34
menetapkan sekretariat Baitul Mal KabupatenKota BMK sebagai Satuan Kerja Perangkat KabupatenKota SKPK dalam jabatan struktural eselon III.a
dan IV.a 7. Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Lembaga Keistimewaan Aceh. 8. Peraturan Gubernur NAD No. 602008 tentang Mekanisme Pengelolaan
Zakat. 9. Instruksi Gubernur NAD No. 06INSTR2008 tentang Pengumpulan Zakat
Penghasilan dikalangan
PNSPejabatKaryawan lingkup
pemerintahan Prov.NAD, Pemerintahan Pusat dan Karyawan Perusahaan Swasta pada
tingkat Prov. NAD 10. Peraturan Gubernur nomor 11 Tahun 2010 tentang pengelolaan harta agama
yang tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya serta perwalian.
2. Kedudukan dan Susunan Organisasi serta Ruang Lingkup Kewenangan
dan Kewajiban Baitul Mal Aceh 1.
Kedudukan dan Susunan Organisasi Baitul Mal Aceh Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa Baitul Mal Aceh adalah organisasi
yang dibentuk oleh Pemerintah Propinsi Aceh, Baitul Mal Aceh merupakan bagian dari
lembaga keistimewaan
Propinsi Aceh
yang terdiri
dari 4
lembaga
Universitas Sumatera Utara
35
keistimewaan
53
. Jika dilihat dari bentuk organisasinya, Baitul Mal Aceh dibagi ke dalam 4 tingkatan, yaitu:
1. Baitul Mal Propinsi
54
2. Baitul Mal Kabupaten Kota
3. Baitul Mal Mukim
4. Baitul Mal Gampong
Baitul Mal Propinsi berkedudukan di ibukota propinsi yaitu kota Banda Aceh, dalam menjalankan fungsinya Baitul Mal propinsi berada di bawah pengawasan
gubernur selaku kepala daerah karena Baitul Mal propinsi bertanggung jawab kepada Gubernur. Ketentuan tentang susunan organisasi Baitul Mal Propinsi diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Gubernur Nomor 92 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Baitul Mal Aceh.
Susunan organisasi Baitul Mal propinsi terdiri dari kepala Baitul Mal, Sekretaris, Bendahara, dan dibantu oleh beberapa bidang, adapun bidang-bidang
tersebut adalah:
55
1. Bidang Pengawasan yang terdiri dari a. subbidang Monitoring dan evaluasi
b. subbidang Pengendalian dan Evaluasi 2. Bidang Pengumpulan yang terdiri dari:
a. subbidang Inventarisasi dan pendataan b. subbidang pembukuan dan pelaporan
53
Pasal 2 peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 18 tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja lembaga Keistimewaan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
54
Jika dilihat susunan tingkatan pada pasal 2 qanun nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal, defenisi Baitul Mal Aceh sama dengan Baitul Mal propinsi yang membawahi semua Baitul Mal di
propinsi Aceh.
55
Pasal 2 Peraturan Gubernur Nomor 92 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Baitul Mal Aceh
Universitas Sumatera Utara
36
3. Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan yang terdiri dari: a. subbidang pendistribusian
b. subbidang pendayagunaan 4. Bidang Sosialisasi dan Pengembangan yang terdiri dari:
a. subbidang Sosialisasi b. subbidang pengembangan
5. Bidang Perwalian yang terdiri dari: a. subbidang Hukum
b. sertifikasi dan perwalian Dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Baitul Mal Aceh maka
dibentuklah Sekretariat Baitul Mal Aceh berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Keistimewaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sekretariat Baitul Mal Aceh ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang secara fungsional bertanggung jawab
kepada pimpinan Baitul Mal Aceh dan secara administratif kepada Gubernur melalui Sekretariat Daerah.
56
Selanjutnya sekretariat Baitul Mal Aceh mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan administrasi kesekretariatan, dan fungsi menyusun program, memfasilitasi
penyiapan program,
memfasilitasi dan
memberikan pelayanan
teknis serta
pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga dan ketatausahaan pada Baitul Mal Aceh.
