Gubernur NAD No. 06INSTR2008 tentang Pengumpulan Zakat
Penghasilan dikalangan
PNSPejabatKaryawan lingkup
pemerintahan Prov.NAD, Pemerintahan Pusat dan Karyawan Perusahaan Swasta pada
tingkat Prov. NAD 10. Peraturan Gubernur nomor 11 Tahun 2010 tentang pengelolaan harta agama
yang tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya serta perwalian.
2. Kedudukan dan Susunan Organisasi serta Ruang Lingkup Kewenangan