Putusan Mahkamah Syar’iyyah Tentang Khalwat

Adapun pertimbangan hakim dalam putusan ini ialah bahwa Terdakwa I maupun JPU Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 31 Agustus 2009 telah mengajukan banding terhadap putusan Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan Nomor: 03JN2009Msy-Ttn dalam tenggang waktu dan dengan cara yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga permintaan banding tersebut diterima oleh hakim. Hakim menimbang, bahwa JPU Jaksa Penuntut Umum pada pokoknya menuntut agar para Terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana khalwat mesum sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasa 22 ayat 1 jo. Pasal 5 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum, dan menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa I dan Terdakwa II masing- masing berupa pidana “‟uqubat cambuk di depan umum sebanyak 9 sembilan kali”. Jadi, dapat ditarik kesimpulan setelah Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh mempelajari dengan seksama putusan Hakim Tingkat Pertama, berita acara persidangan, berita acara penyidikan, keterangan saksi-saksi dan para terdakwa serta bukti-bukti lain yang saling berhubungan dan terkait satu sama lain. Mahkamah Syar‟iyyah Aceh dapat membenarkan dan menyetujui pendapat Hakim Tingkat Pertama yang berdasarkan alasan-alasan serta pertimbangan-perimbangan hukum sebagaimana terurai dalam putusan Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan Nomor: 03JN2009Msy-Ttn. Maka, Mahkamah Syar‟iyyah Aceh menyatakan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II terbukti secara sah dan menyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidanajarimah khalwat mesum, sebagaimana diatur dalam pasa 22 ayat 1 jo. Pasal 5 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum. Dengan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh yang Menguatkan Putusa n Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan Nomor : 03JN2009Msy-Ttn tanggal 26 Agustus 2009 M5 Ramadhan 1430 H, maka para Terdakwa dihukum dengan ‘uqubat takzir yaitu berupa hukuman cambuk 7 kali terhadap Terdakwa I dan 9 kali cambuk terhadap Terdakwa II. 2. Putus an Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC Putusan ini merupakan putusan pengadilan tingkat pertama termasuk ke dalam perkara jinayat khalwatmesum. Berdasarkan tuntutan hakim disebutkan di dalam surat dakwaan bahwa para Terdakwa terbukti bersalah melakukan jarimah khalwatmesum, sehingga jaksa menuntut agar para Terdakwa dijatuhi pidana kurungan masing-masing 2 dua bulan dan masing-masing membayar denda sebesar Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah. Jaksa juga menjadikan satu setel baju dengan corak kotak-kotak warna oranye campur putih yang dibungkus dalam kantong plastik hitam sebagai barang bukti. Berdasarkan surat dakwaan, kronologi perkara khalwat ini ialah: bahwa pada hari Rabu tanggal 28 April 2010 sekitar jam 21.30 WIB Terdakwa I dan Terdakwa II bertemu dan berada di tempat yang agak gelap depan kilang kayu. Pertemuan tersebut bermula dari Terdakwa II yang keluar rumah dengan alasan untuk membeli mie tanpa restu dari suaminya saksi I yang sebelumnya Terdakwa II menjemput saksi II untuk menemaninya, kemudian bertemu dengan Terdakwa I yang telah menunggu di sebelah kanan arah Medan Kutacane. Kemudian Terdakwa II menyuruh saksi II pergi. Selanjutnya Terdakwa I dan Terdakwa II pergi bersama dari pinggir jalan besar masuk menuju kilang padi sejauh lebih dari 5 lima meter, kemudian masuk lagi ke dalam tempat yang agak gelap yang apabila orang lewat tidak akan dapat menduga bahwa ada orang disana. Sekitar 15 menit kemudian saksi I menemukan Terdakwa I berada di dalam tempat yang agak gelap tersebut karena hendak mencari Terdakwa II istri saksi I yang kemudian saksi I menemukan Terdakwa II setelah Terdakwa I pergi. Di antara pertimbangan-pertimbangan Hakim dalam perkara ini ialah: 1. Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah hadir di persidangan, yakni saksi I suami dari Terdakwa II dan saksi II keponakan Terdakwa II. Berdasarkan keterangan saksi I, bahwa pada hari itu setelah Terdakwa II pergi membawa sepeda motor dan saksi I mengikuti Terdakwa II dari belakang. Terdakwa II menjemput saksi II untuk menemaninya. Kemudian saksi I bertemu dengan saksi II dalam keadaan sendirian, lalu saksi I menanyakan keberadaan Terdakwa II kepada saksi II dan dikatakan oleh saksi II bahwa Terdakwa II berhenti di Simpang kilang kayu dan berbicara dengan Terdakwa I lantas saksi II disuruh pergi untuk membeli mie. Kemudian saksi I menemukan Tedakwa I lalu disusul Terdakwa II muncul setelah bersembunyi dari tempat yang agak gelap yaitu sekitar dua meter dari tempat berdirinya Terdakwa I. Dan saksi I menemukan satu setel baju di dalam baju Terdakwa II yang dibungkus plastik. Akan tetapi para terdakwa menyatakan keberatan atas keterangan yang diberikan oleh saksi I, bahwa saksi I tidak melihat Terdakwa I dan Terdakwa II sedang berdua-duaan, yakni hanya sebatas dugaan saksi I saja. Para Terdakwa menerima atau setuju atas keterangan yng diberikan oleh saksi I. 2. Hakim juga menimbang atas keterangan para Terdakwa di persidangan, yang maksudnya ialah bahwa keduanya tidak mengakui adanya perbuatan khalwatmesum, karena terdakwa I dan terdakwa II tidak berbicara di tempat yang gelap, karena di tempat tersebut ada lampu jalan. Menurut Terdakwa I bahwa baju yang menjadi barang bukti tersebut sebenarnya ialah baju untuk istri terdakwa I, akan tetapi baju tersebut diambil oleh terdakwa II. Berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan saat itu, baik dari keterangan saksi-saksi, keterangan para terdakwa dan barang bukti, maka Majelis Hakim mempertimbangkan apakah perbuatan para terdakwa memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan kepadanya. Adapun unsur-unsur pada pasal 5 Jo 22 ayat 2 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam No.14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum ialah: 1. Unsur Setiap Orang; maksudnya ialah setiap orang Islam yang berada di Nanggore Aceh Darussalam. Jadi “setiap orang” tersebut ditentukan oleh 2 dua syarat yaitu: 1 pelaku tintak pidana tersebut beragama Islam dan mukallaf; 2 tindak pidana tersebut dilakukan dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam kasus ini, unsur “setiap orang” telah cukup terpenuhi, karena benar adanya bahwa para terdakwa beragama Islam, sudah dewasa, sehat jasmani dan rohani dan mampu ertanggung jawab atas akibat perbuatannya, dan peristiwa yang didakwakan kepadanya benar terjadi di wilayah hukum Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane. 2. Unsur dilarang melakukan khalwat mesum; maksudnya ialah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina, oleh karenanya hakim menyimpulkan bahwa Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang KhalwatMesum hanya mengancam ‘uqubat terhadap pelaku khalwatmesum yang mengarah kepada perbuatan zina. Akan tetapi, berdasarkan fakta-fakta hukum yang telah dikumpulkan, yaitu keterangan saksi-saksi, keterangan para terdakwa dan barang bukti di persidangan, bahwa baik saksi I maupun saksi II tidak mengetahui betul apa yang dilakukan oleh Terdakwa I dan Terdakwa II, berdasarkan keterangan saksi II bahwa pertemuan antara Terdakwa I dan Terdakwa II di tempat kejadian perkara begitu singkat yaitu sekitar dua atau tiga menit dan hanya melakukan pembicaraan biasa, dan baju yang menjadi barang bukti tersebut sebenarnya ialah baju untuk istri dari Terdakwa I. Jadi, hakim dalam