57
Sampai saat ini Baitul Mal Propinsi Aceh telah memiliki dan membentuk kepengurusan Baitul Mal di tiap Kabupaten dan
Kota
58
diseluruh Propinsi Aceh, yang diharapkan dapat memaksimalkan peran Baitul Mal Aceh.
56
Pasal 3 Ayat 1 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
57
Pasal 4 Ayat 1 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
58
Hasil wawancara dengan Bapak Salahuddin Hasan Kepala Baitul Mal Kota Banda Aceh, tanggal 24 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
37
2. Ruang Lingkup Kewenangan dan Kewajiban Baitul Mal Aceh
a. Ruang lingkup Kewenangan Baitul Mal Aceh.
Dalam menjalankan fungsinya, Baitul Mal diberikan kewenangan yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dan qanun mengenai Baitul Mal,
adapun ruang lingkup kewenangan Baitul Mal dapat diperinci sebagai berikut:
59
1. Mengurus dan mengelola zakat 2. Mengurus dan mengelola Tanah Wakaf
3. Melakukan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat 4. Melakukan sosialisasi zakat, wakaf dan harta agama lainnya
5. Menjadi Wali terhadap anak yang tidak mempunyai wali nasab,
6. Menjadi wali Pengawas terhadap wali nashab,
7. Menjadi wali pengampu terhadap orang dewasa yang tidak cakap. 8. Menjadi pengelola terhadap harta yang tidak diketahui pemilik atau ahli
warisnya berdasarkan putusan Mahkamah Syari’ah. 9. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan
pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Ruang lingkup kewenangan tersebut merupakan kewenangan Baitul Mal yang
diatur oleh Peraturan perundang-undangan yang secara mutatis mutandis merupakan
ruang lingkup kewenangan yang berdasarkan tingkatan Baitul Mal, baik untuk tingkat propinsi, Kabupaten kota, Mukim dan Gampong. Adapun ruang lingkup kewenangan
Baitul Mal Aceh secara rinci adalah sebagai berikut:
59
Pasal 8 qanun nomor 10 tentang Baitul Mal
Universitas Sumatera Utara
38
1. Melaksanakan pengurusan dan mengelola Zakat Zakat adalah Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya,
60
dengan kata lain zakat adalah suatu pungutan yang bersifat wajib terhadap orang Islam yang akan disalurkan guna kepentingan
masyarakat luas dan untuk pengelolaannya dilakukan oleh badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah.
Khusus di propinsi Aceh, pengurusan dan pengelolaan zakat ini merupakan kewenangan dari Baitul Mal, dasar hukumnya adalah qanun nomor 10 tahun 2007
tentang Baitul Mal. Adapun zakat yang wajib dibayar terdiri atas zakat fitrah, zakat maal dan zakat penghasilan.
61
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa pungutan zakat penghasilan ini menjadi salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD yang mana
penerimaan atas zakat itu harus disetor ke kas umum daerah. Disamping itu zakat juga berlaku sebagai faktor pengurang terhadap jumlah pajak penghasilan terutang
dari wajib pajak, seperti yang diketahui dalam ajaran Islam bahwa zakat dikenakan kepada penduduk yang beragama Islam, sedangkan pajak dikenakan kepada
60
Bab I Ketentuan Umum pasal 1 poin 2 Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
61
Zakat Penghasilan menurut Al-qardawi merupakan pungutan zakat yang diperoleh dari keahlian, baik secara perorangan ataupun secara bersama-sama, yang dimaksud dengan perorangan
adalah keahlian perorangan yang berupa profesi, sedangkan yang dilakukan bersama-sama seperti pegawai baik pemerintah maupun swasta yang menerima pembayaran gaji atau upah, Pedoman
Pemungutan Zakat, Baitul Mal Aceh, Banda Aceh, 2009, Hal. 7
Universitas Sumatera Utara
39
penduduk yang non muslim, untuk menghindari dari kewajiban pembayaran double
duties kewajiban rangkap berupa zakat dan pajak.
62
Namun sayangnya masalah ini kurang mendapat respon yang positif dari pemerintah khususnya Dirjen Pajak Keuangan Republik Indonesia sehingga sampai
saat ini belum adanya peraturan yang secara tegas mengatur tentang zakat sebagai faktor pengurang pajak penghasilan terutang, sedangkan tahap implementasi
pemungutan terhadap zakat penghasilan tersebut telah berjalan, hal tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam
nomor 60 tahun 2008 tentang mekanisme pengelolaan zakat, yang mana pada pasal 2 mengatur
kewenangan untuk
mengumpulkan zakat
penghasilan dari
PNSPejabatkaryawan yang beragama Islam, selanjutnya juga ada Instruksi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 06instr2008 tentang pengumpulan
zakat penghasilan dikalangan PNSPejabatKaryawan lingkup Pemerintah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam, Pemerintah Pusat dan karyawan perusahaan swasta pada
tingkat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Pengumpulan zakat tersebut didominasi oleh zakat pengasilan PNS yang berada didalam lingkup Pemerintah Daerah Aceh.
63
2. Melaksanakan pengurusan dan mengelola tanah Wakaf
Wakaf adalah suatu perbuatan penyerahan suatu hak milik yang sifat zatnya tahan lama kepada seseorang atau
Nazhir penjaga wakaf, baik berupa perorangan
62
Masfuk Zuhdi, Op. cit, hal. 250
63
Amrullah, Opcit, Hal. 39
Universitas Sumatera Utara
40
maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan sesuai dengan syariat Islam.
64
Maksud dari digunakan sesuai dengan syariat Islam dapat dilihat di pasal 5 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah untuk mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Kemudian dalam Pasal 9 diatur tentang hal
yang dapat menjadi Nazhir adalah: a. perseorangan
b. organisasi c. badan hukum
Fungsi nazhir ini adalah mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf
65
, sehingga fungsi nazhir ini menjadi sangat penting karena dalam kenyataannya banyak
terjadi kasus harta wakaf yang menjadi terlantar atau beralih tidak sesuai fungsi dan peruntukkannya kepada pihak yang tidak berhak sehingga menimbulkan sengketa dan
konflik dalam masyarakat dimana harta kekayaan wakaf itu berada. Menyangkut wewenang Baitul Mal sebagai pengurus dan pengelolaan harta
wakaf dapat dilihat pada pasal 31 qanun nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal, yang menyatakan bahwa Baitul Mal dapat menjadi
Nazhir untuk menerima Wakaf dari
wakif guna dikelola dan dikembangkan sesuai dengan ketentuan syariat.
64
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Prenada
Media, Jakarta, 2004. Hal. 425.
65
Ibid hal. 428
Universitas Sumatera Utara
41
Adapun jenis harta wakaf yang dikelola oleh Baitul Mal meliputi benda tidak bergerak dan benda bergerak, namun kategori harta wakaf didalam qanun ini masih
dirasakan kurang lengkap karena jika dilihat dari penjelasan undang-undang nomor 4 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menyatakan bahwa harta wakaf tidak terbatas hanya
berbentuk benda bergerak dan tidak bergerak, namun juga benda terhadap Harta kekayaan Intelektual dan hak sewa dapat dijadikan sebagai harta wakaf.
66
3. Melakukan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat
Tugas Baitul Mal melakukan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah pemungutan terhadap wajib zakat
yang ada di Aceh, setelah dikumpulkan maka selanjutnya akan disalurkan kepada para penerima zakat asnaf yang terbagi ke dalam beberapa asnaf
yang telah ditentukan, penyaluran zakat tersebut bersifat zakat konsumtif, sedangkan untuk
pendayagunaan zakat ialah bersifat zakat produktif seperti penyaluran zakat yang bersifat pinjaman dana bergulir dan pembiayaan.