perkara ini menyimpulkan bahwa perbuatan bersunyi- sunyikhalwat antara Terdakwa I dan Terdakwa II di tempat kejadian perkara tidak terbukti mengarah kepada perbuatan zina, karena pada saat Terdakwa I dan Terdakwa II melakukan pembicaraan di tempat kejadian perkara hanya sekitar dua atau tiga menit lalu kemudian datang saksi I selaku suami Terdakwa II dan saksi II memergoki para Terdakwa sehingga para terdakwa belum sempat melakukan perbuatan yang mengarah kepada perbuatan zina. Sehingga dapat diartikan bahwa perbuatan khalwatmesum yang didakwakan kepada para Terdakwa ialah jarimahtindak pidana percobaan khalwatmesum. Berdasarkan keterangan di atas, Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur “dilarang melakukan khalwatmesum” tidak cukup terpenuhi. Maka Mahkamah Syar‟iyah Kutacane mengadili dan menyatakan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan jarimah khalwatmesum dan membebaskan para Terdakwa dari semua dakwaan tersebut. B. Perbandingan Putusan Mahkamah Syar’iyyah Tentang Khalwat dengan Qanun Khalwat Nomor 14 Tahun 2003 Dari kedua putusan khalwat tersebut dapat diketahui bagaimana pelaksanaan Syari‟at Islam di Aceh dalam tingkat Mahkamah Syar‟iyyah yakni sebagai lembaga hukum yang menentukan hukuman apa yang diputusdiberikan kepada pelaku jarimahtindak pidana, baik itu diputus lepas, bebas, ataupun diputus pidana. Maka pada bagian ini akan dibandingkan antara putusan Mahkamah Syar‟iyyah tentang khalwat dengan Qanun Khalwat itu sendiri. Bahwa beberapa unsur yang akan dibandingkan ialah: 1 Aspek yang dilarang, 2 Subjek hukumnya, 3 Sanksinya. Ketiga unsur tadi akan menjadi bahan dari perbandingan antara putusan Mahkamah Syar‟iyyah dalam perkara pidana khalwatmesum dan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat. 1. Aspek yang Dilarang Di dalam Pasal 5 dan 6 Qanun Khalwat disebutkan bahwa “setiap orang dilarang melakukan khlawat mesum” dan “setiap orang atau kelompok masyarakat, atau aparatur pemerintahan dan badan usaha dilarang memeberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwat mesum”. Jadi di dalam Qanun Khalwat tersebut “aspek yang dilarang” ialah 1 perbuatan khalwatmesum itu sendiri dan 2 perbuatan memberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwatmesum. Kemudian di dalam pasal 2 Qanun Khalwat, larangan khalwatmesum tersebut diberikan ruang lingkupnya atau batasannya yaitu “ ruang lingkup larangan khalwatmesum adalah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina”. Jadi, bahwa perbuatan khalwatmesum yang dilarang ialah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina saja. Sedangkan perbuatan khalwat atau bersunyi-sunyi yang tidakbelum mengarah kepada perbuatan zina, belum termasuk ke dalam ruang lingkup larangan khalwatmesum dalam pasal 5 Qanun Khalwat tersebut. Pada kedua putusan Mahkamah Syar‟iyyah di atas, aspek yang dilarang ialah perbuatan khalwatmesum dan dibatasi oleh segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. Seperti pada putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS-ACEH, yang menyatakan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II melakukan perbuatan khalwatmesum di sebuah kamar yang kegiatan, perbuatan dan keadaan tersebut mengarah kepada perbuatan zina. Maka hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat. Selanjutnya Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC, di dalam dakwaan putusan tersebut diceritakan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II bertemu di tempat yang agak gelap yang apabila orang lewat tidak akan dapat menduga bahwa ada orang di dalamnya untuk perbuatan bersunyi-sunyi. Namun berdasarkan bukti-bukti dan keterangan dari para terdakwa dan saksi-saksi di pengadilan, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa perbuatan tersebut hanya percobaan jarimah khalwat, karena pertemuan antara Terdakwa I dan Terdakwa II hanya sekitar dua atau tiga menit saja, karena tidak lama kemudian saksi I dan saksi II datang mencari Terdakwa II, dan Terdakwa I telah pergi terlebih dahulu. Dalam putusan Hakim dalam perkara khalwat ini tidak cukup memenuhi unsur “dilarang melakukan khalwat”, karena perbuatan yang dilakukan Terdakwa I dan Terdakwa II tidakbelum terbukti kegiatan, perbuatan dan keadaan tersebut mengarah kepada perbuatan zina. Jadi hal ini sesuai dengan Pasal 2 dan Pasal 5 Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat. Jadi, baik dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat maupun dalam setiap putusan Mahkamah Syar‟iyyah aspek yang dilarang ialah perbuatan khalwatmesum itu sendiri yakni perbuatan, kegiatan, dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. 2. Subjek Hukum Bahwa yang menjadi subjek hukum dalam Qanun Khalwat ialah setiap orang atau kelompok masyarakat atau aparatur pemerintahan dan badan usaha, hal ini disebutkan dalam pasal 6 Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat. Pada intinya bahwa subjek hukum dalam Qanun Khalwat ialah setiap orang. Adapun maksud dari setiap orang ialah orang Islam yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Jadi, setiap orang Islam yang berada dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dilarang untuk melakukan khalwatmesum, dilarang untuk memberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwatmesum. Dalam kedua putusan Mahkamah Syar‟iyyah tentang khalwat di atas, benar adanya disebutkan dalam dakwaan bahwa yang menjadi subjek hukum ialah orang Islam dan tempat kejadian perkara berada dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seperti dalam Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS-ACEH disebutkan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II pada hari senin tanggal 16 Maret 2009 sekitar pukul 23.30 WIB telah melakukan perbuatan khalwatmesum yang bertempat di Kabupaten Aceh Selatan setidak- tidaknya masih termasuk dalam daerah hukum Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan. Pada Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC di dalam surat dakwaannya disebutkan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II pada hari rabu tanggal 28 April 2010 sekitar jam 21.30 WIB bertempat di dalam tempat yang agak gelap depan kilang kayu yang terletak di sebuah desa di Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara yang masih termasuk dalam wilayah hukum Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane. Keduanya beragama Islam. Jadi, baik di dalam Qanun Nomor 14 tahun 2003 Tentang Khalwat maupun di dalam setiap putusan dalam perkara khalwatmesum yang dijadikan sebagai subjek hukum ialah setiap orang Islam yang berada di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 3. SanksiHukuman Di dalam Qanun ‘uqubatsanksi atas pebuatan khalwat ialah ‘uqubat takzir berupa dicambuk paling tinggi 9 sembilan kali, paling rendah 3 tiga kali danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, paling sedikit Rp. 2.500.000,-dua juta lima ratus ribu rupiah. Pada Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS-ACEH ‘uqubatsanksi atas pelanggaran khalwat tersebut ialah dengan menguatkan dan membenarkan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan Nomor: 03JN2009Msy-Ttn yang menyatakan bahwa hukumah untuk kedua Terdakwa khalwat ialah ‘uqubat takzir yaitu berupa dicambuk di depan umum masing-masing: Terdakwa I sebanyak 7 tujuh kali cambuk dan Terdakwa II sebanyak 9 sembilan kali cambuk. Akan tetapi pada Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC para Terdakwa diadili dengan putusan bebas, karena berdasarkan pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim di pengadilan dan bukti- bukti yang telah dikumpulkan bahwa para Terdakwa tidak terbukti secara sah dan tidak meyakinkan bahwa para Terdakwa bersalah melakukan jarimah khalwatmesum. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara ‘uqubatsanksi yang ada dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat dan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah atas perkara khalwat itu tidak bertentangan karena ada pertimbangan- pertimbangan hakim yang memungkinkan dijatuhkannya hukuman yang lebih ringan atas terdakwa atau mungkin sesuai dengan ancaman dalam Qanun Khalwat yakni ‘uqubat takzir berupa dicambuk paling tinggi 9 sembilan kali, paling rendah 3 tiga kali danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, paling sedikit Rp. 2.500.000,-dua juta lima ratus ribu rupiah. Berikut tabel perbandingan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat dengan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah atas perkara khalwat Tahun 2010: No Perbandingan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Putusan Mahkamah Syar’iyyah dalam perkara khalwat Keterangan 1 Aspek yang dilarang Pasal 5: dilarang melakukan khalwatmesum Pasal 6: dilarang memberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang melakukan khalwatmesum. Pasal 2: ruang lingkup larangan khalwatmesum adalah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. Dilarang melakukan khalwatmesum yang mengarah kepada perbuatan zina. Antara Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat dengan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah sesuaitidak bertentangan dalam unsur “aspek yang dilarang”, yaitu sama-sama melarang khalwatmesum dan segala kegiatan, perbuatan dan keadaan yang mengarah kepada perbuatan zina. 2 Subjek Hukum Pasal 5: setiap orang dilarang melakukan khalwatmesum Penjelasan pasal 22: yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang Islam yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Putusan Mahkamah Syar‟iyyah mengacu kepada Qanun Khalwat yaitu orang Islam yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Dan setiap orang tersebut ditentukan oleh dua syarat yaitu: 1 pelaku jarimah beragama Islam yaitu orang yang mukallaf 2 tindak pidana tersebut dilakukan dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Antara Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat dengan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah telah sesuaitidak bertentangan. Bahwa dalam subjek hukum dalam perkara ini ialah setiap orang adalah orang Islam yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. 3 ‘UqubatSanksi Pasal 22: setiap orang yang melanggar diancam dengan ‘uqubat takzir berupa dicambuk paling tinggi 9 sembilan kali, paling rendah 3 tiga kali danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, paling sedikit Rp. 2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah. Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS- ACEH ‘uqubatsanksi atas pelanggaran khalwat tersebut ialah dengan menguatkan dan membenarkan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Tapaktuan Nomor: 03JN2009Msy-Ttn ‘uqubat takzir yaitu berupa dicambuk di depan umum masing-masing: Terdakwa I sebanyak 7 tujuh kali cambuk dan Terdakwa II sebanyak 9 sembilan kali cambuk. Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS- ACEH memutus bebas kepada para Terdakwa Antara Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat dengan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah telah sesuaitidak bertentangan, karena ‘uqubat yang diberikan dalam putusan tidak kurang atau tidak melebihi dari ‘uqubat yang ada di dalam qanun. karena Terdakwa tidak terbukti secara sah telah melakukan perbuatan khalwat.