4. melakukan sosialisasi zakat, wakaf dan harta agama lainnya
Kewajiban sosialisasi ini dilakukan guna meningkatkan
Pengetahuan masyarakat dan kesadaran masyarakat
akan peran Baitul Mal khususnya dalam bidang zakat, wakaf dan harta agama lainnya sesuai dengan yang diamanatkan
perundang-undangan, termasuk juga mensosialisasikan program-program yang direncanakan oleh Baitul Mal, seperti program-program unggulan yang berasal dari
dana-dana yang telah dikumpulkan oleh Baitul Mal sehingga dengan demikian Baitul
66
Poin 2 dari Penjelasan Umum Undang-undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Universitas Sumatera Utara
42
Mal semakin mudah melakukan tugas-tugasnya dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
5. Melaksanakan perwalian terhadap anak yang tidak mempunyai wali
Nasab, Menjadi wali Pengawas terhadap wali
nashab dan wali pengampu terhadap orang dewasa yang tidak cakap bertindak.
Seperti yang diketahui bahwa perwalian adalah merupakan suatu lembaga pengawasan terhadap anak di bawah umur atau belum cakap menurut hukum, yang
tidak berada dibawah kekuasaan orang tua serta untuk pengawasan benda atau kekayaan anak tersebut di atur oleh undang-undang.
67
Secara umumnya anak yang berada dibawah perwalian adalah: 1. anak sah yang kedua orangtuanya telah dicabut kekuasaan orang tua
2. anak sah yang orang tuanya telah bercerai 3. anak yang lahir diluar perkawinan
naturrlijk kind
68
Didalam literatur Islam perwalian dikenal sebagai kekuasaan yang dimiliki seseorang untuk secara langsung melakukan suatu tindakan sendiri tanpa harus
bergantung terikat atas seizin orang lain.
69
Sedangkan yang dimaksud wali nasab adalah wali yang berdasarkan ikatan pertalian darah menurut ukuran terdekat, misalnya bapak, kakak laki-laki seibu dan
sebapak, kakak laki-laki sebapak dan sebagainya, penjelasan tentang wali nasab dapat dilihat didalam pasal 21 Kompilasi Hukum Islam yang membagi wali nasab
tersebut pada 4 golongan, yaitu:
67
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1992, hal. 52
68
Ibid. hal 53
69
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Edisi Revisi, PT, Raja
Grafindo Persada, 2005. Hal. 134
Universitas Sumatera Utara
43
1. Kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas yakni ayah, kakek dari pihak ayah dan seterusnya.
2. Kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah dan keturunan laki-laki mereka.
3. Kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka.
4. Kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan keturunan laki-laki mereka.
Jika wali nasab tersebut tidak ada, maka menurut pasal 39 qanun nomor 10 tahun 2007 Baitul Mal dapat ditunjuk menjadi menjadi wali terhadap anak yang tidak
mempunyai wali nasab tersebut, akan tetapi jika telah ditetapkan wali terhadap anak tersebut maka Baitul Mal juga diberikan kewenangan untuk menjadi wali pengawas
terhadap wali Nashab.
Selanjutnya didalam pasal 40 qanun tersebut, Baitul Mal juga diberikan kewenangan sebagai wali pengampu terhadap orang dewasa yang tidak cakap
bertindak. Pengampuan
curatele ialah suatu lembaga yang khusus mengurus orang dewasa yang tetapi tidak dapat atau kurang mampu untuk bertindak
sewajarnya sebagaimana layaknya orang dewasa, sehingga untuk dapat melakukan
tindakan-tindakan hukum
orang-orang seperti
itu masih
memerlukan bantuan dari orang lain yang khusus untuk melindungi dan mengamankan segala kepentingan orang yang bersangkutan.
70
Pengampuan disebut juga sebagai Al-hajru yang berarti penyempitan dan
pencegahan dari seseorang mengelola hartanya, yang dapat dibedakan:
71
70
Djanius Djamin dan Samsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan dan
Perbankan Perbanas, Medan, 1992, Hal. 86
71
Opcit, Hal. 138.
Universitas Sumatera Utara
44
1. Pengawasan terhadap orang lain, seperti pengawasan terhadap seseorang yang dinyatakan pailit dan mencegah dari mengelola hartanya sendiri yang
bertujuan melindungi hak-hak kreditor. 2. Pengampuan terhadap diri, jiwa seperti pengawasan yang dilakukan terhadap
anak dibawah umur, orang safah bodoh, pandir dan orang gila.
Baitul Mal dapat menjadi Wali Pengampu dalam hal tidak adanya orang yang menjadi wali pengampu dengan mengajukan permohonan penetapan ke Mahkamah
Syariah, Setelah diangkat menjadi wali atau wali pengampu oleh Mahkamah Syariah, maka Baitul Mal dalam menjalankan tugasnya mempunyai kewajiban sebagai
berikut:
72
1. Mengurus anak atau orang yang berada dibawah pengasuhanpengampuannya dan harta bendanya dengan sebaik-baiknya.
2. Membuat daftar harta kekayaan anak atau orang sebagaimana dimaksud pada huruf a yang harta kekayaannya berada dibawah kekuasaannya pada waktu
memulai jabatannya serta mencatat semua perubahan-perubahannya. 6.
Menjadi pengelola terhadap harta yang tidak diketahui pemilik dan ahli warisnya berdasarkan putusan Mahkamah Syari’ah.
Dalam lapangan hukum telah diatur bahwa setiap orang dapat mempunyai hak kebendaan
zakelijk recht, yakni hak yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang yang berhak untuk menguasai sesuatu benda didalam siapapun benda
tersebut berada.
73
Benda atau harta tersebut dapat saja dialihkan atau beralih kepada pihak lain, barang yang bernilai ekonomis disebut sebagai harta kekayaan, beralihnya
72
Pasal 42 qanun nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal
73
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional¸ edisi Pertama, Cet.
I, Jakarta, Kencana, 2008, Hal. 142
Universitas Sumatera Utara
45
hak atas harta tersebut bisa dengan cara melalui jual beli dan hibahpemberian atau perwarisan kepada ahli waris.
Semenjak terbitnya qanun nomor 10 tahun 2007 tersebut, harta yang telah diserahkan untuk dikelola oleh Baitul Mal Aceh khususnya di wilayah Baitul Mal
Kota Banda Aceh berdasarkan penetapan dari Mahkamah Syariah adalah sebagai berikut:
a. Putusan nomor: 350Pdt.P2007MSy-BNA yang menetapkan biaya ganti rugi Bangunanbangunan yang tidak diketahui pemilikahli waris pasca
tsunami sebesar Rp. 1.070.200.000,- satu milyar tujuhpuluh juta duaratus ribu rupiah dibawah pengelolaan Badan Baitul Mal Kota Banda Aceh.
Sejumlah uang tersebut diatas merupakan hasil ganti rugi dari pelebaran jalan sampai ke pelabuhan Ulee Lheue di kecamatan Meuraxa.
b. Putusan nomor: 133Pdt.p2008Msy-BNA yang menetapkan biaya ganti rugi tanah yang tidak diketahui pemilikahli waris pasca tsunami sebesar
Rp. 3.146.050.000,- tiga milyar seratus empatpuluh enam juta limapuluh ribu rupiah dibawah pengelolaan Badan Baitul Mal Kota Banda Aceh.
Sejumlah uang tersebut diatas merupakan hasil ganti rugi dari pelebaran jalan Sultan Iskandar Muda, pembangunan tanggul Lampaseh Aceh dan
perluasan Krueng Nengdrainase Zona I dari pusat Kota sampai ke Pelabuhan Ulee Lheue di kecamatan Meuraxa dan kecamatan Jaya Baru.