C. Perbandin gan Putusan Mahkamah Syar’iyyah Aceh dengan Fiqh

Telah dipaparkan sebelumnya isi dari kedua Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Tahun 2010 di atas yaitu Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS- ACEH dan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC. Bahwa di dalam Putusa n Mahkamah Syar‟iyyah Provinsi Aceh Nomor: 03JN2010MS- ACEH dan Putusan Mahkamah Syar‟iyyah Kutacane Nomor: 0027JN.B2010MS-KC aspek yang dilarang ialah segala kegiatan, perbuatan dan keadaan khalwatmesum yang mengarah kepada perbuatan zina, dan yang dijadikan subjek hukum dalam kedua putusan tersebut ialah setiap orang Islam yang telah mukallaf yang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, dan yang berada di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun ‘uqubatsanksi yang diberikan kepada para Terdakwa dalam kedua putusan ialah diputus bebas dan di putus pidana ‘uqubat Takzir yaitu berupa hukum cambuk di depan umum masing-masing: Terdakwa I sebanyak 7 tujuh kali cambuk dan Terdakwa II sebanyak 9 sembilan kali cambuk. 1. Aspek yang dilarang Seperti yang diketahui berdasarkan Syari‟at Islam bahwa perbuatan khalwat itu diharamkan yang didasari oleh hadits Nabi Saw: ااطْيَشلا اامهاثلااث َ إاف ةاأارْ اب جار َ اولْخاي اَ اَاأ اور . ا ح نبا 4 “Ingatlah, janganlah salah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, karena sesungguhnya yang ketiga diantara mereka adalah setan .” HR. At- Tirmidzi. 5 Imam An- Nawawi berkata: “...Diharamkan berkhalwat dengan seorang wanita ajnabiah dan dan dibolehkan berkhalwatnya seorang wanita dengan mahramnya, dan dua perkara ini merupakan ijma’ para ulama.” 6 Ditinjau dari tempatnya, Ibnu Hajar menjelaskan bahwasanya ada khalwat yang diharamkan dan ada khalwat yang diperbolehkan: pertama, khalwat yang diperbolehkan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Saw. bersama wanita Anshar, yaitu memojok dengan suara yang tidak didengar oleh khalayak, namun tidak tertutup dari pandangan orang lain. 4 Muhammad bin Hibban ta‟lif Al-Amir „Alauddin „Ali bin Balban Al-Farisi ,Shahih Ibnu Hibban bi Tartib Ibnu Balban, Lebanon:Al-Resalah, 1997, juz 12 hal 399-400. 5 Imam Abi Zakariyya Muhyiddin Bin Syarof An-Nawawi, Al- Majmu’ Syarh Al- Muhadzdzab, Beirut, Libanon: Darul Fikr,2005, hal, 240. 6 Imam Abi Zakariyya Muhyiddin Bin Syarof An-Nawawi, Shahih Muslim Bisyarh Al- Imam An-Nawawi, Beirut: Darul Fikr, 1981 Jilid 14, hal, 153. غ اا اثَداح :راَشاب نْبا دَماح اا اثَداح كلاا انْبا اسا اا ْعماس :الااق ااش ْناع ةا ْعش اا اثَداح :رادْ اَا ان ةاأارْ ا اءااج :لااق ْ اع ه ايضار َلال ِي َ لا الا راااْ :الااقاف ااهب اَاخاف امَلاساو ْيالاع ه .َيالا ساَ لا باحا اَ ْم َ ا هاو 7 “Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari Ghundar, dari Syu‟bah, dari Hisyam yang mengatakan, aku mendengar Anas bin Malik berkata, “seorang wanita Anshar datang menemui Nabi Saw. beliau kemudian berbicara berdua bersama wanita tersebut. Beliau bersabda, „Demi Allah, kalian kaum Anshar adalah orang- orang ayang paling aku cintai.‟”. Hal ini juga dijelaskan oleh Al- Muhallab, “bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Anas tidak dimaksudkan bahwa Nabi Saw. berkhalwat dengan wanita tersebut hingga tidak kelihatan oleh orang-orang di sekitar Nabi Saw tatkala itu, namun Nabi Saw. berkhalwat dengan wanita Anshar tersebut agar orang-orang disekitarnya tidak mendengar keluhan sang wanita dan pembicaraan yang berlangsung antara Nabi Saw. dan wanita tersebut.” 8 Kedua, khalwat yang diharamkan adalah khalwat antara laki-laki dan wanita sehingga tertutup dari pandangan manusia. Berdasarkan pendapat Imam An- Nawawi bahwa para „ulama sepakat atas dua hal yaitu: 1 haram hukumnya berkhalwat dengan seorang wanita ajnabiah dan 2 seorang wanita dibolehkan 7 Ensiklopedi Hadits SHAHIH AL-BUKHARI 2. Jakarta: Al-Mahira, 2012. Hal, 386 hadits No. 5234. 8 Ahmad Bin Ali Bin Hajar Al- „Asqalani, Fathul Barii Syarh Shahih Al-Bukhari, Beirut: Dar Al-Kitab Al- „Ilmiyah, 2003 Jilid Tiga, hal, 1066.

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Int

3 148 90

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

6 111 114

Implementasi Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Terhadap Kelayakanan Fisik Jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014

9 206 86

Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Stroke Dengan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke Di Ruang Rawat RA.4 RSUP HAM Medan Tahun 2012

14 163 91

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Mediasi Di Pengadilan Pasca Keluarnya Perma Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan

0 24 135

Penyelenggaraan Pelaksanaan Syari’at Islam Tentang Khalwat Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Studi Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat)

2 44 174

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

13 140 63

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Yaahowu Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

6 93 138

Pelaksanaan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat di Aceh (Studi Putusan Mahkamah Syar'iyyah Tahun 2010 di Provinsi Aceh)

0 7 145