c. Putusan nomor: 73Pdt.p2010MS-BNA yang menetapkan biaya ganti rugi tanahBangunan yang tidak diketahui pemilikahli waris pasca
Universitas Sumatera Utara
46
tsunami sebesar Rp. 186.729.820.,- Seratus delapan puluh enam juta tujuhratus duapuluh sembilan juta delapanratus duapuluh rupiah dibawah
pengelolaan Badan Baitul Mal Kota Banda Aceh. Sejumlah uang tersebut diatas merupakan hasil ganti rugi dari tanahbangunan untuk pelebaran
jalan Sultan Iskandar Muda, kecamatan Meuraxa. d. Putusan nomor: 42Pdt.p2011MS-BNA menetapkan pengalihan dana
sejumlah Rp. 21.678.043,- duapuluh satu juta enamratus tujuhpuluh delapan ribu empat puluh tiga rupiah dan tanggung jawab pengelolaannya
dari Bank Aceh Syariah cabang Banda Aceh kepada Baitul Mal Banda Aceh. Sejumlah uang tersebut diatas merupakan simpanan milik nasabah
yang tidak diketahui keberadaan pemilik atau ahli warisnya. 7.
Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan prinsip saling menguntungkan
Baitul Mal pada prinsipnya juga memiliki dua sisi kelembagaan yakni berfungsi sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat
nirlaba sosial yang sumber dananya didapat dari sumber-sumber yang telah disebutkan diatas, juga berfungsi sebagai lembaga keuangan yang berorientasi laba,
yang penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan dalam prinsip Syariah. Salah satu program yang telah dilaksanakan oleh
Baitul Mal adalah program zakat produktif melalui dana bergulir. Program ini berjalan dengan menyisihkan sebagian dana dari Baitul Mal untuk dijadikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
47
modal usaha bergulir dimana adminstrasi penyaluran dipisahkan dan tidak bercampur dengan administrasi keuangan Baitul Mal.
74
Dalam kenyataannya, kerjasama dengan pihak ketiga ini sebenarnya telah ada sejak lama di Indonesia dengan model organisasi privat yang selama ini dikenal
sebagai Baitul Mal wat-Tamwil yang merupakan lembaga keuangan Islam dan biasanya berbentuk Koperasi yang membantu bisnis skala kecil yang dianggap
kurang potensial bagi bank.
75
b. Kewenangan dan Kewajiban Baitul Mal Aceh
Kewenangan dan kewajiban Baitul Mal Aceh dapat dilihat pada pasal 10 dan pasal 11 qanun nomor 10 tahun 2007. Adapun kewenangan Baitul Mal Aceh adalah
sebagai berikut: 1. Mengumpulkan dan mengelola serta menyalurkan zakat mal, zakat pendapatan
dan jasa honorrium serta harta agama dan wakaf yang berlingkup propinsi. Untuk zakat mal meliputi BUMN, BUMD Aceh, dan perusahaan swasta besar,
sedangkan untuk zakat pendapatan dan jasa horrorium berasal dari; 1. Pejabat PNS TNI-POLRI, Karyawan Pemerintah pusat yang berada di Ibukota
Propinsi 2. PejabatPNS karyawan lingkup Pemerintah Aceh
3. Pimpinan dan Anggota DPRA 4. Karyawan BUMNBUMD dan perusahaan swasta besar pada tingkat propinsi
74
Amrullah, Opcit, Hal. 26
75
Sukron Kamil. Et al, Revitalisasi Filantropi Islam, Studi Kasus Lembaga Zakat dan Wakaf
di Indonesia, Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2005, Hal. 127.
Universitas Sumatera Utara
48
dan; 5. Ketua, anggota dan karyawan lembaga dan Badan daerah tingkat propinsi
2. Membentuk Unit Pengumpul Zakat UPZ 3. Meminta Laporan secara periodik setiap 6 enam bulan dari Baitul Mal
KabupatenKota. 4. Melakukan
pembinaan dan
pengawasan terhadap
kegiatan Baitul
Mal KabupatenKota.
Sedangkan kewajiban Baitul Mal Aceh terdiri dari: 1. Menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban secara periodic setiap 6 bulan
kepada Gubernur 2. Menginformasikan pertanggungjawaban sebagaimana yang dimaksud pada ayat
1 kepada masyarakat.
3. Sumber Pembiayaan Kegiatan Baitul Mal Aceh